Monday, June 23, 2008

MENULIS:

SEPUTAR KEGIATAN MENULIS ILMIAH

KARYA ILMIAH AKADEMIS
1. Sekilas pandang tentang karya ilmiah
Bagi kalangan akademisi, karya tulis ilmiah akademis merupakan menu harian yang harus disantap sebagai pemenuhan kebutuhan batin keingintahuan dalam rangka pengembangan wawasan. Karya tulis ilmiah akademis merupakan wacana konteks disiplin ilmu dalam kemasan yang sesuai dengan nuansa ilmiah. Maka, konteks tujuan, sasaran , dan pembacanya pun relatif pasti kalangan terdidik. Kancah yang digeluti pun ke arah pengembangan ilmu demi meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan manusia pada umumnya demi meningkatkan harkat dan martabat yang erat kaitannya dengan tingkat keberadaban.
Menulis karya tulis ilmiah akademis memang merupakan sebuah pekerjaan dengan tantangan yang khas menggelitik. Hal ini sebagian dikarenakan harapan kita ketika membaca sebuah karangan ilmiah sangat berbeda dengan ketika kita membaca jenis naskah lainnya. Tatkala seseorang membaca sebuah karangan ilmiah biasanya orang itu memusatkan perhatian untuk memperoleh gagasan-gagasan utama yang dicari dengan membaca abstrak, daftra isi, ringkasan, gambar, atau bagian awal dalam bab pembahasan. Perhatian terhadap teks selebihnya baru diberikan ketika seseorang akan mengulang percobaan, mengumpulkan informasi untuk tinjauan pustaka, atau mengevaluasi kekurangan dalam metoda yang digunakan atau interpretasi hasilnya.Sebuah karangan ilmiah hendaknya ditulis dengan sejelas dan setepat mungkin. Ekonomi prosa dengan demikian menjadi hal yang sangat penting. Selain itu karangan ilmiah harus mengacu pada sejumlah informasi penting tentang pelaksanaan penelitian dan pustaka yang telah diketahui tentang subyek dari karangan. Data harus diringkas dalam beberapa cara: tabulasi (ringkasan data dan analisis statistik), gambar, dan teks hasil (yang mungkin juga memuat analisis statistik). Tabel dan gambar digunakan untuk menunjukkan pola dari hasil kepada pembaca. Analisis statistik digunakan untuk memberikan kredibilitas terhadap pernyataan yang disusun.
Gaya Penulisan

Menulis untuk sebuah karangan ilmiah haruslah menghindari kalimat-kalimat berbunga. Sebaliknya penulisan haruslah 'selangsung' mungkin ke pokok pikiran/masalah yang dimaksud. Gunakan gaya bahasa yang datar dan sebisa mungkin hindari penggunaan jargon yang spesifik untuk disiplin ilmu tertentu. Sebaiknya gunakan kalimat pasif untuk menjelaskan gagasan-gagasan anda. Ketika menguraikan hasil, lakukan seolah-olah sedang menjelaskan gambar atau tabel kepada seorang teman. Sebaiknya dihindari penggunaan terminologi statistik dalam tubuh kalimat. Terakhir, organisasikan naskah menurut format yang ditetapkan oleh penyandang dana.
Organisasi Gagasan
Naskah ilmiah tersusun atas beberapa bab :
AbstrakPendahuluan
Tinjauan Pustaka
Metode
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Proses Penulisan
Anggapan bahwa menyusun karya ilmiah dapat dilakukan hanya dengan duduk di depan komputer, mengetikan dengan melihat pada catatan-catatan penting, lalu menghasilkan sebuah karya, adalah SALAH besar. Tidak mungkin seseorang dapat memulai tanpa persiapan dan menghasilkan karya ilmiah yang bagus, karena sangat sulit untuk mengorganisasikan bahan dan menulisnya pada saat yang bersamaan. Berikut ini merupakan beberapa saran untuk menyusun karya ilmiah yang baik:
Susun Rencana Penulisan
Sebelum memulai menulis, carilah suatu cara untuk mengorganisasikan bahan-bahan yang dimiliki sehingga diketahui apa yang akan ditulis, bagaimana urutannya, dan apa yang ingin disampaikan. Usahakan menulis sebuah outline. Usahakan menulis gagasan pada secarik kertas. Tulisan tersebut tidak harus rapi, karena dimaksudkan sebagai alat bantu ketika memikirkan apa yang akan diungkapkan. Gunakan cara apapun yang cocok untuk diri anda, bagaimanapun anehnya cara tersebut!Abaikan Bahasa!
Ketika merencanakan penulisan, jangan mengkhawatirkan bahasa. Pusatkan perhatian pada apa yang akan diungkapkan. Jangan membuang waktu dengan terlalu memusatkan perhatian pada spelling. Hal-hal tersebut dapat dipikirkan belakangan setelah diputuskan tentang apa yang akan diungkapkan. Jika terlalu banyak menghabiskan waktu untuk memperbaiki tata-bahasa dalam menyusun naskah awal, harus diingat, mungkin belakangan nanti akan banyak paragarf yang harus dihilangkan karena ternyata tidak diperlukan; atau setidaknya harus dilakukan perubahan yang mendasar. Dengan demikian, berikan perhatian pada tata-bahasa setelah yakin benar dengan apa yang akan diungkapkan.Tulis dan Tulis Ulang
Para penulis yang lebih berpengalaman umumnya menulis ulang dan melakukan perubahan teks lebih mendalam daripada mereka yang kurang berpengalaman. Setiap orang memerlukan waktu yang cukup untuk dapat menyusun karya yang baik. Semakin baik seorang penulis akan semakin dapat melihat bahwa gagasan/tulisan/ pemikiran awal yang dapat diperbaiki. Karena itu, kita harus memberi waktu cukup pada diri kita sendiri untuk menulis ulang gagasan/pemikiran agar pembaca mencapai pemahaman terbaik tentang apa yang ingin kita ungkapkan, bukannya apa yang terbaik yang dapat dicapai pada menit-menit terakhir.Cari Pembaca Sukarela!
Mintalah beberapa orang membaca apa yang telah anda tulis. Minta tolonglah pada teman, atau dosen pembimbing anda. Lakukan hal tersebut tanpa menunggu naskah anda "sempurna" karena jika orang yang anda mintai tolong memberi saran perubahan mungkin anda akan merasa keberatan melakukannya. Berikan kepada sukarelawan anda naskah sementara (draft) dan beritahukan umpan balik apa yang anda perlukan: komentar atas organisasi naskah? gagasan? bahasa? Atau aspek teknis dari apa yang sudah anda tulis.
Teruslah menulis!
Karya yang bagus memerlukan latihan. Orang yang dapat menjadikan diri kita sebagai penulis yang handal hanyalah diri kita sendiri. Jadi lakukan pekerjaan tersebut, tunjukkan hasilnya pada orang lain, lalu tulis ulang, tulis ulang, dan tulis ulang naskah anda.
Tersedia banyak buku teks maupun panduan menulis yang dapat dijadikan acuan. Buku-buku tersebut memberikan banyak metode yang dapat diterapkan, namun jika metode-metode tersebut tidak cocok untuk anda maka gunakan cara anda sendiri.

Menyusun Pendahuluan
Tujuan Pendahuluan
Jelas bahwa pendahuluan terletak pada bagian awal dari sebuah naskah. Ia mengenalkan penelitian dengan mensituasikannya (dengan memberikan latar belakang), menampilkan masalah penelitian,dan menyatakan bagaimana serta mengapa masalah tersebut akan dipecahkan. Tanpa informasi penting tersebut pembaca tidak akan dapat dengan mudah memahami lebih rinci tentang penelitian yang akan dilakukan. Pendahuluan juga menerangkan mengapa penelitian dilakukan (rasional) yang akan sangat krusial bagi pembaca untuk memahami pentingnya kajian yang diusulkan.
Setelah membaca pendahuluan maka pembaca seharusnya dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
· Apa yang menjadi konteks dari permasalahan? Dalam situasi atau lingkungan seperti apa masalah tersebut dapat teramati? (Latar Belakang) · Mengapa penelitian tersebut penting? Siapa yang akan mendapatkan manfaat? Mengapa kita perlu mengetahuinya? Mengapa situasi, metoda, model atau perangkat perlu diperbaiki? (Rasionalisasi)
· Apa yang tidak kita ketahui? Kesenjangan apa dalam pengetahuan kita yang akan terisi oleh hasil penelitian ini? Apa yang perlu diperbaiki? (Permasalahan). · Langkah-langkah apa yang akan dicoba ditempuh peneliti dan mengisi kesenjangan atau memperbaiki situasi? (Tujuan)
· Apakah terdapat aspek-aspek tertentu dari masalah yang tidak akan dibahas oleh peneliti? Apakah kajian terbatas pada suatu kawasan geografis tertentu atau aspek tertentu dari situasi yang dikaji? (Ruang lingkup). · Adakah faktor, kondisi, atau kondisi sekitar yang dapat menghalangi peneliti mencapai tujuannya? (Batasan Masalah)
· Dalam acuan metode, model, formulasi, atau pendekatan, apakah peneliti mensyaratkan suatu kondisi tertentu? Adakah kondisi dasar atau pernyataan peneliti yang harus benar? (Asumsi)

Masalah yang sering terjadi
· Terlalu rinci sehingga terlalu panjang. Harap diingat bahwa yang ditulis adalah pendahuluan, semacam gambaran umum. Walaupun yang dicakup adalah poin yang penting, uraian terinci tentang metode, lokasi, dan hasil akan dibahas pada bagian lain di belakang.
· Definisi masalah yang tidak jelas. Tanpa definisi yang jelas tentang masalah penelitian, pembaca naskah anda akan kesulitan untuk memiliki gambaran tentang apa yang anda kaji. Hal ini berarti bahwa mereka tidak dapat memberikan penilaian tentang relevansi pekerjaan anda maupun kemanfaatannya, kualitasnya, dan lain sebagainya. Sebagai latihan, anda harus mampu menyusun kalimat lengkap yang dimulai dengan "Tujuan dari penelitian ini adalah …" yang mampu mencakup masalah yang diselidiki.

Tentu saja, tidak selalu harus menuliskan hal tersebut dalam satu kalimat pada proposal/skripsi. Namun hal tersebut dapat berfungsi sebagai suatu cara yang mudah untuk memastikan bahwa masalah penelitian telah ditulis dengan jelas. Dalam skripsi pernyataan masalah penelitian seharusnya dapat disusun dalam satu kalimat - rincian masalah dapat ditulis dalam kalimat yang lain yang mengikuti pernyataan tersebut.

Selain itu, haruslah selalu diperhatikan bahwa masalah penelitian sesuai dengan judul skripsi, metodologi, dan tujuan. · Pengulangan kata, frase, atau ide. Anda akan memiliki kata kunci penting dalam penelitian. Walaupun demikian, pembaca tidak menginginkan membaca kata-kata tersebut berulang kali. Pengulangan yang berlebihan akan membuat naskah terlihat disusun dengan tidak cermat. Untuk menguranginya, beri tanda pada frase atau kata yang sering terpakai - lalu ganti dengan padanan kata yang sesuai.
· Organisasi yang kurang bagus. Menulis pendahuluan yang dapat secara efektif mengantarkan masalah penelitian sering kali bukan merupakan pekerjaan mudah. Kerap terjadi ketika kita menulis kita mengungkapkan secara gradual apa yang ingin kita katakan dan bagaimana kita ingin mengatakannya. Menulis adalah sebuah sebuah proses untuk menemukan sesuatu. Karena itu, haruslah selalu siap untuk melakukan perubahan besar pada apa yang telah ditulis maupun susunan yang digunakan untuk memaparkan ide dan informasi. Pendahuluan haruslah memiliki urutan yang logis sehingga pembaca dapat mengikuti alur pemikiran penulis dengan mudah.

Bagaimana mengorganisasikan "Pendahuluan"
Skema berikut diadaptasi dari Swales (1984). Swales telah meneliti struktur pendahuluan pada berbagai artikel jurnal akademik. Skema yang diuraikan disini merupakan pola yang umum terdapat pada artikel-artikel tersebut. Skema tersebut bukanlah suatu "aturan" tentang bagaimana kita menulis, namun lebih merupakan panduan yang berguna tentang bagaimana memikirkan pengorganisasian informasi yang akan dikemukakan.Skema "Pendahuluan"
Langkah 1: Tegaskan bidang penelitian dengan cara:
· Mengungkapkan sentralitas (mengapa bidang kajian merupakan bidang yang penting); dan / atau
· melangkah dari umum ke khusus; dan / atau
· meninjau (review) bagian-bagian yang relvan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Langkah 2: Definisikan masalah penelitian dengan cara:
· Mengindikasikan adanya kesenjangan; atau
· memunculkan sebuah pertanyaan; atau
· melanjutkan garis penelitian yang telah dikembangkan sebelumnya; atau · counter-claiming (ketidak-setujuan dengan pendekatan yang telah ada atau yang diterima umum)

Langkah 3: Ajukan pemecahan masalah dengan cara:· mengungkapkan tujuan ; dan / atau
· mengumumkan penelitian yang dikerjakan (metodologi); dan
· mengumumkan temuan utama (hasil); dan
· mengindikasikan struktur penelitian.

Bidang Kajian
Mula-mula, dalam menulis diperlukan untuk mengungkapkan wilayah penelitian (research area) di mana pekerjaan penelitian yang dilakukan berada, dan untuk menyediakan konteks bagi masalah penelitian.

Terdapat tiga unsur utama, yaitu:
Mengungkapkan sentralitas: Mengungkapkan bahwa bidang penelitian adalah sesuatu yang penting, dan karena itu mengimplikasikan bahwa penelitian yang dikerjakan juga penting. Misalnya: "Mempertahankan suhu terendah yang aman (di atas titik beku) dan kelembaban tinggi merupakan cara yang paling penting untuk penyimpanan sayuran." (Barth et al., 1993). Kata-kata "cara yang paling penting" mengindikasikan sentralitas dengan memperlihatkan dua faktor yang krusial.Dari Umum ke Khusus: Kebanyakan naskah dimulai dengan informasi umum dan bergerak ke informasi yang lebih khusus. Aturan ini juga berlaku pada penulisan pendahuluan. Sebagai contoh:Belakangan ini, terdapat peningkatan kesadaran terhadap dampak potensial dari polutan semacam logam berat. Lebih jauh, metode tradisional untuk menangani aliran air yang mengandung kontaminan sangatlah mahal dan membutuhkan fasilitas yang juga berharga mahal (1). Hal ini terutama terasa di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Hal tersebut menuntut penggunaan teknologi alternatif. Penggunaan bahan-bahan biologis merupakan salah satu teknologi yang mendapat perhatian besar (Ho et al., 1996)

Penjelasan:· Kalimat pertama: pengaruh logam berat (umum).
· Kalimat ke dua: biaya dan metode penanggulangan logam berat (agak umum).
· Kalimat ke tiga: biaya dan metode penanggulangan logam berat di negara berkembang (agak spesifik).
· Kalimat ke empat: teknologi alternatif untuk memecahkan masalah biaya dan metode penanggulangan logam berat (lebih spesifik).
· Kalimat ke lima: bahan-bahan biologis sebagai salah satu contoh untuk mengatasi masalah biaya dan metode penanggulangan logam berat (sangat spesifik).

Perhatikan bahwa pada masing-masing kalimat ditambahkan satu informasi (dicetak miring) untuk menggerakkan pendahuluan dari topik yang umum tentang "logam berat" ke topik yang lebih khusus (spesifik) "bahan biologis sebagai metode alternatif untuk melepaskan logam berat." Meskipun demikian, jangalah memulai dari sesuatu yang terlalu umum karena hal itu berarti akan memerlukan waktu terlalu lama untuk mencapai bidang khusus dalam penelitian yang dikerjakan. Pikirkan "umum" sebagai informasi yang akan membantu pembaca naskah untuk memahami konteks dari masalah penelitian (dari pada sebagai keseluruhan bidang kajian).

Penelitian sebelumnya: Sering pendahuluan mengacu pada pekerjaan penelitian yang pernah dikerjakan untuk menyediakan latar belakang (dan seringkali sangat membantu dalam mendefinisikan masalah penelitian). Sebagai contoh:
Berbagai kajian tentang penggunaan protein tanaman sebagai pengganti sebagian atau secara keseluruhan makanan ikan telah dilakukan dengan menggunakan ikan air tawar maupun ikan laut (Lovell, 1987; Tacon et al., 1983; Murai et al., 1989a; Cowey et al., 1974)

PermasalahanPenelitian haruslah sesuatu yang baru dilihat dari beberapa hal. Ia harus menambahkan pengetahuan baru pada bidang penelitian sehingga kita harus menampilkan dengan cara bagaimana karya kita mengeksplorasi bidang/issu/pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah dieksplorasi, atau belum dieksplorasi secara detail, dan atau tidak dieksplorasi dengan cara yang diterapkan dalam penelitian yang kita kerjakan. Dengan kata lain, kita perlu memberikan alasan rasional bagi penelitian yang kita kerjakan (yaitu menjelaskan mengapa kita melakukan hal tersebut). Terdapat empat cara untuk memperlihatkan bahwa kita menambahkan pengetahuan baru pada disiplin ilmu yang menjadi bidang penelitian kita:Kesenjangan: Kesenjangan (gap) dalam penelitian adalah suatu bidang dimana tidak ada atau sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan. Hal ini diperlihatkan dengan menuliskan karya yang telah dihasilkan dalam bidang dimaksud untuk memperlihatkan adanya kesenjangan penelitian (yang akan kita isi oleh penelitian yang kita kerjakan). Sebagai contoh:Berbagai kajian tentang penggunaan protein tanaman sebagai pengganti sebagian atau secara keseluruhan makanan ikan telah dilakukan dengan menggunakan ikan air tawar maupun ikan laut (Lovell, 1987; Tacon et al., 1983; Murai et al., 1989a; Cowey et al., 1974). Walaupun demikian, sedikit yang telah diketahui tentang kelayakan penggunaan biji kedelai sebagai sumber protein dalam membudidayakan …..

Memunculkan pertanyaan: Masalah pertanyaan didefinisikan dengan mengajukan sebuah pertanyaan yang jawabannya belum diketahui, dan yang dikaji dalam penelitian yang kita kerjakan. Sebagai contoh:Pertanyaan yang diajukan dalam kajian ini adalah bagaimana perubahan teknologi yang akan terjadi bila sistem secara keseluruhan perlu dirubah. Khususnya, bagaimana kita akan memulai dan mempertahankan peralihan teknologi dari teknologi berbasis hidrokarbon?

Melanjutkan garis penelitian sebelumnya: Menyusun karya di atas karya yang telah dikerjakan.

Penyusunan Tinjauan Pustaka
Pengertian Pustaka
Meskipun mungkin orang akan membayangkan novel atau puisi ketika mendengar kata "pustaka", dalam konteks penelitian kata tersebut arti yang lebih khusus. Dalam istilah tinjauan pustaka (literature review), "pustaka" berarti karya-karya yang menjadi rujukan untuk memahami dan menyelidiki masalah penelitian. Karya-karya tersebut dapat berupa publikasi sebagai berikut:
· Artikel Jurnal
Karya dalam kelompok ini sangat bagus terutama karena informasinya yang mutakhir. Walaupun demikian, harap diingat bahwa diperlukan waktu hingga dua tahun untuk mempublikasikan suatu artikel di sebuah jurnal yang bagus. Karya dalam kategori ini sangat sering digunakan dalam tinjauan pustaka karena ringkas, formatnya up-to-date untuk penelitian, dan karena semua jurnal yang memiliki reputasi hanya mempublikasikan karya penelitian yang paling relevan dan reliabel).·

BukuBuku cenderung kurang mutakhir karena waktu yang diperlukan lebih lama untuk menyusunnya bila dibandingkan dengan artikel jurnal. Buku teks agaknya kurang bermanfaat untuk dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka karena buku umumnya ditujukan untuk keperluan pengajaran, bukan penelitian. Walaupun demikian, buku dapat menjadi titik awal yang baik untuk menelusuri sumber-sumber yang lebih rinci.· Proseding Konferensi
Proseding konferensi sangat berguna karena menginformasikan penelitian paling mutakhir atau penelitian yang belum dipublikasikan. Prosiding juga akan sangat membantu untuk menyediakan informasi bagi orang-orang yang sedang melakukan penelitian pada bidang-bidang yang sama, dan untuk menelusuri karya-karya lain dari para peneliti yang sama.· Laporan Pemerintah dan Perusahaan

Banyak departemen pemerintah dan komisi perusahaan yang melakukan penelitian. Publikasikan hasil penelitian mereka dapat menjadi sumber informasi, tergantung bidang kajian penelitian kita.
· Koran
Karena koran umumnya ditujukan untuk pembaca yang umum (tidak khusus), informasi yang disediakan sangat terbatas untuk keperluan penyusunan tinjauan pustaka. Seringkali koran bermanfaat sebagai sumber informasi tentang kecenderungaan saat ini, perubahan atau penemuan (misalnya pengumuman perubahan kebijakan pemerintah), namun kita harus melengkapinya dengan informasi yang lebih rinci dari sumber-sumber lainnya.
· Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Kelompok karya tulis ini dapat menjadi sumber pustaka yang berguna. Walaupun demikian, karya tulis kelompok ini memiliki beberapa kelemahan: 1) sulit untuk mendapatkannya karena tidak dipublikasikan dan hanya tersedia terbatas di perpustakaan universitas; 2) mahasiswa yang melakukan penelitian mungkin tidak cukup berpengalaman sehingga kita harus memperlakukan temuan dalam karya tersebut dengan lebih hati-hati bila dibandingkan dengan penelitian yang dipublikasikan.· Internet (jurnal elektronik)
Sumber informasi yang tumbuh paling cepat adalah di Internet. Tidaklah mungkin untuk mengkarakterisasikan informasi yang tersedia di internet, namun beberapa hal penting tentang penggunaan sumber elektronik: 1) harap diingat bahwa setiap orang dapat menerbitkan informasi di Internet sehingga kualitasnya mungkin tidak reliabel; 2) informasi yang dapat kita temukan mungkin dimaksudkan untuk audiens yang umum sehingga tidak sesuai untuk dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka (informasi yang ditujukan untuk audiens umum biasanya kurang rinci); dan 3) saat ini semakin banyak jurnal yang memiliki reputasi mempublikasikan jurnalnya secara elektronik sehingga kualitasnya lebih dapat dipercaya (tergantung reputasi dari jurnal tersebut).· CD-ROM
Saat ini, hanya sedikit produsen CD-ROM yang menyediakan sejenis informasi yang khusus dan rinci tentang penelitian akademik. Walaupun demikian semakin banyak CD-ROM yang digunakan di perpustakaan akademik sehingga menjadi piranti untuk menelusuri informasi.· Majalah
Kebanyakan majalah ditujukan untuk pembaca umum sehingga kurang berguna untuk pencarian informasi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian. Beberapa majalah khusus mungkin lebih berguna (misalnya majalah bisnis untuk mahasiswa agribisnis) tetapi biasanya majalah tidak memadai untuk rujukan penelitian kecuali sebagai titik awal (misalnya informasi tentang berita atau informasi umum tentang penemuan-penemuan baru, kebijakan, dan lain-lain) yang memerlukan rujukan ke sumber-sumber yang lebih khusus.

Mengapa Menulis Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah pandangan kritis terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang signifikan dengan penelitian yang sedang (akan) kita lakukan. Anggapan beberapa orang bahwa tinjauan pustaka merupakan ringkasan adalah tidak benar. Walaupun kita harus meringkas penelitian yang relevan, adalah sangat penting bahwa kita juga melakukan evaluasi terhadap karya tersebut, memperlihatkan hubungannya dengan karya-karya lain, dan memperlihatkan bagaiamana karya tersebut terkait dengan penelitian kita.

Dengan kata lain, kita tidak dapat hanya memberikan deskripsi sederhana, misalnya: suatu artikel: kita perlu memilih bagian mana dari penelitian untuk dibahas (misalnya metodologi), memperlihatkan bahaimana hal tersebut berhubungan dengan karya lain (misalnya: Metodologi lain mana yang telah digunakan? Apa kesamaannya? Apa perbedaannya?) dan memperlihatkan bagaimana hal tersebut terkait dengan karya kita (bagaimana hubungannya dengan metodologi penelitian kita?). Harus diingat bahwa tinjauan pustaka sebaiknya menyediakan konteks bagi penelitian kita dengan melihat pada karya apa yang telah dikerjakan dalam bidang penelitian kita. Tidak dianjurkan untuk hanya meringkas karya orang lain!

Beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tinjauan pustaka yang kita susun antara lain:
1) Hal mutakhir apa yang kita ketahui dalam bidang penelitian kita?2) Apa yang menjadi karakteristik konsep kunci atau faktor utama atau variabel?3) Apa hubungan antar konsep kunci, faktor, atau variabel tersebut?4) Teori apa yang telah ada?
5) Dimana letak inkonsistensi atau kelemahan lain dalam pengetahuan dan pemahaman kita?
6) Pandangan apa yang perlu diuji (lebih jauh)
7) Bukti-bukti apa yang kurang, inconclusive, kontradiktif, atau terlalu sedikit?8) Mengapa mengkaji masalah penelitian lebih jauh?
9) Sumbangan yang dapat diharapkan dari penelitian saat ini?
10) Rancangan atau metode penelitian apa yang tidak memuaskan?Menulis Tinjauan Pustaka
Sangatlah mudah menyusun tinjauan pustaka yang jelek, dan sangat sulit menyusun yang baik. Untuk mengetahui apakah suatu tinjauan pustaka baik atau tidak, maka rujukkanlah pada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh tinjauan pustaka.

§ Pertanyaan mana yang dijawab oleh tinjauan pustaka tersebut?
§ Pertanyaan mana yang tidak terjawab?
§ Sistem apa yang digunakan penulis tinjauan pustaka tersebut?
§ Bagus/jelekkan tinjauan pustaka tersebut? Mengapa/mengapa tidak?
Menulis Tinjauan Pustaka yang Baik
Memperhatikan dengan tujuan. Tinjauan pustaka harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukakan di atas. Perhatikan bagaimana penulis-penulis yang naskahnya diterbitkan (jurnal terkemuka) menyusun tinjauan pustakanya. Dengan mudah dapat kita lihat bahwa kita harus menggunakan pustaka untuk menjelaskan penelitian kita - jika tidak, yang kita tulis bukanlah tinjauan pustaka tetapi hanyalah memberitahu pembaca apa yang telah dilakukan peneliti lain. Tujuan penyusunan tinjauan pustaka yaitu untuk memperlihatkan mengapa penelitian kita perlu dilakukan, bagaimana kita sampai pada keputusan memilih metodologi atau teori tertentu yang kita gunakan, bagaimana karya kita menambah informasi terhadap penelitian-penelitian yang telah ada, dan lain-lain.
Membaca dengan tujuan. Kita memerlukan untuk meringkas karya yang kita baca tetapi kita juga harus memutuskan gagasan atau informasi yang mana yang penting bagi penelitian kita (harus kita beri tekanan), dan mana yang kurang penting sehingga bisa diabaikan dalam tinjauan kita. Harus kita lihat juga konsep utama, kesimpulan, teori, argumen, dan lain-lain yang mendasari karya tersebut, serta melihat kesamaan dan perbedaannya dengan karya terkait lainnya. Hal tersebut mungkin agak sulit dilakukan pada saat pertama kalinya, tetapi akan menjadi semakin muda dengan semakin banyaknya karya dalam bidan kajian yang sama yang kita baca.

Menulis dengan tujuan.
Tujuan kita menulis tinjauan pustaka adalah untuk mengevaluasi dan memperlihatkan hubungan antar karya yang ada (Apakah teori peneliti Y lebih baik dari pada peneliti X? apakah peneliti X menyusun karyanya berdasarkan karya peneliti Y?) dan antara karya-karya tersebut dengan karya yang kita kerjakan. Untuk melakukan hal ini dengan efektif sebaiknya disusun rencana bagaimana kita akan mengorganisasikan karya tulis kita. Banyak orang yang suka menyusun karyanya secara kronologis (menggunakan waktu sebagai sistem organisasinya).

Jika waktu pengembangan tidak penting untuk menjelaskan konteks masalah penelitian, penggunaan sistem kronologis tidaklah efektif untuk menyusun tinjauan pustaka. Beberapa orang mungkin menyusun tinjauan pustakanya secara alfabetis berdasarkan penulisnya: sistem ini tidak akan memungkinkan untuk menjelaskan hubungan antar karya penelitian dan dengan penelitian kita sehingga harus dihindari. Informasi lebih jauh dapat dirujuk pada Dasar-dasar Menulis yang Baik.
Bila kita membaca tinjauan pustaka yang kita tulis, maka sebenarnya kita melakukan dua hal sekaligus (dan karena itu sering menjadi lebih menyulitkan kita!):
1. kita mencoba mendefinisikan masalah penelitian: mencari kesenjangan, mengajukan pertanyaan, melanjutkan penelitian terdahulu, atau membantah teori (lihat pada bagian pendahuluan).
2. kita mencoba membaca setiap sumber yang relevan dengan masalah penelitian.Biasanya, sebelum kita mendefinisikan masalah penelitian, kita dapat menemukan bahwa terdapat banyak sekali sumber yang relevan. Namun demikian, kita tidak dapat mendefinisikan masalah sampai kita membaca di sekitar bidang penelitian kita. Hal ini terlihat seperti lingkaran setan. Namun yang harus dilakukan sebenarnya adalah ketika membaca kita mendefinisikan masalah dan ketika mendefinisikan masalahakan semakin mudah bagi kita untuk memutuskan apa yang harus dibaca dan mana yang harus diabaikan.
JebakanBeberapa jebakan yang mungkin dihadapi dan sebaiknya dihindari adalah:Mencoba membaca semuanya! Sebagaimana mungkin pernah kita alami, bila kita ingin menyusun naskah yang komprehensif maka kita tidak pernah mampu berhenti membaca. Tinjauan pustaka bukanlah bagian naskah yang dimaksudkan untuk menyampaikan ringkasan dari semua karya yang terkait, tetapi merupakan suatu survey tentang karya yang paling relevan dan paling signifikan.
Membaca tetapi tidak menulis! Membaca lebih mudah daripada menulis: bila disuruh memilih, orang akan memilih membaca dari pada harus menulis. Menulis memerlukan lebih banyak usaha. Walaupun demikian, menulis dapat membantu memahami dan mencari hubungan antar karya-karya yang dibaca. Jadi jangan berhenti menuliskan catatan hingga "selesai" membaca - sesudah mana mungkin masih diperlukan lagi membaca tulisan tersebut secara keseluruhan sebagai sebuah kesatuan karya tulis. Setelah itu, jangan beranggapan bahwa hasil tulisan awal yang diperoleh merupakan versi final. Menulis merupakan suatu cara berfikir; karena itu, biarkan diri anda menulis sebanyak mungkin draft yang diperlukan, merubah gagasan dan informasi seiring kita mempelajari lebih jauh tentang konteks masalah penelitian.
Tidak menyimpan informasi bibliografis! Akan datang saatnya kita harus menuliskan halaman daftar acuan… dan kemudian kita baru menyadari telah kelupaan untuk menyimpan informasi yang diperlukan, dan bahwa kita tidak mencantumkan suatu pustaka dalam daftar acuan kita. Satu-satunya pemecahan adalah dengan meluangkan banyak waktu di perpustakaan untuk menelusuri kembali semua sumberr yang telah dibaca sambil memperhatikan naskah kita untuk mencari informasi mana berasal dari sumber yang mana. Jika beruntung, mungkin kita dapat melakukannya sebelum harus mempertahankan karya kita. Sebaliknya hal terseut akan menjadi masalah yang sangat memusingkan (bagi penulis maupun pembaca/komisi penguji). Untuk menghindarinya simpan informasi tersebut dalam bentuk catatan.

Menyusun Bab tentang Metodologi
TujuanBab tentang metodologi dimaksudkan untuk menjawab dua pertanyaan utama berikut:
1. Bagaimana data dikumpulkan atau dihasilkan?
2. Bagaimana data tersebut dianalisis?
Dengan kata lain, bab tentang metodologi memperlihatkan kepada pembaca bagaimana kita akan memperoleh hasil. Sebelum membahas lebih jauh, agar penyusunan bab tiga dapat dilakukan dengan baik penting bagi kita untuk dapat menjawab pertanyaan: mengapa kita perlu untuk menjelaskan bagaimana kita akan mendapatkan hasil dalam penelitian?Kita perlu mengetahui bagaimana data diperoleh karena metode berpengaruh terhadap hasil. Sebagai contoh, jika kita menyelidiki kandungan nitrogen tanah maka metode analisa bahan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda.
Mengetahui bagaimana data dikumpulkan akan membantu pembaca untuk mengevaluasi validitas dan reliabilitas hasil dan kesimpulan dalam penelitian kita. Sering kali terdapat metode yang berbeda yang dapat digunakan untuk menyelidiki suatu masalah penelitian yang sama. Karena itu, metodologi harus memberikan alasan yang jelas mengapa kita menggunakan suatu metode atau prosedur tertentu. Pembaca ingin mengetahui bahwa data yang dikumpulkan atau dihasilkan menggunakan suatu cara bersifat konsisten dengan praktek yang telah disepakati dalam bidang kajian yang sama. Sebagai contoh, pengukuran tinggi tidak dilakukan dengan mengukurnya dari permukaan tanah setelah tanaman dibumbung.Metode penelitian harus sesuai dengan tujuan dari penelitian. Misalnya, bila tujuan penelitian dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh suatu aplikasi terhadap kecepatan tumbuh tanaman maka variabel dan cara pengukurannya harus merujuk pada metode/ pendekatan yang sesuai. Pengukuran tinggi tanaman, dalam hal ini, tidak cukup untuk menggambarkan kecepatan tumbuh tanaman. Selisih tinggi tanaman per satuan waktu akan lebih sesuai untuk tujuan penelitian tersebut.Metodologi harus membahas masalah-masalah yang telah diantisipasi dan menjelaskan langkah-langkah yang diambil untuk mencegah masalahyang mungkin akan terjadi, masalah yang telah terjadi, dan cara-cara meminimalkan pengaruhnya. Dalam beberapa kasus, akan sangat berguna bagi peneliti lain untuk mengadaptasi atau mereplikasi metodologi kita.

Dengan demikian informasi yang lengkap akan memungkinkan peneliti lain mamanfaatkan karya kita. Hal tersebut terutama berlaku untuk penelitian yang menggunakan metode-metode baru, atau adaptasi yang inovatif dari metode-metode yang sudah ada.
Masalah yang Sering Muncul
Rincian yang tidak relevan
Penjelasan yang tidak perlu tentang prosedur-prosedur dasar.Harap diingat bahwa kita tidak bermaksud menyusun panduan pelaksanaan bagi pemula melainkan orang-orang dengan tingkat keahlian yang setidaknya sama dalam disiplin ilmu kita dan kita dapat mengasumsikan bahwa merepa terbiasa dengan prosedur-prosedur dasar tersebut. Karena itu tidak kita perlukan lagi untuk mengurai prosedur-prosedur dasar secara sangat rinci. Sebagai contoh: "Kandungan klorofil total (mikrogram/gram jaringan tanaman) ditentukan secara spektrofotometrik dengan metode Anderson dan Boarman (1964), yang diadaptasi oleh Barth et al. (1992)" (Barth et al., 1993).

Perhatikan bahwa penulis tidak mennjelaskan metode Anderson dan Boardman (diasumsikan bahwa hal tersebut telah diketahui oleh pembaca dengan disiplin ilmu yang sama) maupun adaptasi dari metode tersebut (karena adaptasi tersebut telah dipublikasikan dalam karyanya pada tahun 1992). Walaupun demikian, kita harus menguraikan dengan terinci prosedur-prosedur yang belum pernah terpublikasikan sebelumnya berikut alat dan bahan yang digunakan karena hal tersebut berpengaruh terhadap hasil.

Pengabaian terhadap Masalah
Sebagian besar peneliti menghadapi masalah ketika mengumpulkan atau membangkitkan data. Hendaknya masalah yang timbul tidak diabaikan atau berpura-pura tidak pernah terjadi masalah. Seringkali, pencatatan tentang bagaimanan kita mengatasi masalah dapat membentuk bagian menarik dari metodologi, dan berarti kita juga memberikan penjelasan tentang keputusan-keputusan tertentu, berikut pandangan realistis tentang penggunaan metode yang dipilih.
Gambaran Umum
Berikut ini gambaran tentang bagaimana posisi metodologi dalam penelitian kita:
Pendahuluan: pengantar ke masalah penelitian, pengantar ke tujuan penelitian, pengantar ke penjelasan tentang bagaimana tujuan akan dicapai (metodologi),
Tinjauan Pustaka: tinjauan terhadap karya sebelumnya yang terkait dengan masalah penelitian (untuk mendefinisikan, menjelaskan, atau justifikasi), tinjauan terhadap karya terkait dengan metodologi, tinjauan terhadap karya sebelumnya yang terkait dengan hasil (khususnya yang menyangkut reliabilitas, dan lain-lain).

Metodologi: (bagaimana hasil akan diperoleh): penjelasan tentang bagaimana data dikumpulkan / dibangkitkan; penjelasan tentang bagaimana data dianalisis; penjelasan tentang masalah-masalah metodologis dan pemecahannya atau pengaruhnya. Hasil dan Pembahasan: presentasi tentang hasil; interpretasi hasil; pembahasan hasil (misalnya pembandingan hasil dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pengaruh penggunaan metode tertentu terhadap data yang diperoleh).
Kesimpulan: apakah masalah penelitian telah terpecahkan? seberapa jauh tujuan penelitian tercapai? apa yang telah dipelajari dari hasil? bagaimana pengetahuan ini dapat digunakan? apa masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian atau metodologi penelitian? dan lain-lainBeberapa Contoh Jenis Penelitian yang Berbeda
Analisis : kelas-kelas data dikumpulkan dan kajian dilakukan untuk melihat pola dan memformulasikan prinsip-prinsip yang dapat menjadi panduan di masa depan.

Studi kasus: latar belakang, perkembangan, kondisi saat ini dan interaksi lingkungan terhadap satu atau lebih individu, kelompok, komunitas, usaha atau lembaga y ang diamati, dicatat untuk menyusun polanya dalam hubungannya dengan pengaruh-pengaruh internal dan eksternal.Pembandingan: dua atau lebih kondisi yang ada dikaji untuk menentukan kesamaan dan perbedaannya.

Korelasi-prediksi: koefisien korelasi yang signifikan secara statistik antar dan antara sejumlah faktor yang dikaji dan diinterpretasikan.
Evaluasi: penelitian untuk menentukan apakah suatu program atau proyek mengikuti prosedur-prosedur yang direkomendasikan dan mencapai hasil yang ditetapkan.

Desain-demonstrasi: sistem atau program baru yang dibangun, diuji dan dievaluasi. eksperimen: satu atau lebih variabel dimanipulasi dan hasilnya dianalisa. survey-kuesioner: perilaku, keyakinan dan observasi terhadap kelompok tertentu diidentifikasi, dilaporkan dan diiterpretasikan.status: contoh yang dipilih dari satu atau lebih fenomena yang diuji untuk menentukan karakteristik khususnya.

Penyusunan teori: suatu usaha untuk mendapatkan atau menguraikan prinsip-prinsip yang menjelaskan bagaimana sesuatu bekerja.Analisa kecenderungan: memprediksi atau meramal (forecast) arah kejadian masa depan.
Menyusun Bab tentang Metodologi
Ingatlah selalu tujuan penyusunan metodologi.
Catatlah apa yang sudah dikerjakan, mengapa kita mengerjakannya, dan apa yang terjadi. Beberapa peneliti membuat catatan harian penelitian sehingga mereka memiliki catatan tentang metode yang digunakannya. Usahakan memiliki cara untuk mencatat pekerjaan penelitian dengan efektif dan secara hati-hati memiliki bahan-bahan mana saja yang akan diikutkan dalam bab tentang metodologi

Perhatikan siapa yang akan menjadi audiens kita, dan berhati-hati untuk tidak memasukkan ditail yang tidak perlu. Hindari penggunaan "Saya" untuk menulis apa yang telah dikerjakan. Jangan gunakan "kami" bila kita tidak benar-benar bekerja secara tim.
Menyusun Hasil dan Pembahasan Hasil
Bagian hasil dari Bab 4 dimaksudkan untuk memaparkan hasil dan menjadikannya berarti bagi pembaca. Berdasarkan tujuan tersebut, maka hal-hal yang harus dimasukkan ke dalam bagian hasil adalah sebagai berikut:
Pernyataan tentang hasil: hasil dipaparkan dalam format yang mudah dipahami oleh pembaca (misalnya berupa grafik, tabel, diagram, atau teks). Sementara itu, bila diperlukan, data mentah biasanya diletakkan di bagian Lampiran.
Teks penjelasan: semua grafik, tabel, diagram dan gambar harus didampingi oleh teks yang memandu perhatian pembaca ke arah hasil yang signifikan. Teks akan menjadikan hasil lebih bermakna dengan menunjukkan hasil yang paling penting, penyederhanaan hasil (misalnya lebih baik menggunakan "hampir separo" dari pada "48,9%"), penegasan kecenderungan atau hubungan yang signifikan (misalnya "laju penurunan oksigenasi mengikuti penurunan suhu"), dan mengomentasi apakah hasil tertentu sesuai dengan harapan atau tidak
Masalah yang Sering Muncul
Teks memuat terlalu rinci hal-hal yang sebenarnya dapat dipaparkan secara sederhana berupa grafik, tabel, dan lainnya tanpa membuat hasil yang bermakna.
Pemecahannya: Ingat bahwa tabel dan lain-lainnya digunakan untuk memaparkan banyak informasi secara efisien dan tugas penulis mengarahkan perhatian pembaca pada informasi/bagian yang paling penting.Organisasi Naskah
Terdapat dua cara utama untuk mengorganisasikan naskah pemaparan hasil:Memaparkan semua hasil, kemudian menampilkan pembahasan (mungkin dalam bagian yang terpisah). Memaparkan sebagian hasil lalu membahasnya diikuti dengan pemaparan bagian hasil lainnya berikut pembahasannya dan seterusnya.
Metode pengorganisasian yang digunakan tergantung pada kuantitas dan jenis hasil yang diperoleh dari penelitian. Kita harus mencari metode pemaparan yang dapat menyajikan informasi dan gagasan sejelas mungkin bagi pembaca.

PembahasanTujuan dari bagian pembahasan adalah untuk memberikan komentar dan penjelasan terhadap hasil. Secara umum pembahasan mencakup hal-hal berikut ini:
1. Penjelasan tentang hasil: komentar penulis tentang apakah hasil sesuai dengan harapan atau tidak, pemaparan penjelasan hasil, khususnya yang tidak memenuhi harapan atau tidak memuaskan.
2. Perujukan ke penelitian-penelitian sebelumnya: perbandingan hasil dengan yang dilaporkan pada pustaka rujukan, atau penggunaan pustaka untuk mendukung suatu pernyataan hasil , hipotesis atau deduksi.
3. Deduksi: suatu pernyataan tentang bagaimana hasil dapat diaplikasikan lebih umum (kesimpulan berdasarkan alasan-alasan yang diperoleh dari hasil (misalnya: …)
4. Hipotesis: suatu pernyataan umum atau kesimpulan yang mungkin muncul dari hasil (yang akan dibuktikan atau dibantah pada penelitian berikutnya).Masalah yang Sering Terjadi
Masalah yang sering dihadapi para penulis untuk menyusun bagian pembahasan adalah: bahwa pembahasan tidaklah membahas, namun hanya menguraikan hasil lebih rinci saja.Untuk mengatasi masalah tersebut maka ketika menyusun bagian pembahasan harus selalu diingat bahwa maksud penyusunannya adalah untuk menjelaskan hasil.

Menulis Bab Kesimpulan dan Saran
KesimpulanPenyusunan bab tentang kesimpulan dan saran ditujukan untuk memberi ringkasan tentang:
· Apa yang telah dipelajari (biasanya di bagian awal kesimpulan) · Apa saja yang masih harus dipelajari (arah penelitian berikutnya) · Hasil yang diperoleh dalam penelitian (evaluasi)
· Manfaat, kelebihan, dan aplikasi temuan penelitian (evaluasi)
· Rekomendasi

Masalah yang Sering Dihadapi
Terlalu panjang. Bab tentang kesimpulan seharusnya ringkas saja. Sebagai gambaran, pada banyak publikasi hasil penelitian bagian kesimpulan mencakup hingga 2,5% dari keseluruhan laporan.Terlalu rinci. Kesimpulan yang terlalu panjang seringkali disebabkan memuat rincian yang tidak perlu. Bab tentang kesimpulan bukanlah tempat bagi rincian tentang metodologi atau hasil penelitian. Walaupun kita harus memberikan ringkasan tentang apa yang telah dipelajari dalam penelitian, ringkasan tersebut tidak harus panjang karena penekanan pada bagian kesimpulan terletak pada implikasi, evaluasi, dsb.Tidak memberikan komentar pada isue-issue yang lebih besar / lebih signifikan. Bila pada bagian pendahuluan dimaksudkan untuk bergerak dari umum (bidang kajian) ke khusus (topik penelitian), maka dalam bagian kesimpulan kita harus bergerak dari yang lebih khusus (penelitian kita) kembali ke umum (bidang kajian, bagaimana penelitian kita akan mempengaruhi dunia). Dengan kata lain, dalam kesimpulan kita harus meletakkan penelitian kita ke dalam konteks.
Tidak menjelaskan kompleksitas dari sebuah kesimpulan atau situasi. Aspek negatif dari penelitian kita seharusnya tidak diabaikan. Masalah, kelemahan, dan lain-lain sejenisnya dapat dimasukkan ke dalam bagian kesimpulan sebagai suatu cara untuk mengkualifikasikan kesimpulan yang kita buat (memperlihatkan aspek-aspek negatif, bahkan seandainya hal tersebut lebih bermakna dibandingkan dengan aspek-aspek positifnya)Tidak memuat secara jelas tapi ringkas tentang apa yang telah dipelajari dari penelitian. Agar dapat membahas bagaimana penelitian kita sesuai dengan bidang kajian maka kita perlu menyusun kesimpulan seringkas mungkin. Seringkali ringkasan terssebut hanya terdiri dari beberapa kalimat.Gagal untuk memenuhi tujuan penelitian. Sering terjadi tujuan penelitian mengalami perubahan ketika penelitian sedang dijalankan. Hal tersebut tidak menjadi masalah sepanjang kita tidak lupa untuk kembali dan menyusun ulang tujuan yang telah ditulis pada bagian pendahuluan sehingga secara akurat merefleksikan apa yang sedang kita selesaikan dalam penelitian (bukan apa yang kita pikirkan akan dapat diselesaikan pada saat kita mengawali penelitian). Berikut ini adalah sebuah contoh bagaimana sebuah tujuan dan kesimpulan tidak bertemu.
Tujuan: Tujuan utama kajian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pembangunan jalan terhadap komunitas desa.

Kesimpulan: Model yang dihasilkan dalam kajian ini dapat secara akurat memprediksi pengaruh sosial dan ekonomis pembangunan jalan di desa.

Jika kita menulis ulang tujuan agar sesuai dengan apa yang sebenarnya kita lakukan (yaitu mengembangkan suatu model) agar sesuai dengan kesimpulan, maka tujuan tersebut adalah sebagai berikut: Tujuan hasil penulisan ulang: Tujuan utama dari kajian ini adalah mengembangkan sebuah model untuk memprediksi pengaruh sosial ekonomis pembangunan jalan terhadap komunitas pedesaan.

Dari berbagai sumber

MENYIMAK AKTIF

Persiapan masuk kelas
Membuat Catatan Kuliah
14 Saran MempengaruhiPara Pengajar
Bekerja dan Belajar Bersama

Mendengar Aktif
Petunjuk buat sekolah jarak jauh
Presentasi di kelas
Beking Laporan & Tulisan Ilmiah

Pendengar yang baik mencoba mengerti melalui apa yang dikatakan orang lain.Pada akhirnya ia boleh secara tajam tidak setuju, tetapi sebelum dia tidak setuju, ia ingin mengetahui apa sebenarnyayang dimaksudkan..Kenneth A. Wells, American.

Aktif, mendengar efektif, merupakan kebiasaan,sebagaimana dasar komunikasi aktif.
Tujuan mendengar aktif terpusat pada siapa yang Anda dengarkan, meskipun di dalam kelompok atau perorangan, dengan tujuan untuk mengerti apa yang ia katakan. Sebagai pendengar, Anda kemudian harus mungkin mengulang kembali dengan kata-kata Anda sendiri apa yang mereka katakan tentang kepuasan mereka. Ini tidak berarti Anda setuju, tetapi cenderung pada, mengerti apa yang mereka katakan.

Apa yang mempengaruhi ketika mendengar?
Apa yang Anda pikirkan tentang suatu pokok pikiran?Apakah ini baru atau Anda mempunyai banyak pengalaman tentang itu?Apakah sulit dimengerti atau sederhana?Apakah penting untuk Anda atau hanya suatu lelucon?

Apakah pembicara berpengalaman atau gelisah?Apa isyarat yang digunakan pembicara?Apa kerangka pikirannya?Bagaimana minat, ancaman, kecerdasan, dan seterusnya, dan seterusnya.?
Apakah pesan diilustrasikan secara visual atau dengan contoh?Apakah teknologi dígunakan secara efektif (berdaya guna)?Apakah konsep-konsep dikenalkan secara bertahap, atau dengan contoh?

Apakah ruang cukup mendukung untuk mendengar?atau untuk berinteraksi atau bertukar pikiran dengan pembicara?Apakah ada gangguan yang dapat dihindarkan?

Gambaran berikut adalah faktor-faktor eksternal.Sekarang : bagaimana tentang Anda, sebagai pusat, pendengar? Siapkan diri dengan sikap yang positif.
  • Konsentrasikan perhatian Anda pada subyek.Berhenti dengan kegiatan yang tidak ada hubungannya sebelum berorientasi dengan diri Anda pada pembicara atau topik (pokok persoalan).
  • Pertimbangkan secara mental apa yang Anda sudah ketahui tentang subyek..Aturlah berdasarkan materi terdahulu dalam kaitan dengan pengembangan selanjutnya.(pelajaran-pelajaran sebelumnya, program televisi, artikel surat kabar, web sites, pengalaman hidup yang nyata sebelumnya, dan seterusnya)
  • Menghindarkan GangguanTempatkan diri Anda secara tepat dekat dengan pembicara.Menghindarkan gangguan dari ( sebuah jendela, tetangga yang cerewet, ribut, dan seterusnya).
  • Mengakui keadaan suatu emosiMenangguhkan emosi sampai nanti, atau berpartisipasi secara pasif kecuali kalau Anda dapat mengendalikan emosi.
  • Kesampingkan prasangka Anda, pendapat Anda.Anda sekarang belajar apa yang dikatakan pembicara , tidak cara lain di sekitar.

Mendengar secara aktif

  1. Menjadi arah lain; berkonsentrasi pada komunikasi dengan orangIkuti dan pahami pembicara sebagaimana kalau Anda berjalan dengan sepatu mereka.
  2. Dengar dengan telinga Anda tetapi juga dengan mata dan pengertian lain.
  3. Hati-hati: menjawab secara lisan bagian-bagian di dalam pembicaraan.Biarkan argumentasi atau presentasi berlangsung sesuai dengan pelajaran.Jangan Anda menyatakan setuju atau tidak, tetapi mendorong melatih pikiran.
  4. Melibatkan:Secara aktif menanggapi mengarahkan pertanyaan Gunakan posisi tubuh Anda ( misalnya, bersandar ke depan) dan perhatian pada dorongan dan tanda yang menarik dari pembicara.
    Kegiatan Berikutnya
    Satu lawan satu
    Di dalam kelompok/penonton
    Berikan si pembicara waktu dan ruang istirahat sesudah berbicara
    Nyatakan pemahaman sebagai bagian membangun kepercayaan dan dorongan di dalam dialog.
    Periksa kalau Anda sudah mengertiNyatakan kembalikata kunci untuk memastikan pengertian Anda & buatlah dialog
    · Ringkasankata kunci untuk memastikan pengertian Anda & buatlah dialog
    · Bertanya (tanpa ancaman)pertanyaan-pertanyaan membangun pengertian
    Dialog lanjutan:
    · Refleksikan melalui pengalaman Andademonstrasikan minat Anda (umpan balik)
    · Menerjemahkansesudah Anda merasa memahami isi
    · Terapkan apa yang Anda pelajari ke dalam situasi baru
    Berikan si pembicara ruang untuk menyusunkembali tanya jawab sesudah berbicara
    Selama tanya & jawab
    Kalau mengajukan sebuah pertanyaan
    · Nyatakan pemahaman secepatnya
    · Ringkasan singkat suatu pokok pikiran awal
    · Tanyakan pertanyaan yang relevan
    Kalau membuat pokok pikiran
    · Nyatakan pemahaman secara cepat
    · Nyatakan kembali secara singkat ide yang relevan sebagaibahan presentasi
    · Nyatakan ide Anda, interpretasi, dan refleksi
    · Mengundang reaksi
    Kembangkan lebih lanjut
    · Dapatkan informasi untuk acuan berikutnya
    · Mengundang teman-teman/rekan kerja/dan seterusnya.untuk diskusi sesudahnya
    · Tuliskan ringkasan dengan pertanyaan untuk pengulangan nanti.

Sunday, June 22, 2008

TEKNIK WAWANCARA DAN MENULIS BERITA

Dalam jurnalistik, melakukan wawancara dan menulis berita sudah menrupakan paket kerja harian yang harus dilakukan oleh seorang jurnalis. Itulah seni dan tantangan yang harus dihadap seorang pewarta ke orang lain. Nah, dalam konteks demikian perlu ghendaknya memahami tahap-tahap ataupun langkah langkah manakala kita harus melakukan dan menggunakannnya, baik sebagai seorang jurnalis maupun seoranmg interviewer.

Di natara kedunaya tentu memiliki spesifikasi dan format jkeharusan yang hendaknya dimengerti dan dipahami oleh seorang calon jurnalis profesional. Berikut ini gambaran singkat apa yang harus dilakukan dan dimengerti.

Teknik Wawancara dan Menulis Berita

Yang dimaksud berita dari segi pendekatan jurnalistik ialah peristiwa yang telah dimuat dalam suatu media cetak, atau disiarkan lewat radio atau televisi.

Mengapa orang membaca berita? Tentu bukan sekedar ingin mengisi waktu luang. Orang membaca berita karena ingin mengetahui perkembangan situasi lingkungan sekitarya.

Kriteria Kelayakan Berita

Apakah semua peristiwa layak dijadikan berita? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi berita, antara lain:

Penting. Pengesahan RUU Sisdiknas adalah penting, karena menyangkut kepentingan rakyat banyak, yang menjadi pembaca media bersangkutan. Maka layak jadi berita. Ini juga relatif tergantung dari khalayak pembaca yang dituju. Isu Amien Rais menjadi calon presiden tentu penting untuk dimuat di Harian Republika, tetapi kurang penting dimuat di Majalah Gadis, karena khalayak pembacanya berbeda.

Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa yang telah terjadi pada 10 tahun yang lalu jelas tidak bisa jadi berita.

Unik, bukan sesuatu yang biasa. Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa biasa. Tetapi jika mahasiswa berkelahi dengan dosen di dalam ruang kuliah, itu luar biasa.

Asas keterkenalan. Kalau mobil anda ditabrak mobil lain, tidak pantas jadi berita. Tetapi kalau mobil yang ditumpangi putri Diana ditabrak mobil lain, itu jadi berita dunia.

Asas kedekatan. Asas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun kedekatan emosial. Banjir di Cina yang telah menghanyutkan ratusan orang, masih kalah nilai beritanya dibandingkan banjir yang melanda Jakarta, karena lebih dekat dengan kita.

Magnitude (dampak dari suatu peristiwa). Demonstrasi yang dilakukan oleh 10.000 mahasiswa tentu lebih besar magnitudenya dibanding demonstrasi oleh 100 mahasiswa.

Trend. Sesuatu bisa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas dimasyarakat. Misalnya, sekarang orang mudah marah dan mudah membunuh pelaku kejahatan kecil (pencuri, pencopet) dengan cara dibakar hidup-hidup.

Teknik Wawancara

Berita sebagai produk jurnalistik hanya bisa lahir dari fakta-fakta yang ada di masyarakat. Dan di balik fakta-fakta itu tentu ada aktornya. Untuk kelahiran sebuah produk jurnalistik yang sehat, jurnalis harus mampu membuat si aktor bicara. Cara efektif untuk itu, tidak ada lain, kecuali dengan jalan melakukan wawancara.

Dalam aktifitas jurnalistik, sebuah wawancara sudah barang tentu memerlukan berbagai sentuhan teknik dalam aplikasinya. Dan berbicara ikhwal teknik wawancara, tentu saja kita akan berhadapan dengan sesuatu yang dinamis bahkan progresif dan juga fleksibel. Artinya, teknik wawancara itu bukan merupakan sesuatu yang musti baku, kaku, apalagi sakral. Teknik itu berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan masyarakat. Karenanya, para jurnalis juga dituntuk untuk senantiasa memberdayakan diri sesuai tuntutan jaman.

Terpenuhinya prinsip-prinsip keberimbangan bagi sebuah berita, hanya bisa ditempuh dengan wawancara. Dan sekali lagi, hanya dengan wawancara, maka berita sebagai hasil karya jurnalistik akan memiliki daya hidup sekaligus bisa dipertanggungjawabkan. Sebab, dengan wawancara, fakta-fakta dari masyarakat yang dihimpun wartawan akan terekonstruksi dengan baik.

Namun, Wartawan tidak boleh mengabaikan anatomi persoalan yang terkait dengan temuan fakta-fakta tersebut di lapangan. Dan untuk persoalan-persoalan tertentu, Wartawan wajib memetakannya. Penyiapan anatomi persoalan itu bahkan merupakan langkah awal sebelum berlangsungnya sebuah wawancara. Bermutu tidaknya sebuah wawancara, biasanya justru lebih banyak ditentukan oleh hal tersebut. Misalnya, seorang Wartawan ingin mengetahui secara detail tentang posisi, peran dan sumbangan intelektual dalam mendorong demokrasi di Indonesia, maka Wartawan harus mampu menggambarkan bagaimana kaum intelektual Indonesia mengembangkan wacana yang beragam atas wacana resmi Orde Baru di sekitar tema-tema pokok “Pembangunan”, “Dwi fungsi”, “Demokrasi Pancasila”,”Persatuan dan kesatuan” serta “Sara”. Itu yang penting !.

Dari sana akan bisa dibuat kategori-kategori intelektual Indonesia. Dan mungkin saja akan segera terpetakan adanya intelektual ortodoks, revisionis dan mungkin oposisionis. Secara demikian, setidaknya telah tercipta sarana pemahaman baru yang lebih memadai tentang intelektual Indonesia.

Untuk sampai pada pemahaman itu, seorang Wartawan harus memiliki referensi cukup tentang berbagai bidang yang diminati. Jadi, wawancara seorang jurnalis hanya akan sukses dan bermutu, manakala ia telah memiliki kesiapan seperti dimaksud. Namun, yang justru tampak rumit, adalah aktifitas di balik teknik wawancara itu.

Adapun teknik wawancara bisa dikelompokkan menjadi dua (2) bagian.
1. Teknik verbal yang betul-betul memerlukan alat bantu hard ware yang diperlukan.
2. Teknik substansial – teknik yang terkait dengan kemampuan jurnalis dari segi ketajaman nuraninya dalam menentukan pilihan tema, tempat dan saat yang tepat bagi berlangsungnya sebuah wawancara. Disini perlu adanya ketajaman analisis sosial.

Itulah pentingnya seorang Wartawan menguasai materi yang hendak diwawancarakannya terhadap narasumber. Hanya dengan cara seperti itu, ia mampu memperoleh informasi banyak dan akurat serta signifikan.

Konkritnya, beberapa hal dibawah ini bolehlah dianggap sebagai tip untuk menunjang suksesnya sebuah wawancara.
· Wartawan harus memakai kalimat tanya yang bisa membuahkan jawaban obyektif.
· Pertanyaan harus selalu diusahakan dengan menggunakan kalimat pendek dan mudah dimengerti.
· Tidak boleh segan-segan mengajukan pertanyaan ulang atas hal-hal yang belum jelas untuk dimengerti.
· Tahu momentum yang tepat. Juga tahu apa yang layak dan tidak layak untuk ditanyakan, sekaligus cara bertanya yang pas.
· Jauhi pertanyaan yang bernada menggurui.
· Hindari gaya interogasi.
· Hindari pertanyaan yang sifatnya mencari legitimasi dari frame pemikiran yang sebetulnya sudah dimiliki.
· Hindari pertanyaan yang bersifat menguji nara sumber.
· Tumbuhkan sifat empaty dalam wawancara.
· Untuk hal-hal yang spesifik, wartawan perlu terlebih dahulu memaparkan persoalan yang hendak dimintakan pendapat dari nara sumber.
· Hindari kalimat tanya yang bersifat mengadu domba.
· Buat pertanyaan yang mampu menggugah daya nalar, ingatan serta perspektif nara sumber.

Kedua belas tips itu, mungkin akan menjadi jaminan suksesnya sebuah wawancara. Tetapi, mungkin juga takkan berguna apa-apa, jika tidak diimbangi dengan kemampuan jurnalistik individu yang mengoperasikannya. Karena itu pula, seorang jurnalis ”haram” mendatangi nara sumber dengan kepala kosong.

Persiapan Wawancara

Ada beberapa persiapan yang harus anda lakukan sebelum melakukan wawancara, diantaranya:
Penentuan tema. Mengapa suatu tema harus diangkat? Kenapa harus sekarang? Pertama-tama tanyakan pada diri anda sendiri – mengapa kasus dibawakan sekarang? Dari awal harus sudah jelas peran apa yang akan anda bawakan – informasi apa yang anda mau dari narasumber, apakah perspektifnya, dimana mereka akan anda posisikan.

menentukan Angle. Angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibikin untuk membantu tulisan supaya terfokus. Kita tidak mungkin menulis seluruh laporan tentang apa yang kita lihat, atau menulis seluruh uraian yang disampaikan oleh narasumber. Tulisan yang tidak terfokus hanyalah akan membingungkan pembaca. Untk mebentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah [pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana-mana. Hal-hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan. Jika ada informasi lain yang disampaikan maka bisa dibuat judul lain. Atau informasi yang sangat penting tersebut tidak cukup untuk dibuat dalam berita tersendiri, maka bikinlah sub judul.

Susunlah outline. Agar memudahkan dalam wawancara maka sebaiknya anda menyusun kerangka berita (outline) atau istilah yang lebih lazim flowchart.
Outline berisi antara lain:
Tema berita
Angle
Latar belakang masalah
Narasumber
Daftar pertanyaan

Mengumpulkan Informasi dengan Tepat

Ketidak akuratan (kesalahan) dalam pemberitaan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian (kesembronoan) yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis berita. Kemudian ia salah menuliskan nara sumber berita.

Seorang wartawan kawakan akan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari kesalahan fakta:

Bila anda mewawancarai seseorang, tanyakan nama, umur, alamat, dan nomor teleponnya. Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan informasi yang anda peroleh (tangkap) sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam berita, namun reporter harus mengetahuinya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita tersebut.

Bila informasi nara sumber anda peroleh dari tangan kedua, harap dicek pada sumber berita untuk membetulkannya.

Jangan sekali-kali beranggapan bahwa bahwa anda mengetahui semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap informasi yang penting.

Bila tulisan anda menyangkut materi yang rumit, pastikanlah dulu bahwa anda mengetahui hal itu.

Umumnya seorang wartawan mengambil peranan sebagai seorang pembaca kebanyakan, dan megajukan pertanyaan sesuai dengan posisi itu.

Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka-angkanya dan menghitung. Banyak wartawan yang berdalih bermacam-macam bila seorag pembaca yang kritis mengirim surat ke redaksi dan menunjukkan perhitungan yang keliru dalam tulisan wartawan.

Statistik harus dicermati benar dengan penuh kecurigaan. Anda bisa membuktikan apa saja dengan statistik, tergantung bagaimana cara anda menyajikannya dan apa saja yang anda masukkan atau tinggalkan. Tanyakanlah kepada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka tersebut.

Seorang reporter tidak boleh membiarkan dirinya menjadi alat untuk menipu masyarakat. Kekritisan dan pengecekan yang teliti sering bisa menghindarkan hal it terjadi.

Teknik Penulisan Berita
Setelah mendapat informasi dari lapangan, maka tugas reporter selanjutnya adalah menyampaikan informasi tersebut kepada pembaca secara cepat, jelas, dan akurat.

Unsur-Unsur Suatu Berita
Berita yang baik umumnya harus memenuhi unsur: 5 W + 1 H
Yakni: (Who, What, Where, When, Why) + How
Atau : (Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa) + Bagaimana
Kriteria Khusus: kebijakan redaksional/misi media. Masing-masing media memiliki kebijakan redaksional dan misi yang berbeda.

Pendekatan keamanan (ancaman pembredelan, dan sebagainya). Berita yang mengkritik keras korupsi dan kolusi antara penguasa dan pengusaha bisa berujung pada pembredelan atau teguran terhadap media yang bersangkutan. Atau bisa memakan korban wartawan media itu sendiri, seperti kasus yang menyebabkan terbunuhnya wartwan Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin.

kepekaan masyarakat pembaca dan kemungkinan dampak negatif berita terhadap pembaca. Misalnya untuk isu-isu yang menyangkut SARA (suku, Agama, Ras, dan antar golongan). Atau bisa menyinggung perasaan atau martabat pembaca.

Beberapa Macam Berita:

Dari segi sifatnya, kita kenal dua macam: Hard News dan Soft News.

Hard News/Straight News: berita yang lugas, singkat, langsung kepokok persoalan dan fakta-faktanya. Biasanyaharus memenuhi unsur 5W+1H secara ketat dan harus cepat-cepat dimuat, karena terlamba sedikit bisa basi. Istilah Hard News lebih mengacu pada isi berita, sedangkan istilah Straight News lebih mengacu pada cara penulisannya (struktur penulisanya).

Soft News: beritayang dari segi struktur penulisannya relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat. Soft news umumnyatidak terlalu lugas, tidak kaku, atau ketat khususnya dalam soal waktunya. Misalnya tulisan untuk menggambarkan kesulitan yang dihadapi rakyat kecil akibat krisis ekonomi. Selama krisis ekonomi masih berlanjut, berita itu bisa diturunkan kapan saja. Biasanya lebih banyak mengangkat aspek kemanusiaan (human interest).

Dari segi bentuknya, soft news masih bisa kita perinci lagi menjadi dua: News Features dan Feature. Feature adalah teknik penulisan yang khas berbentuk luwes, tahan lama, menarik, strukturnya tidak kaku, dan biasanya megangkat aspek kemanusiaan. Pada hakekatnya penulisan feature adalah seorang yang berkisah. Ia melukis gambar dengan kata-kata, ia menghidupkan imajinasi pembaca, ia menarik pembaca kedalam cerita dengan mengidentififkasikan diri dengan tokoh utama. Panjang tulisan feature bervariasi dan boleh ditulis seberapa panjang pun, sejauh masih menarik.

Sedangkan News Feature adalah Feature yang mengandung unsur berita. Misalnya tulisan yang menggambarkan peristiwa penangkapan Tommy Suharto oleh polisi, yang diawali dengan penyadapan telepon dengan bantuan Roy Suryo seorang pakar Multimedia dan Komunikasi, pembongkaran ruang bawah tanah, sampai proses tertangkapnya disajikan secara seru, menarik, dan dramatis. Seperti menonton film saja.

Struktur Penulisan Berita

Hard news/straight news biasanya ditulis dalam bentuk struktur “piramida terbalik” yakni inti berita ditulis pada bagian paling awal, dan hal-hal yang tidak penting ditulis belakangan.

Soft news, News Feature dan Feature ditulis dengan gaya yang tidak kaku. Hal-hal yang penting bisa ditulis di bagian awal, namun juga tidak mutlak. Yang pening tetap menarik untuk dibaca. Lebih jauh mengenai teknik penulisan Feature akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Penulisan Judul

Judul merupakan inti dari teras berita. Judul harus jelas, mudah dimengerti dengan sekali baca dan menarik, sehingga mendorong pembaca untuk mengetahui lebih lanjut isi tulisan. Selain itu judul juga harus menggigit, perlu kejelasan makna asosiatif setiap unsur Subyek, Obyek, dan Keterangan.

Panjang judul maksimal dua baris terdiri atas empat hingga enam kata. Bila panjang judul satu baris, maksimal terdiri atas lima kata. Untuk judul berita utama maksimal lima kata.

Semua kata di dalam judul dimulai dengan huruf besar, kecuali kata sambung seperti dan, di, yang, bila, dalam, pada, oleh, dan kata tugas lainnya yang ditentukan redaksi.

Penulisan judul tidak boleh dimulai dengan angka. Hindari penggunaan singkatan yang tidak populer. Judul bersifat tenang dan tidak bombastis.

6. Bagaimana menuangkan gagasan untuk feature
Desember 17, 2007 oleh Editor
Penulisan feature merupakan salah satu pilar dalam media massa. Feature yang pada umumnya merupakan sebuah liputan yang tidak terikat pada pakem straight news atau current event merupakan tahap berikutnya dalam penulisan jurnalistik.

Menulis feature memerlukan latihan yang cukup lama. Tidak seperti menulis atau memberikan laporan mengenai current event, peristiwa yang sedang berjalan, penulisan feature perlu sedikit kontemplasi, renungan dan mempertajam situasi dibalik berita.

Bagaimana menuangkan gagasan dari berita menjadi sebuah tulisan featuris ?

Inilah tantangan yang tidak mudah. Beberapa hal bisa dipikirkan di bawah ini:
1. Fokus terhadap peristiwanya. Kebakaran pasar adalah kerangka berita utama hari itu, namun perjalanan manusia didalamnya, perjuangan pedagang yang sudah puluhan tahun memutar modal kemudian hangus tanpa asuransi merupakan sebuah bahan feature menarik.

2. Fokus kepada manusia. Cerita manusia didalam sebuah peristiwa, atau cerita seseorang dibalik peristiwa merupakan sebuah kasus menarik untuk diangkat. Rasa simpati penulis terhadap nasib salah satu korban tabrakan di jalan tol, misalnya akan menggugah para pengambil kebijakan untuk memperketat laju kendaraan di tol. Cerita mengenai manusia dibalik berita akan memberikan bobot pada laporan utama.

3. Tuangkan dalam tulisan yang menyentuh. Tidak seperti pemberitaan yang lugas, kurang emosional, maka tulisan bentuk feature bisa dijadikan sebagai sebuah karya jurnalistik yang menyentuh kehidupan inti manusia, tentang hidup dan mati, tentang cinta dan pengkhianatan dan tentang patriotisme, misalnya. Disini memerlukan sedikit keterampilan dalam mengolah karya tulis ini. Bahasa dari dunia sastra akan bermanfaat untuk memperhalus alur cerita tanpa terjebak kedalam cerita fiksi.

4. Ending yang berkesan. Kekuatan feature adalah menarik pembaca kedalam tulisan sampai titik terakhir. Buatlah alur tulisan yang mengarah kepada klimaks yang membuat pembaca penasaran akan cerita didalam tulisan itu. Ending cerita mungkin bukan kemenangan atau keberhasilan subyek cerita tetapi mungkin tatapan masa depan yang suram.
Sumber: www.journalist-adventure.com

8. Bagaimana wartawan mencari berita?
Februari 15, 2007 oleh Editor

Sebelum terjun ke media massa, saya juga sempat terperangah dengan berbagai berita dan laporan yang muncul baik di media elektronik atau cetak. Bagaimana jurnalis ini bisa tahun berita ini dan itu ? Pertanyaan ini pernah disampaikan oleh salah seorang pembaca blog ini.

Setelah terjun kedalam media massa dimulai dari koran Kompas, secara perlahan mengetahui bagaimana wartawan mengetahui semua berita hari itu. Namun dalam pengalaman, bisa saja satu media “kecolongan” tidak dapat meliput, namun sore atau malam hari dicarinya berita yang keluar di radio atau televisi untuk keperluan surat kabar misalnya.

Ada beberapa cara berita itu diperoleh oleh wartawan.
1. Jadwal acara pejabat/lembaga
Setiap pejabat tinggi mulai presiden sampai dengan para menteri dan dibawahnya memiliki jadwal acara yang sudah disusun. Rapat kabinet misalnya biasa berlangsung hari Rabu untuk Polkam dan Sosial untuk hari Kamis. Ini tentu saja tergantung presidennya. Dalam rapat itu para wartawan bisa menebak agendanya. Atau kalau ada bocoran dari dalam bisa tahu apa yang diperdebatkan di dalamnya. Jadwal acara adalah hal utama dalam liputan setiap media. Tim jurnalis tinggal datang dan mengembangkan beritanya.

Selalu melakukan double check
Agustus 31, 2006 oleh Editor

Jangan malu bertanya. Kalau perlu berulang kali. Jabatan, nama gedung, nama perusahaan, nama negara bahkan nama seseorang perlu ditulis dengan akurat. Jika kita ingin mendapatkan berita dan laporan akurat jangan malu bertanya lagi mengenai nama dan jabatan yang diwawancara.

Baru-baru ini saya wawancara Pak Rusman Heriawan. Sebelumnya beliau menjabat Deputi Kepala BPS dan bulan Agustus beliau mengatakan sudah dua bulan menjadi Kepala Badan Pusat Statistik. Hal itu diketahui karena saya bertanya ulang, jabatannya apa yang terakhir.

Penjelasan Pak Rusman Heriawan memberikan koreksi yang sangat penting dalam unsur berita. Kenaikan pangkat sering terjadi oleh sebab itu nama perlu dicek ulang. Cek ulang seluruh fakta yang diterima. Bersikaplah skeptis.

Nara sumber akan senang apabila nama dan jabatannya tepat diberitakan. Itulah pentingnya cek ulang dalam penulisan laporan.

Berita sebagai mosaik peristiwa


Saya teringat sebuah penjelasan dari seorang wartawan senior Kompas bahwa ketika menulis berita kita melihatnya sebagai sebuah sekuen. Peristiwa tidak muncul begitu saja. Ada latar belakangnya dan ada pula akibatnya.

Jadi sebuah event tidak berdiri sendiri. Itulah prinsip penting dalam penulisan berita. Kita datang ke sebuah peristiwa apakah itu perang di Lebanon atau datang ke acara peresmian pabrik pupuk, tentu ada peristiwa yang mendahuluinya.

Itulah yang perlu diketahui ketika terjun kedalam liputan. Saya baru mendengar bahwa kasus Mantan Presiden Suharto bisa dilanjutkan karena pembatalan sebelumnya tidak sah. ah tentu perlu diketahui mengapa kasus ini masih muncul. Mengapa dulu dibatalkan penyidanganya ? Itulah yang akan menjadi bagian dari berita dan liputan.

Jurnalis di lapangan perlu tahu kasus apa saja yang diajukan. Sumber informasi bisa datang dari arsip media, bertanya kepada pakar atau dari para pengacara terdakwa. Setidaknya dalam penulisan akan terasa tidak ada rasa ragu-ragu. Perspektif akan lebih luas dibandingkan jurnalis yang tidak punya background.

Demikian pula perlu diantisipasi apa yang akan terjadi kemudian. Pemikiran pertama tentu reaksi dari tim pengacara Soeharto

Oleh sebab itulah sebuah berita merupakan mosaik. Dia adalah bagian dari sebuah gambar besar. Kejadian yang kita liputa dalam satu hari tertentu merupakan sekuens atau urutan dari sebuah peristiwa.

Tepati deadline
Agustus 4, 2006 oleh Editor

Salah satu musuh dari jurnalis adalah deadline. Inilah yang selalu dikatakan oleh editor kepada wartawan yang bertugas di lapangan baik di dalam maupun di luar negeri, baik di kota maupun di pedalaman. Deadline.

Saya teringat ketika bertugas dengan Rene Patiradjawane dalam liputan penyerahan Hongkong dari Inggris ke Cina tahun 1997 menjelang krisis moneter di Indonesia. Begitu banyak tulisan yang harus dikirim ke Jakarta dari Hongkong dan begitu ketat deadline. Perbedaan waktu memang tidak begitu jauh namun liputan ke lapangan dengan berbagai topik serta current news memang tidak gampang.

Kami harus berbagi tugas untuk liputan. Berbagai angle dikembangkan setiap hari untuk penulisan dan satu angle besar untuk halaman satu.

Salah satu kiat memang menentukan kapan semua berita itu masuk dan kapan angle yang tepat ditentukan terutama untuk halaman satu. Untuk halaman dalam deadline lebih siang sehingga penulisan harus lebih cepat dan lebih sore. Penentuan angle berita di dalam dan luar bisa dikembangkan berdasarkan pada bidang ekonomi, politik, sosial atau budaya. Speed memang menentukan karena selain beritanya banyak, Hongkong menjadi fokus dunia.

Satu lagi dalam memenuhi deadline adalah cara pengiriman. Dengan berkembangnya email pengiriman memang menjadi lebih mudah namun jangan lupa internet juga sering bermasalah. Kita harus menyiapkan berbagai cara juga seperti fax sebagai alternatif.

Kiat lainnya adalah memang sebelum pengiriman berita atau foto dilakukan uji cobalah pengiriman itu. Lewat email, FTP, atau faksimile tetap harus dites dahulu.
Ditulis dalam Arsip, Teknik Penulisan, Tips Liputan
Trackback URI Komentar RSS

Kebijakan editorial ketika penulisan liputan (2)
Juli 25, 2006 oleh Editor

Dalam tulisan terdahulu pernah disinggung mengenai kebijakan editorial sebagai panduan dalam penulisan liputan. Kompas sebagai salah satu surat kabar yang mapan telah menetapkan serangkaian kebijakan editorial yang menjadi darah daging dalam penulisan para wartawannya. Tidak hanya penulisan laporan tetapi juga angle liputan, penyusunan berita dan secara keseluruhan tampilan Kompas seperti yang kita simak setiap hari.

Tentu saja dalam beberapa hal ada pengecualian. Namun seperti dijelaskan Jacob Oetama, pendiri, perintis dan mantan Pemred Kompas, humanisme trasendental menjadi bagian penting dalam liputan.

Di BBC pun kebijakan editorial sudah menjadi bagian penting dalam mengendalikan output media. Baik Radio, Televisi maupun Internet, kebijakan editorial sangat penting dalam liputan.
Beberapa poin mengenai kebijakan editorial dapat disimak selengkapnya dalam situs BBC.
Singkatnya adalah:
1.Truth and accuracy
Kebenaran berita lebih penting dari kecepatan. Akurasi jauh lebih penting juga dari sekedar cepat memberitakan.
2. Impartiality & diversity of opinion
Tidak memihak. BBC berusaha menempatkan sesuatu secara seimbang, dua belah pihak atau lebih yang bertikai diberi tempat sama.
3. Editorial integrity & independence
BBC memiliki peran sebagai sumber independen, tidak memihak kepada pengusaha atau pemerintah
4. Serving the public interest
5. Fairness
6. Privacy
7. Harm and offence
8. Children
9. Accountability
Istilah editoral policy lainnya bisa dibaca dalam situs BBC.

Meliput konflik
Juli 23, 2006 oleh Editor

Salah satu tantangan dalam peliputan adalah meliput konflik baik itu berupa konflik politik, militer atau konflik sosial. Pertikaian adalah bagian dari kehidupan manusia dalam tataran individual, kelompok bahkan negara. Kita mengenal dua blok besar saat Perang Dingin antara blok Uni Soviet dan Amerika Serikat.

Dua blok besar ini selama hampir setengah abad menjadi bagian dalam khasanah pelaporan jurnalistik. Media massa dalam kurun waktu antara 1945 sampai 1980-an didominasi oleh pertikaian besar antara blok komunis dan kapitalis. Media massa pun terpengaruh dalam pengkotakan itu. Sulit disebutkan bagaimana muncul objektivitas jika liputan konflik itu kemudian dituangkan dalam karya jurnalistik. Masing-masing negara, masing-masing media dan bahkan masing-masing wartawan terpengaruh oleh adu kekuatan itu.

Salah satu tips dalam kondisi itu adalah kaidah dasar jurnalistik untuk memuat kedua belah pihak atau sekian pihak yang terlibat dalam konflik ini. Pandangan kedua pihak perlu dicatat dan dilaporkan disertai grafik atau gambar.

Dalam konflik di Lebanon yang disebut-sebut antara Israel dengan Hamas dan Israel dengan Hizbullah maka mau tidak mau penulisan liputan baik langsung maupun dari sumber kedua seperti kantor berita, tugas utama media adalah memetakan persoalan. Kampanye kedua belah dipetakan dalam sebuah bingkai konflik antar dua pihak.

Tentu saja sulit melepaskan dimana media dan jurnalis itu berada dalam penulisan jika konflik itu melibatkan emosi. Gempuran besar terhadap Lebaon dari superioritas udara Israel bisa disebut sebagai perang tidak berimbang karena tidak melibatkan pertempuran yang sebanding. Sebenarnya ini tugas jurnalis juga menggambarkan apa yang terjadi dengan serangan itu dan bagaimana perlawanan dari Hizbullah terhadap serangan itu.

Namun ada catatan mengenai laporan konflik ini. Meski tetap berusaha untuk berimbang dalam pemuatan berita namun media juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Apakah itu kebijakan editorial atau para pembacanya, maka penyajian untuk mencapai sebuah liputan obyektif bukan berarti tidak boleh menonjolkan satu berita atau pandangan.

Dalam situasi di Lebanon tentu nasib warga Lebanon yang terusir karena perang lebih menarik menjadi perhatian ketimbang pertempuran yang tidak seimbang. Atau bisa juga mengambil angle mengenai heroisme Hizbullah sebagai underdog melawan goliath Israel.

Setiap liputan konflik memerlukan kreatifitas juga. Tidak selalu media harus mengikuti pola pemberitaan yang berlaku atau disajikan kantor berita asing seperti Reuters atau AFP. Namun setelah mengolah data dari berbagai media, bisa saja media di Indonesia menyajikannya yang tepat sesuai konsumsi pembaca.

Penyajian liputan yang salah terhadap sebuah konflik akan menimbulkan keresahan dari pembacanya. Mungkin apa yang dianggap seorang jurnalis profesional adalah proporsional dan adil dalam liputan, belum tentu dianggap tepat oleh pembaca. Oleh sebab itu perlu ekstra hati-hati mengenai cara menyajikan liputan seperti terjadi di Lebanon. Untuk soal kehati-hatian ini memang insting jurnalis yang lama bisa membaca dan merasakan bagaimana denyut masyarakat itu, tidak hanya sekedar faktual seperti disajikan media utama Barat meskipun sebenarnya tidak faktual juga. Kalau kita simak lebih rajin televisi misalnya, Al Jazeera akan kentara sekali menonjolkan satu sisi yang lebih menekankan sisi Arab-nya bukan pernyataan dari ibu kota negara-negara Barat.
Ditulis dalam Teknik Penulisan 1 Komentar

Kebijakan editorial ketika penulisan liputan
Juli 21, 2006 oleh Editor

Apa yang membedakan satu koran dengan koran lainnya dalam liputan ? Jawaban simplenya: kebijakan editorial. Editorial masing-masing surat kabar atau media berbeda satu sama lain. Boleh dikatakan tidak ada media yang sama persis kebijakan editorialnya dalam pemberitaannya.

Kebijakan editorial inilah yang “membimbing” seorang jurnalis menuliskan laporan liputannya. Dengan adanya editorial ini juga memudahkan liputan di lapangan, menggarisbawahi liputan dan mengangkat tema-tema liputan.

Kompas misalnya sangat kuat dalam kebijakan editorial dengan menyandarkan apa yang disebut humanismei transendental. Humanisme atau kemanusiaan dipahami dalam konteks manusia sebagai orang yang memiliki nilai hidup keagamaan. Humanisme transedental merupakan pilar Komapas dalam semua liputan mulai dari hiburan sampai dengan berita politik.

Dalam sebuah tulisan tepat 40 tahun Kompas, Jacob Oetama menulis seperti ini soal kebijakan editorial:
Pandangan, sikap hidup, dan orientasi nilai Kompas adalah faham kemanusiaan yang beriman, yang percaya kepada nilai abadi dan nilai kemanusiaan.

Bukan saja pendidikan yang diperlukan anak manusia, tetapi juga pencerahan, pendidikan akal budi. Ilmu, kepandaian, kecerdasan menjadi bagiannya. Tetapi juga watak atau karakter, kepribadian, rasa tanggung jawab, kejujuran, dan ketulusan.

Orang Perancis menyebut surat kabar sebagai un journal c’est un monsieur, surat kabar bersosok, berpribadi justru karena memiliki pandangan hidup yang transenden serta pandangan hidup kemasyarakatan.

Lebih dari sekadar suatu informasi dan peliputan perihal peristiwa dan permasalahan, surat kabar adalah juga interaksi. Dalam bahasa sehari-hari karena itu surat kabar mempunyai policy, editorial policy, kebijakan editorial. Juga kebijakan perusahaan.

Pandangan dasar koran atau media apapun memang penting untuk memiliki semacam falsafah atau hal-hal fundamental yang membuat sebuah lembaga media berdiri. Jika hanya kebutuhan komersial, lembaga media memang bisa menjadi kaya tetapi tidak memberikan “daya pikat” yang kuat untuk sebuah bangsa secara keseluruhan. Media komersial hanya akan memperkaya para pemilik media itu secara materi tetapi mungkin tidak akan “memperkaya” khasanah kebudayaan bangsa.

Oleh sebab itulah maka sebuah kebijakan redaksi sangat penting dalam liputan di lapangan. Terjun ke lapangan tanpa panduan akan menyulitkan para jurnalis. Selain itu tanpa sebuah semangat kebersamaan dalam sebuah media maka bisa terjadi ketidakharmonisan dalam penyajian berita dan liputan.
Ditulis dalam Teknik Penulisan

Menyajikan laporan=menyajikan makanan lezat
Juli 8, 2006 oleh Editor

Laporan yang ditulis setelah liputan di lapangan atau riset di perpustakaan perlu disajikan dengan cara yang mudah dibaca. Media massa adalah bacaan untuk umum. Sasaran pembaca atau pendengar/penonton untuk media elektronik seharusnya bisa memahami laporan seorang jurnalis dengan mudah.

Dalam berbagai pendapat wartawan senior, begitu orang itu membaca lead sebuah tulisan seharusnya telah memberikan penjelasan yang komprehensif yang memungkinkan orang super sibuk bias mendapatkan informasi lengkap.

Meskipun demikian syarat utama sebuah berita atau laporan, namun tetap penyajiannya memperhatikan seni berkomunikasi. Seni menyajikan laporan dan berita penting sehingga bisa disantap dengan mudah, enak dan lezat.

Inilah yang dinamakan sejumlah rekan wartawan sebagai mengolah dan memasak informasi serta data itu kedalam sebuah laporan yang bisa lezat dicerna. Seorang jurnalis dengan kata lain perlu juga membayangkan seperti seorang juru masak alias koki dalam menyajikan makanan yang lezat.

Kalau kita perhatian, makanan itupun beraneka ragam. Makanan itu bisa disajikan dengan pedas atau manis. Santapan itu juga bisa disajikan dengan berbagai bumbu penyedap. Kalau makanan ada yang disebut pembuka atau starter guna menggoyang lidah guna menyantap sajian berikutnya, demikian juga tulisan.

Bahkan ada jenis makanan penutup untuk menambah rasa lezat yang sempurna dari suatu santapan. Berilah kepuasan kepada pelanggan sehigga selera makannya naik. Juru masak akan mengetahui bagaimana mengundang selera konsumennya.

Kalau diperhatikan lebih seksama, seni memasak sama dengan seni jurnalistik. Penulisan perlu memperhatikan aspek estetika sehingga terlihat lezat. Lebih dari itu tulisan juga terlihat enak dilihat. Kekacauan dalam merangkai kata-kata, menjalin logika dan menyajikan argumentasi akan menimbulkan sakit kepala kepada pembacanya. Itulah mengapa seni menyajikan tulisan atau laporan seperti halnya menyajikan hidangan perlu dipelajari.

Sebuah tulisan atau laporan yang menggugah akan menimbulkan dampak besar bagi pembacanya. Sajian yang informatif serta uraian yang dapat menimbulkan emosi pembaca peru dilatih.

Wartawan itu manusia dan pembaca juga manusia. Sentuhan tidak hanya kepada akal yang rasional tetapi juga kepada emosi seperti dalam penulisan laporan di tempat musibah. Itulah mengapa penulisan laporan pun perlu memperhatikan konteksnya.
Ditulis dalam Teknik Penulisan
Penulisan tragedi
Juli 7, 2006 oleh Editor

Tragedi bisa terjadi setiap saat. Media cenderung meliput habis-habisan tragedi ini terutama kalau sudah menyangkut drama manusia. Nasib hidup dan mati insan ini menjadi sebuah berita yang akan menjadi pusat perhatian dunia. Apalagi jika skala tragedi itu mengglobal seperti bom London, bom Bali dan kelaparan di Afrika.

Hari ini tanggal tujuh Juli 2006, tepat satu tahun tragedi pemboman di London. Yang sudah diketahui umum sebanyak 52 orang meninggal karena aksi bom empat orang di jaringan kereta bawah tanah dan sebuah bus.

Peristiwa pemboman itu terjadi saat saya berada di lapangan ketika akan berangkat ke kantor. Suasana mencekam dapat saya rasakan di London mulai sejak melangkah ke kereta api, jalan di London yang seperti kota mati dari kendaraan umum dan suara melengking ambulans dan polisi.

Beberapa angle yang bisa digarap dalam penulisan tragedi seperti tragedi di London ini:
1. Selalu diangkat adalah drama manusia. Mereka yang meninggal, perasaan mereka yang selamat, keluarga korban adalah sumber berita yang kuat. Hindari statistik. Sajikan statistik dalam bentuk grafik. Penulisan diarahkan kepada emosi dan suasana berduka yang akan mendominasi tulisan sejak lead sampai akhir. Drama manusia ini merupakan sebuah gambaran betapa hidup dan mati, betapa semua ini akibat konflik akan menjadi menarik..

2. Sajikan dalam bentuk feature. Pendekatan feature dengan penonjolan karakter dan emosi manusia adalah sajian yang biasanya lebih menyentuh dan mengundang pembaca. Inilah yang akan membuat sebuah penulisan berita akan menarik. Fokus kepada karakter manusia dan penyajian yang lebih mengalir dari sekedar standar 5W1H. Penulisan seperti ini memang memerlukan latihan sendiri, tidak hanya sekedar menuliskan berita standar. Biasanya penulisan bentuk feature ini lebih berat dari sekedar penyajian hardnews biasa.

3. Selain bentuk emosi manusia yang ditonjolkan, jangan lupa konteks pemberitaan. Tragedi terjadi dalam sebuah peristiwa. Meski sorotan itu terhadap emosi dan suasana hati mereka yang terlibat dan yang melihat maka peristiwa yang melingkupinya, misalnya jenis bom apa jika memang itu ledakan bom atau badai seperti apa dan berapa kekuatannya.

4. Jangan lupa di bagian belakang menuliskan sebuah ulasan sedikit mengenai apa yang terjadi kemudian, bagaimana para korban tragedi ini dan apakah akan bertambah jumlahnya. Lalu apakah gempa atau bencana itu akan terjadi lagi misalnya dalam kasus liputan di Yogya.
Journalist’s Adventure
Sources for journalist’s life and career
Feed on

Wawancara dengan Wan Azizah Wan Ismail
Juni 28, 2006 oleh Editor

Salah satu liputan di lapangan yang penting adalah wawancara nara sumber utama. Setiap peristiwa ada pelaku utamanya dan inilah yang menjadi sasaran semua jurnalis mengejarnya. Dari peristiwa olahraga, ekonomi, hiburan sampai politik, senantiasa muncul aktor-aktor utama yang menjadi bahan berita.

Mengejar mereka merupakan salah satu tantangan bagi para wartawan terutama mereka yang masih muda. Menjajal akses kepada nara sumber dengan berbagai pintu memiliki teknik sendiri.
Dalam kasus ketika saya meliput perkembangan Malaysia sesudah Anwar Ibrahim ditahan tahun 1998, nara sumber utamanya adalah Wan Azizah Wan Ismail. Dialah yang dianggap pengganti Anwar dan sekaligus motor penggerak reformasi.

Perhatian dunia teruju kepada seorang ibu yang sebelumnya tidak pernah berkecimpung langsung dalam dunia politik. Menemui Wan Azizah ternyata tidak sesulit menemui Anwar Ibrahim. Setelah mendapatkan ijin ke rumahnya, tentu dengan cara tersendiri karena adanya polisi pakaian preman yang menahan orang yang mendekati rumah Wan Azizah.

Saya datang tidak langsung menuju rumahnya di daerah Damansara tetapi memantau situasi dahulu. Dari restoran dekat kediaman Wan Azizah terlihat polisi berseragam berjaga-jaga dan menghalau sejumlah orang yang diduga pendukung Anwar.

Saya berusaha tidak mencolok datang sehingga bisa mendekati rumah dan langsung masuk kedalam mengetuk pintunya. Setelah konsultasi dengan seorang kerabatnya maka saya dijanjikan wawancara dengan Wan Azizah.

Berikut ini hasil wawancara yang dimuat di Kompas berkisar pendangan pribadinya mengenai berbagai masalah politik. Sebenarnya isi wawancara lebih panjang dari yang diberitakan. Keterbatasan space di surat kabar mengharuskan saya meletakkan hal-hal penting untuk pembaca dibandingkan yang lainnya.

WAWANCARA DENGAN WAN AZIZAH:
SAYA KAWIN DENGAN SEORANG PEJUANG
Penangkapan Anwar Ibrahim tidak menghentikan gerakan reformasi di Malaysia yang kini mendapat dukungan dari pelbagai lapisan masyarakat. Komando gerakan reformasi kini di tangan Dr Wan Azizah Wan Ismail (46), istri Anwar Ibrahim. Ia mengaku, tak gentar menghadapi bagai intangan. Ia siap berjuang, karena ia sadar sejak semula kawin dengan seorang pejuang. “Insya Allah gerakan reformasi akan berhasil, karena didukung terutama oleh lapisan masyarakat bawah, yang terdiri dari berbagai kaum. Baik Melayu, Cina, maupun India. Rakyat Malaysia juga yakin akan bersikap teguh dalam memperjuangkan keadilan di negerinya,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan wartawan Kompas, Asep Setiawan di kediamannya Jalan Setia Murni I No 8 Bukit Damansara,Kuala Lumpur. Datin Wan Azizah, yang tampil berpakaian motif bunga berwarna kuning cerah dengan kerudung polos warna kuning emas, tidak bisa lagi menerima para pendukungnya seperti biasa. Ia dan rumahnya diawasi polisi selama 24 jam. Bahkan hampir setiap hari ada helikopter polisi yang mengawasi dari udara. Namun demikian, semangat reformasi di negara yang berpenduduk 22 juta jiwa itu sudah menjalar ke berbagai pelosok. Sejak Anwar dipecat 2 September kemudian ditahan 20 September lalu, Wan Azizah menjadi fokus harapan. Berikut ini petikan wawancaranya.

Apakah Datin (Ibu -Red) Wan Azizah yakin gerakan reformasi di Malaysia akan berhasil?

Insya Allah. Sebab apa? Allah akan menolong orang dalam kebenaran. Orang yang menuntut hak itu, akan ditolong Allah, tetapi mestilah diberikan satu ujian, untuk menguji bagaimana kita menangani masalah ini dengan ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan iman dan amal kita. Saya merasa ini suatu hikmah. Musibah yang berlaku atas suami saya dan keluarga telah mendekatkan kami kepada Allah SWT.

Apakah Anda siap melanjutkan gerakan reformasi, Datin ?
Ya, saya akan memikul amanah apa yang Abang (Anwar) katakan. Saya percaya pada perjuangannya, sebab itulah kita menikah dulu. Saya menikah bukan dengan seorang menteri, saya kawin dengan seorang pejuang. Saya membela kebenaran, dan itu akan menjadi kekuatan untuk mengatasi masalah ini. Selama ini Anwar berjuang di dalam pemerintahan, mengikuti peraturan, dan konsensus. Akan tetapi, ia memohon maaf ketika dalam pemerintahan, ia tak berdaya membetulkan apa yang dianggapnya tidak benar. Akan tetapi, itulah harga yang harus dibayarnya, pemecatan dirinya. Ia tidak hanya dicopot dari jabatannya, tetapi juga diaibkan tanpa pengadilan. Bagaimana Datin melihat tanggapan masyarakat terhadap gerakan reformasi ? Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah SWT, karena penyokong- penyokong bukannya dari kalangan orang berkepentingan dan berpangkat tinggi, melainkan dari orang biasa, yang tidak kami kenal dan tidak pernah masuk aliran politik. Mereka melihat kasus Anwar dianiaya, mereka sendiri terpanggil, datang untuk menyuarakan protes atas keadaan ini.

PM Mahathir Mohamad menuduh demonstrasi, misalnya di Masjid Negara, itu membuat kekacauan? Bagaimana komentar Datin?
Sebenarnya bukan membawa kekacauan, melainkan hanya menyuarakan suara hati tentang terjadinya ketidakadilan. Di mana-mana akan terdengar suara protes. Orang tidak mempunyai saluran untuk mengutarakan ketidakpuasannya terhadap ketidakadilan yang terjadi. Kalau saja orang nomor dua di negeri ini diperlakukan secara begitu, lalu bagaimana nasib orang biasa?

Apakah harapan Datin terhadap pengadilan Anwar nanti ?
Saya berharap sekali Pak Anwar, Insya Allah, diberikan pengadilan yang seadil-adilnya, sidang pengadilan yang terbuka, dengan pengacara- pengacara yang kami pilih dan hakim independen. Pengacara kami belum bisa bertemu Pak Anwar walaupun berulangkali memohon tetapi tidak diberikan izin berjumpa. Mana buktinya kalau Pak Anwar berbuat aib. Tidak ada. Yang ada hanya kesaksian dua orang yang diambil polisi. Keluarga dan pengacara tidak diberi kesempatan bertemu kliennya. Mereka juga tidak diberi kesempatan untuk tahu kapan masa persidangannya. Ketika mereka tahu sudah hampir selesai, lalu diberi hukuman saja.

Ketika Datuk Anwar dikatakan tidak bermoral bagaimana perasaan Datin ?
Oh, saya tidak percaya sama sekali. Setelah saya menikahinya, saya mengetahui ia orang yang selalu bersembahyang, selalu pulang rumah, family man. Kalau pergi berlibur, membawa kami semua sekeluarga, anak kami keenamnya ikut. Ibu bapaknya juga ikut kami. Dia selalu memberitahu anak-anaknya, dia orang yang bertanggung jawab, dia orang yang lembut kasih kepada diri saya. Jadi saya tidak memiliki alasan untuk menuduh dia berlaku durjana.

Bagaimana perasaan anak-anak ?
Memang anak-anak sedih karena ayahnya diaibkan. Mereka tahu ayahnya tak bersalah. Mereka juga sedih tidak dapat jumpa ayahnya - buah hati pernikahan Anwar-Wan Azizah tahun 1980 itu adalah Nurul Azizah (18), Nurul Nuha Anwar (14), Muhammad Ihsan (13), Nurul Ilham (11), Nurul Iman ( dan Nurul Hana (6).*
Sumber:KOMPAS, Selasa, 29-09-1998

Liputan Pemilu Inggris 1997
Juni 28, 2006 oleh Editor

Saat masih di Kompas saya pernah mendapat tugas meliput pemilihan di Inggris. Saat itulah untuk pertama kalinya Tony Blair menjadi perdana menteri seperti sudah diperkirakan sebelumnya. Kajian mengenai gerak gerik Tony Blair inilah yang menarik dunia dengan jargon New Labour Party.

Liputan seperti ini tentu tidak memiliki akses langsung kepada tokoh-tokoh partai namun lebih sebagai observasi di lapangan berdasarkan tinjauan ke markas partai, media massa dan reaksi masyarakat Inggris yang terekam di berbagai sumber berita.

Berikut ini contoh penulisan liputan pemilu dimana penulis tidak langsung mengamati jalannya kampanye:

Ketua Partai Buruh Tony Blair:
INGGRIS HARUS BERUBAH
London, Kompas

Partai Konservatif pimpinan John Major menekankan pada “statusquo” untuk memenangkan pemilihan umum 1 Mei nanti. Sedangkan saingan utamanya Partai Buruh pimpinan Tony Blair mengajak masyarakat untuk berubah agar Inggris lebih baik.

Wartawan Kompas, Asep Setiawan dan pembantu Kompas, L Sastra Wijaya melaporkan, poster-poster kampanye Partai Konservatif di London menyerang langsung Partai Buruh. Misalnya salah satu poster berbunyi, “Inggris sedang berkembang, jangan biarkan Buruh merusaknya”.

Sementara Blair yang tampil dalam poster kampanye Partai Buruh mengajak masyarakat Inggris agar membangun negerinya lebih baik lagi. Poster Buruh ini seolah-olah tidak mempedulikan serangan Konservatif, tapi mengalihkan perhatian pada perbaikan Inggris.

Sejumlah rumah juga terlihat memasang tanda bunga mawar di jendelanya sebagai dukungan terhadap Partai Buruh. Setelah 18 tahun berkuasa tampaknya Konservatif yang dilanda perpecahan akan berakhir kejayaannya. Berbagai laporan media dan komentar pengamat politik sudah mengarah pada tampilnya Blair dan kalahnya Major. Namun majalah Economist mengambil sikap hati-hati dengan menampilkan judul di mana Konservatif akan kalah tapi Buruh-pun tak berhak menang.

Harian The Times dalam berita utamanya malah sudah meramalkan adanya pergulatan kekuasaan untuk menggantikan Major. Wakil PM Michael Heseltine dan Menteri Pertahanan Michael Portillo diramalkan akan bertarung memenangkan kedududkan kunci di Partai Konservatif.

Suasana kampanye masih berlangsung ramai. Blair dengan semangat sekali mengajak para pendukungnya untuk memenangkan pemilu kali ini yang menurut jajak pendapat sudah dimenangkannya. Bahkan ia dengan menggunakan helikopter mewah terjun ke lapangan, menuju tempat-tempatpemilihan potensial. Tidak canggung-canggung ia berjabat tangan dengan para olahragawan sebagai sarana kampanyenya. Blair bisa membawa Buruh menjadi ancaman bagi Konservatif karena visinya yang segar bagi partai dan masyarakat. Kini ia menjadi sorotan masyarakat Inggris dan bahkan negara lainnya terutama Eropa. Ia dikenal sebagai salah satu pendukung integrasi Inggris ke dalam Uni Eropa. Sebaliknya Konservatif menghalang-halangi integrasi itu.

Sampai Senin, kedudukan Buruh masih di atas angin. Sebaliknya Konservatif berusaha menyerang berbagai posisi Buruh untuk melemahkannya menjelang pemilu nanti. Namun usaha itu tampaknya sia-sia saja karena Buruh dengan segenap kekuatan ingin meraih kesempatan emas ini, berkuasa setelah 18 tahun menjadi oposisi.

Suasana dan mood masyarakat pun tampaknya lebih cenderung untuk menerima kehadiran Buruh di pentas politik. Mungkin sudah jenuh dengan gaya Konservtif apalagi di bawah Major yang kurang bergairah, atau memang Buruh yang lebih menarik tawarannya masih sulit diduga. Hanya banyak pengamat sekarang memfokuskan pada isu-isu yang diajukan Buruh dan mulai menimbangnya. *
Sumber: KOMPAS, Selasa, 29-04-1997.

Teknik penulisan liputan
Juni 20, 2006 oleh Editor

Persiapan peliputan penting untuk keberhasilan kerja di lapangan. Demikian pula tips beberapa liputan di lapangan sehingga hasilnya bisa optimal juga sama pentingnya. Nah setelah semua persiapan dan liputan selesai, bahan-bahan liputan ada di tangan tinggal produk akhirnya yakni penulisan untuk surat kabar atau paket audio untuk radio.

Beberapa tips dalam penulisan akan diuraikan secara singkat disini dan akan dielaborasi dalam berbagai contoh di lapangan.

1. Untuk liputan jumpa pers, bila tokoh penting yang hadir maka angle nya adalah apa yang disebut tema aktual yang sedang beredar. Misalkan, Gus Dur mengadakan jumpa pers soal perlunya undang-undang keadaan darurat ketiga berhadapan dengan DPR dan MPR maka setiap pandangan mengenai benturan dengan lembaga legislatif itu sangat ditekankan. Penulisan nya memang akan menyajikan suatu uraian yang menekankan pandangan dan ucapan nara sumber.2. Dalam liputan pemilu di lapangan seperti terjadi di Malaysia atau di Indonesia, maka fokus liputan adalah apa yang terjadi paling aktual pada hari itu. Kadang-kadang soal korupsi menonjol atau juga soal peralihan kekuasaan atau regenerasi kepemimpinan. Lead penulisan harus mencerminkan apa yang menjadi topik aktual pada hari H peliputan.

3. Untuk menuliskan pelaporan mengenai wawancara khusus, memang harus diangkat juga wording yang sangat menarik saat wawancara. Misalnya ketika saat mewawancarai Aung San Suu Kyi, saya mencoba mengangkat ketegasan perjuangan dia dalam menghadapi junta militer dan ketegasan dalam menegakkan demokrasi. Ini penting karena dialah figur pro demokrasi yang menjadi pandangan di dunia. Namun sisi kemanusiaan juga perlu ditonjolkan dalam wawancara misalnya apa saat luang digunakan.

4. Saat mengikuti konferensi yang tertutup dan hasilnya kita ketahui secara pasti, maka data yang kita himpun akan menjadi andalan dalam mengangkat pemberitaan. Ini akan terlihat dengan pelaiputan media lainnya yang belum tentu menuliskan materi inti dari hasil pembicaraan tertutup yang tidak bocor kepada umum. Namun satu hal perlu perhatian kalau kita menangkat sebuah materi sidang tertutup, kita mesti memiliki nara sumber atau dokumen yang kuat. Jika diperlukan sekali kita memiliki sumber A1, misalnya menteri atau dirjen yang memimpin sidang.

Dalam pertemuan selanjutnya kita akan kaji lebih dalam lagi mengenai cara penulisan atau presentasi dalam bentuk contoh-contoh.
Ditulis dalam Teknik Penulisan