TEKNIK WAWANCARA DAN MENULIS BERITA
Dalam jurnalistik, melakukan wawancara dan menulis berita sudah menrupakan paket kerja harian yang harus dilakukan oleh seorang jurnalis. Itulah seni dan tantangan yang harus dihadap seorang pewarta ke orang lain. Nah, dalam konteks demikian perlu ghendaknya memahami tahap-tahap ataupun langkah langkah manakala kita harus melakukan dan menggunakannnya, baik sebagai seorang jurnalis maupun seoranmg interviewer.
Di natara kedunaya tentu memiliki spesifikasi dan format jkeharusan yang hendaknya dimengerti dan dipahami oleh seorang calon jurnalis profesional. Berikut ini gambaran singkat apa yang harus dilakukan dan dimengerti.
Teknik Wawancara dan Menulis Berita
Yang dimaksud berita dari segi pendekatan jurnalistik ialah peristiwa yang telah dimuat dalam suatu media cetak, atau disiarkan lewat radio atau televisi.
Mengapa orang membaca berita? Tentu bukan sekedar ingin mengisi waktu luang. Orang membaca berita karena ingin mengetahui perkembangan situasi lingkungan sekitarya.
Kriteria Kelayakan Berita
Apakah semua peristiwa layak dijadikan berita? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi berita, antara lain:
Penting. Pengesahan RUU Sisdiknas adalah penting, karena menyangkut kepentingan rakyat banyak, yang menjadi pembaca media bersangkutan. Maka layak jadi berita. Ini juga relatif tergantung dari khalayak pembaca yang dituju. Isu Amien Rais menjadi calon presiden tentu penting untuk dimuat di Harian Republika, tetapi kurang penting dimuat di Majalah Gadis, karena khalayak pembacanya berbeda.
Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa yang telah terjadi pada 10 tahun yang lalu jelas tidak bisa jadi berita.
Unik, bukan sesuatu yang biasa. Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa biasa. Tetapi jika mahasiswa berkelahi dengan dosen di dalam ruang kuliah, itu luar biasa.
Asas keterkenalan. Kalau mobil anda ditabrak mobil lain, tidak pantas jadi berita. Tetapi kalau mobil yang ditumpangi putri Diana ditabrak mobil lain, itu jadi berita dunia.
Asas kedekatan. Asas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun kedekatan emosial. Banjir di Cina yang telah menghanyutkan ratusan orang, masih kalah nilai beritanya dibandingkan banjir yang melanda Jakarta, karena lebih dekat dengan kita.
Magnitude (dampak dari suatu peristiwa). Demonstrasi yang dilakukan oleh 10.000 mahasiswa tentu lebih besar magnitudenya dibanding demonstrasi oleh 100 mahasiswa.
Trend. Sesuatu bisa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas dimasyarakat. Misalnya, sekarang orang mudah marah dan mudah membunuh pelaku kejahatan kecil (pencuri, pencopet) dengan cara dibakar hidup-hidup.
Teknik Wawancara
Berita sebagai produk jurnalistik hanya bisa lahir dari fakta-fakta yang ada di masyarakat. Dan di balik fakta-fakta itu tentu ada aktornya. Untuk kelahiran sebuah produk jurnalistik yang sehat, jurnalis harus mampu membuat si aktor bicara. Cara efektif untuk itu, tidak ada lain, kecuali dengan jalan melakukan wawancara.
Dalam aktifitas jurnalistik, sebuah wawancara sudah barang tentu memerlukan berbagai sentuhan teknik dalam aplikasinya. Dan berbicara ikhwal teknik wawancara, tentu saja kita akan berhadapan dengan sesuatu yang dinamis bahkan progresif dan juga fleksibel. Artinya, teknik wawancara itu bukan merupakan sesuatu yang musti baku, kaku, apalagi sakral. Teknik itu berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan masyarakat. Karenanya, para jurnalis juga dituntuk untuk senantiasa memberdayakan diri sesuai tuntutan jaman.
Terpenuhinya prinsip-prinsip keberimbangan bagi sebuah berita, hanya bisa ditempuh dengan wawancara. Dan sekali lagi, hanya dengan wawancara, maka berita sebagai hasil karya jurnalistik akan memiliki daya hidup sekaligus bisa dipertanggungjawabkan. Sebab, dengan wawancara, fakta-fakta dari masyarakat yang dihimpun wartawan akan terekonstruksi dengan baik.
Namun, Wartawan tidak boleh mengabaikan anatomi persoalan yang terkait dengan temuan fakta-fakta tersebut di lapangan. Dan untuk persoalan-persoalan tertentu, Wartawan wajib memetakannya. Penyiapan anatomi persoalan itu bahkan merupakan langkah awal sebelum berlangsungnya sebuah wawancara. Bermutu tidaknya sebuah wawancara, biasanya justru lebih banyak ditentukan oleh hal tersebut. Misalnya, seorang Wartawan ingin mengetahui secara detail tentang posisi, peran dan sumbangan intelektual dalam mendorong demokrasi di Indonesia, maka Wartawan harus mampu menggambarkan bagaimana kaum intelektual Indonesia mengembangkan wacana yang beragam atas wacana resmi Orde Baru di sekitar tema-tema pokok “Pembangunan”, “Dwi fungsi”, “Demokrasi Pancasila”,”Persatuan dan kesatuan” serta “Sara”. Itu yang penting !.
Dari sana akan bisa dibuat kategori-kategori intelektual Indonesia. Dan mungkin saja akan segera terpetakan adanya intelektual ortodoks, revisionis dan mungkin oposisionis. Secara demikian, setidaknya telah tercipta sarana pemahaman baru yang lebih memadai tentang intelektual Indonesia.
Untuk sampai pada pemahaman itu, seorang Wartawan harus memiliki referensi cukup tentang berbagai bidang yang diminati. Jadi, wawancara seorang jurnalis hanya akan sukses dan bermutu, manakala ia telah memiliki kesiapan seperti dimaksud. Namun, yang justru tampak rumit, adalah aktifitas di balik teknik wawancara itu.
Adapun teknik wawancara bisa dikelompokkan menjadi dua (2) bagian.
1. Teknik verbal yang betul-betul memerlukan alat bantu hard ware yang diperlukan.
2. Teknik substansial – teknik yang terkait dengan kemampuan jurnalis dari segi ketajaman nuraninya dalam menentukan pilihan tema, tempat dan saat yang tepat bagi berlangsungnya sebuah wawancara. Disini perlu adanya ketajaman analisis sosial.
Itulah pentingnya seorang Wartawan menguasai materi yang hendak diwawancarakannya terhadap narasumber. Hanya dengan cara seperti itu, ia mampu memperoleh informasi banyak dan akurat serta signifikan.
Konkritnya, beberapa hal dibawah ini bolehlah dianggap sebagai tip untuk menunjang suksesnya sebuah wawancara.
· Wartawan harus memakai kalimat tanya yang bisa membuahkan jawaban obyektif.
· Pertanyaan harus selalu diusahakan dengan menggunakan kalimat pendek dan mudah dimengerti.
· Tidak boleh segan-segan mengajukan pertanyaan ulang atas hal-hal yang belum jelas untuk dimengerti.
· Tahu momentum yang tepat. Juga tahu apa yang layak dan tidak layak untuk ditanyakan, sekaligus cara bertanya yang pas.
· Jauhi pertanyaan yang bernada menggurui.
· Hindari gaya interogasi.
· Hindari pertanyaan yang sifatnya mencari legitimasi dari frame pemikiran yang sebetulnya sudah dimiliki.
· Hindari pertanyaan yang bersifat menguji nara sumber.
· Tumbuhkan sifat empaty dalam wawancara.
· Untuk hal-hal yang spesifik, wartawan perlu terlebih dahulu memaparkan persoalan yang hendak dimintakan pendapat dari nara sumber.
· Hindari kalimat tanya yang bersifat mengadu domba.
· Buat pertanyaan yang mampu menggugah daya nalar, ingatan serta perspektif nara sumber.
Kedua belas tips itu, mungkin akan menjadi jaminan suksesnya sebuah wawancara. Tetapi, mungkin juga takkan berguna apa-apa, jika tidak diimbangi dengan kemampuan jurnalistik individu yang mengoperasikannya. Karena itu pula, seorang jurnalis ”haram” mendatangi nara sumber dengan kepala kosong.
Persiapan Wawancara
Ada beberapa persiapan yang harus anda lakukan sebelum melakukan wawancara, diantaranya:
Penentuan tema. Mengapa suatu tema harus diangkat? Kenapa harus sekarang? Pertama-tama tanyakan pada diri anda sendiri – mengapa kasus dibawakan sekarang? Dari awal harus sudah jelas peran apa yang akan anda bawakan – informasi apa yang anda mau dari narasumber, apakah perspektifnya, dimana mereka akan anda posisikan.
menentukan Angle. Angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibikin untuk membantu tulisan supaya terfokus. Kita tidak mungkin menulis seluruh laporan tentang apa yang kita lihat, atau menulis seluruh uraian yang disampaikan oleh narasumber. Tulisan yang tidak terfokus hanyalah akan membingungkan pembaca. Untk mebentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah [pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana-mana. Hal-hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan. Jika ada informasi lain yang disampaikan maka bisa dibuat judul lain. Atau informasi yang sangat penting tersebut tidak cukup untuk dibuat dalam berita tersendiri, maka bikinlah sub judul.
Susunlah outline. Agar memudahkan dalam wawancara maka sebaiknya anda menyusun kerangka berita (outline) atau istilah yang lebih lazim flowchart.
Outline berisi antara lain:
Tema berita
Angle
Latar belakang masalah
Narasumber
Daftar pertanyaan
Tema berita
Angle
Latar belakang masalah
Narasumber
Daftar pertanyaan
Mengumpulkan Informasi dengan Tepat
Ketidak akuratan (kesalahan) dalam pemberitaan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian (kesembronoan) yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis berita. Kemudian ia salah menuliskan nara sumber berita.
Seorang wartawan kawakan akan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari kesalahan fakta:
Bila anda mewawancarai seseorang, tanyakan nama, umur, alamat, dan nomor teleponnya. Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan informasi yang anda peroleh (tangkap) sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam berita, namun reporter harus mengetahuinya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita tersebut.
Bila informasi nara sumber anda peroleh dari tangan kedua, harap dicek pada sumber berita untuk membetulkannya.
Jangan sekali-kali beranggapan bahwa bahwa anda mengetahui semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap informasi yang penting.
Bila tulisan anda menyangkut materi yang rumit, pastikanlah dulu bahwa anda mengetahui hal itu.
Umumnya seorang wartawan mengambil peranan sebagai seorang pembaca kebanyakan, dan megajukan pertanyaan sesuai dengan posisi itu.
Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka-angkanya dan menghitung. Banyak wartawan yang berdalih bermacam-macam bila seorag pembaca yang kritis mengirim surat ke redaksi dan menunjukkan perhitungan yang keliru dalam tulisan wartawan.
Statistik harus dicermati benar dengan penuh kecurigaan. Anda bisa membuktikan apa saja dengan statistik, tergantung bagaimana cara anda menyajikannya dan apa saja yang anda masukkan atau tinggalkan. Tanyakanlah kepada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka tersebut.
Seorang reporter tidak boleh membiarkan dirinya menjadi alat untuk menipu masyarakat. Kekritisan dan pengecekan yang teliti sering bisa menghindarkan hal it terjadi.
Teknik Penulisan Berita
Setelah mendapat informasi dari lapangan, maka tugas reporter selanjutnya adalah menyampaikan informasi tersebut kepada pembaca secara cepat, jelas, dan akurat.
Unsur-Unsur Suatu Berita
Berita yang baik umumnya harus memenuhi unsur: 5 W + 1 H
Yakni: (Who, What, Where, When, Why) + How
Atau : (Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa) + Bagaimana
Kriteria Khusus: kebijakan redaksional/misi media. Masing-masing media memiliki kebijakan redaksional dan misi yang berbeda.
Pendekatan keamanan (ancaman pembredelan, dan sebagainya). Berita yang mengkritik keras korupsi dan kolusi antara penguasa dan pengusaha bisa berujung pada pembredelan atau teguran terhadap media yang bersangkutan. Atau bisa memakan korban wartawan media itu sendiri, seperti kasus yang menyebabkan terbunuhnya wartwan Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin.
kepekaan masyarakat pembaca dan kemungkinan dampak negatif berita terhadap pembaca. Misalnya untuk isu-isu yang menyangkut SARA (suku, Agama, Ras, dan antar golongan). Atau bisa menyinggung perasaan atau martabat pembaca.
Beberapa Macam Berita:
Dari segi sifatnya, kita kenal dua macam: Hard News dan Soft News.
Hard News/Straight News: berita yang lugas, singkat, langsung kepokok persoalan dan fakta-faktanya. Biasanyaharus memenuhi unsur 5W+1H secara ketat dan harus cepat-cepat dimuat, karena terlamba sedikit bisa basi. Istilah Hard News lebih mengacu pada isi berita, sedangkan istilah Straight News lebih mengacu pada cara penulisannya (struktur penulisanya).
Soft News: beritayang dari segi struktur penulisannya relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat. Soft news umumnyatidak terlalu lugas, tidak kaku, atau ketat khususnya dalam soal waktunya. Misalnya tulisan untuk menggambarkan kesulitan yang dihadapi rakyat kecil akibat krisis ekonomi. Selama krisis ekonomi masih berlanjut, berita itu bisa diturunkan kapan saja. Biasanya lebih banyak mengangkat aspek kemanusiaan (human interest).
Dari segi bentuknya, soft news masih bisa kita perinci lagi menjadi dua: News Features dan Feature. Feature adalah teknik penulisan yang khas berbentuk luwes, tahan lama, menarik, strukturnya tidak kaku, dan biasanya megangkat aspek kemanusiaan. Pada hakekatnya penulisan feature adalah seorang yang berkisah. Ia melukis gambar dengan kata-kata, ia menghidupkan imajinasi pembaca, ia menarik pembaca kedalam cerita dengan mengidentififkasikan diri dengan tokoh utama. Panjang tulisan feature bervariasi dan boleh ditulis seberapa panjang pun, sejauh masih menarik.
Sedangkan News Feature adalah Feature yang mengandung unsur berita. Misalnya tulisan yang menggambarkan peristiwa penangkapan Tommy Suharto oleh polisi, yang diawali dengan penyadapan telepon dengan bantuan Roy Suryo seorang pakar Multimedia dan Komunikasi, pembongkaran ruang bawah tanah, sampai proses tertangkapnya disajikan secara seru, menarik, dan dramatis. Seperti menonton film saja.
Struktur Penulisan Berita
Hard news/straight news biasanya ditulis dalam bentuk struktur “piramida terbalik” yakni inti berita ditulis pada bagian paling awal, dan hal-hal yang tidak penting ditulis belakangan.
Soft news, News Feature dan Feature ditulis dengan gaya yang tidak kaku. Hal-hal yang penting bisa ditulis di bagian awal, namun juga tidak mutlak. Yang pening tetap menarik untuk dibaca. Lebih jauh mengenai teknik penulisan Feature akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Penulisan Judul
Judul merupakan inti dari teras berita. Judul harus jelas, mudah dimengerti dengan sekali baca dan menarik, sehingga mendorong pembaca untuk mengetahui lebih lanjut isi tulisan. Selain itu judul juga harus menggigit, perlu kejelasan makna asosiatif setiap unsur Subyek, Obyek, dan Keterangan.
Panjang judul maksimal dua baris terdiri atas empat hingga enam kata. Bila panjang judul satu baris, maksimal terdiri atas lima kata. Untuk judul berita utama maksimal lima kata.
Semua kata di dalam judul dimulai dengan huruf besar, kecuali kata sambung seperti dan, di, yang, bila, dalam, pada, oleh, dan kata tugas lainnya yang ditentukan redaksi.
Penulisan judul tidak boleh dimulai dengan angka. Hindari penggunaan singkatan yang tidak populer. Judul bersifat tenang dan tidak bombastis.
6. Bagaimana menuangkan gagasan untuk feature
Desember 17, 2007 oleh Editor
Penulisan feature merupakan salah satu pilar dalam media massa. Feature yang pada umumnya merupakan sebuah liputan yang tidak terikat pada pakem straight news atau current event merupakan tahap berikutnya dalam penulisan jurnalistik.
Menulis feature memerlukan latihan yang cukup lama. Tidak seperti menulis atau memberikan laporan mengenai current event, peristiwa yang sedang berjalan, penulisan feature perlu sedikit kontemplasi, renungan dan mempertajam situasi dibalik berita.
Bagaimana menuangkan gagasan dari berita menjadi sebuah tulisan featuris ?
Inilah tantangan yang tidak mudah. Beberapa hal bisa dipikirkan di bawah ini:
1. Fokus terhadap peristiwanya. Kebakaran pasar adalah kerangka berita utama hari itu, namun perjalanan manusia didalamnya, perjuangan pedagang yang sudah puluhan tahun memutar modal kemudian hangus tanpa asuransi merupakan sebuah bahan feature menarik.
2. Fokus kepada manusia. Cerita manusia didalam sebuah peristiwa, atau cerita seseorang dibalik peristiwa merupakan sebuah kasus menarik untuk diangkat. Rasa simpati penulis terhadap nasib salah satu korban tabrakan di jalan tol, misalnya akan menggugah para pengambil kebijakan untuk memperketat laju kendaraan di tol. Cerita mengenai manusia dibalik berita akan memberikan bobot pada laporan utama.
3. Tuangkan dalam tulisan yang menyentuh. Tidak seperti pemberitaan yang lugas, kurang emosional, maka tulisan bentuk feature bisa dijadikan sebagai sebuah karya jurnalistik yang menyentuh kehidupan inti manusia, tentang hidup dan mati, tentang cinta dan pengkhianatan dan tentang patriotisme, misalnya. Disini memerlukan sedikit keterampilan dalam mengolah karya tulis ini. Bahasa dari dunia sastra akan bermanfaat untuk memperhalus alur cerita tanpa terjebak kedalam cerita fiksi.
4. Ending yang berkesan. Kekuatan feature adalah menarik pembaca kedalam tulisan sampai titik terakhir. Buatlah alur tulisan yang mengarah kepada klimaks yang membuat pembaca penasaran akan cerita didalam tulisan itu. Ending cerita mungkin bukan kemenangan atau keberhasilan subyek cerita tetapi mungkin tatapan masa depan yang suram.
Sumber: www.journalist-adventure.com
Sebelum terjun ke media massa, saya juga sempat terperangah dengan berbagai berita dan laporan yang muncul baik di media elektronik atau cetak. Bagaimana jurnalis ini bisa tahun berita ini dan itu ? Pertanyaan ini pernah disampaikan oleh salah seorang pembaca blog ini.
Setelah terjun kedalam media massa dimulai dari koran Kompas, secara perlahan mengetahui bagaimana wartawan mengetahui semua berita hari itu. Namun dalam pengalaman, bisa saja satu media “kecolongan” tidak dapat meliput, namun sore atau malam hari dicarinya berita yang keluar di radio atau televisi untuk keperluan surat kabar misalnya.
Ada beberapa cara berita itu diperoleh oleh wartawan.
1. Jadwal acara pejabat/lembaga
Setiap pejabat tinggi mulai presiden sampai dengan para menteri dan dibawahnya memiliki jadwal acara yang sudah disusun. Rapat kabinet misalnya biasa berlangsung hari Rabu untuk Polkam dan Sosial untuk hari Kamis. Ini tentu saja tergantung presidennya. Dalam rapat itu para wartawan bisa menebak agendanya. Atau kalau ada bocoran dari dalam bisa tahu apa yang diperdebatkan di dalamnya. Jadwal acara adalah hal utama dalam liputan setiap media. Tim jurnalis tinggal datang dan mengembangkan beritanya.
Jangan malu bertanya. Kalau perlu berulang kali. Jabatan, nama gedung, nama perusahaan, nama negara bahkan nama seseorang perlu ditulis dengan akurat. Jika kita ingin mendapatkan berita dan laporan akurat jangan malu bertanya lagi mengenai nama dan jabatan yang diwawancara.
Baru-baru ini saya wawancara Pak Rusman Heriawan. Sebelumnya beliau menjabat Deputi Kepala BPS dan bulan Agustus beliau mengatakan sudah dua bulan menjadi Kepala Badan Pusat Statistik. Hal itu diketahui karena saya bertanya ulang, jabatannya apa yang terakhir.
Penjelasan Pak Rusman Heriawan memberikan koreksi yang sangat penting dalam unsur berita. Kenaikan pangkat sering terjadi oleh sebab itu nama perlu dicek ulang. Cek ulang seluruh fakta yang diterima. Bersikaplah skeptis.
Nara sumber akan senang apabila nama dan jabatannya tepat diberitakan. Itulah pentingnya cek ulang dalam penulisan laporan.
Berita sebagai mosaik peristiwa
Saya teringat sebuah penjelasan dari seorang wartawan senior Kompas bahwa ketika menulis berita kita melihatnya sebagai sebuah sekuen. Peristiwa tidak muncul begitu saja. Ada latar belakangnya dan ada pula akibatnya.
Jadi sebuah event tidak berdiri sendiri. Itulah prinsip penting dalam penulisan berita. Kita datang ke sebuah peristiwa apakah itu perang di Lebanon atau datang ke acara peresmian pabrik pupuk, tentu ada peristiwa yang mendahuluinya.
Itulah yang perlu diketahui ketika terjun kedalam liputan. Saya baru mendengar bahwa kasus Mantan Presiden Suharto bisa dilanjutkan karena pembatalan sebelumnya tidak sah. ah tentu perlu diketahui mengapa kasus ini masih muncul. Mengapa dulu dibatalkan penyidanganya ? Itulah yang akan menjadi bagian dari berita dan liputan.
Jurnalis di lapangan perlu tahu kasus apa saja yang diajukan. Sumber informasi bisa datang dari arsip media, bertanya kepada pakar atau dari para pengacara terdakwa. Setidaknya dalam penulisan akan terasa tidak ada rasa ragu-ragu. Perspektif akan lebih luas dibandingkan jurnalis yang tidak punya background.
Demikian pula perlu diantisipasi apa yang akan terjadi kemudian. Pemikiran pertama tentu reaksi dari tim pengacara Soeharto
Oleh sebab itulah sebuah berita merupakan mosaik. Dia adalah bagian dari sebuah gambar besar. Kejadian yang kita liputa dalam satu hari tertentu merupakan sekuens atau urutan dari sebuah peristiwa.
Salah satu musuh dari jurnalis adalah deadline. Inilah yang selalu dikatakan oleh editor kepada wartawan yang bertugas di lapangan baik di dalam maupun di luar negeri, baik di kota maupun di pedalaman. Deadline.
Saya teringat ketika bertugas dengan Rene Patiradjawane dalam liputan penyerahan Hongkong dari Inggris ke Cina tahun 1997 menjelang krisis moneter di Indonesia. Begitu banyak tulisan yang harus dikirim ke Jakarta dari Hongkong dan begitu ketat deadline. Perbedaan waktu memang tidak begitu jauh namun liputan ke lapangan dengan berbagai topik serta current news memang tidak gampang.
Kami harus berbagi tugas untuk liputan. Berbagai angle dikembangkan setiap hari untuk penulisan dan satu angle besar untuk halaman satu.
Salah satu kiat memang menentukan kapan semua berita itu masuk dan kapan angle yang tepat ditentukan terutama untuk halaman satu. Untuk halaman dalam deadline lebih siang sehingga penulisan harus lebih cepat dan lebih sore. Penentuan angle berita di dalam dan luar bisa dikembangkan berdasarkan pada bidang ekonomi, politik, sosial atau budaya. Speed memang menentukan karena selain beritanya banyak, Hongkong menjadi fokus dunia.
Satu lagi dalam memenuhi deadline adalah cara pengiriman. Dengan berkembangnya email pengiriman memang menjadi lebih mudah namun jangan lupa internet juga sering bermasalah. Kita harus menyiapkan berbagai cara juga seperti fax sebagai alternatif.
Kiat lainnya adalah memang sebelum pengiriman berita atau foto dilakukan uji cobalah pengiriman itu. Lewat email, FTP, atau faksimile tetap harus dites dahulu.
Ditulis dalam Arsip, Teknik Penulisan, Tips Liputan
Trackback URI Komentar RSS
Dalam tulisan terdahulu pernah disinggung mengenai kebijakan editorial sebagai panduan dalam penulisan liputan. Kompas sebagai salah satu surat kabar yang mapan telah menetapkan serangkaian kebijakan editorial yang menjadi darah daging dalam penulisan para wartawannya. Tidak hanya penulisan laporan tetapi juga angle liputan, penyusunan berita dan secara keseluruhan tampilan Kompas seperti yang kita simak setiap hari.
Tentu saja dalam beberapa hal ada pengecualian. Namun seperti dijelaskan Jacob Oetama, pendiri, perintis dan mantan Pemred Kompas, humanisme trasendental menjadi bagian penting dalam liputan.
Di BBC pun kebijakan editorial sudah menjadi bagian penting dalam mengendalikan output media. Baik Radio, Televisi maupun Internet, kebijakan editorial sangat penting dalam liputan.
Beberapa poin mengenai kebijakan editorial dapat disimak selengkapnya dalam situs BBC.
Singkatnya adalah:
1.Truth and accuracy
Kebenaran berita lebih penting dari kecepatan. Akurasi jauh lebih penting juga dari sekedar cepat memberitakan.
2. Impartiality & diversity of opinion
Tidak memihak. BBC berusaha menempatkan sesuatu secara seimbang, dua belah pihak atau lebih yang bertikai diberi tempat sama.
3. Editorial integrity & independence
BBC memiliki peran sebagai sumber independen, tidak memihak kepada pengusaha atau pemerintah
4. Serving the public interest
5. Fairness
6. Privacy
7. Harm and offence
8. Children
9. Accountability
Istilah editoral policy lainnya bisa dibaca dalam situs BBC.
Salah satu tantangan dalam peliputan adalah meliput konflik baik itu berupa konflik politik, militer atau konflik sosial. Pertikaian adalah bagian dari kehidupan manusia dalam tataran individual, kelompok bahkan negara. Kita mengenal dua blok besar saat Perang Dingin antara blok Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Dua blok besar ini selama hampir setengah abad menjadi bagian dalam khasanah pelaporan jurnalistik. Media massa dalam kurun waktu antara 1945 sampai 1980-an didominasi oleh pertikaian besar antara blok komunis dan kapitalis. Media massa pun terpengaruh dalam pengkotakan itu. Sulit disebutkan bagaimana muncul objektivitas jika liputan konflik itu kemudian dituangkan dalam karya jurnalistik. Masing-masing negara, masing-masing media dan bahkan masing-masing wartawan terpengaruh oleh adu kekuatan itu.
Salah satu tips dalam kondisi itu adalah kaidah dasar jurnalistik untuk memuat kedua belah pihak atau sekian pihak yang terlibat dalam konflik ini. Pandangan kedua pihak perlu dicatat dan dilaporkan disertai grafik atau gambar.
Dalam konflik di Lebanon yang disebut-sebut antara Israel dengan Hamas dan Israel dengan Hizbullah maka mau tidak mau penulisan liputan baik langsung maupun dari sumber kedua seperti kantor berita, tugas utama media adalah memetakan persoalan. Kampanye kedua belah dipetakan dalam sebuah bingkai konflik antar dua pihak.
Tentu saja sulit melepaskan dimana media dan jurnalis itu berada dalam penulisan jika konflik itu melibatkan emosi. Gempuran besar terhadap Lebaon dari superioritas udara Israel bisa disebut sebagai perang tidak berimbang karena tidak melibatkan pertempuran yang sebanding. Sebenarnya ini tugas jurnalis juga menggambarkan apa yang terjadi dengan serangan itu dan bagaimana perlawanan dari Hizbullah terhadap serangan itu.
Namun ada catatan mengenai laporan konflik ini. Meski tetap berusaha untuk berimbang dalam pemuatan berita namun media juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Apakah itu kebijakan editorial atau para pembacanya, maka penyajian untuk mencapai sebuah liputan obyektif bukan berarti tidak boleh menonjolkan satu berita atau pandangan.
Dalam situasi di Lebanon tentu nasib warga Lebanon yang terusir karena perang lebih menarik menjadi perhatian ketimbang pertempuran yang tidak seimbang. Atau bisa juga mengambil angle mengenai heroisme Hizbullah sebagai underdog melawan goliath Israel.
Setiap liputan konflik memerlukan kreatifitas juga. Tidak selalu media harus mengikuti pola pemberitaan yang berlaku atau disajikan kantor berita asing seperti Reuters atau AFP. Namun setelah mengolah data dari berbagai media, bisa saja media di Indonesia menyajikannya yang tepat sesuai konsumsi pembaca.
Penyajian liputan yang salah terhadap sebuah konflik akan menimbulkan keresahan dari pembacanya. Mungkin apa yang dianggap seorang jurnalis profesional adalah proporsional dan adil dalam liputan, belum tentu dianggap tepat oleh pembaca. Oleh sebab itu perlu ekstra hati-hati mengenai cara menyajikan liputan seperti terjadi di Lebanon. Untuk soal kehati-hatian ini memang insting jurnalis yang lama bisa membaca dan merasakan bagaimana denyut masyarakat itu, tidak hanya sekedar faktual seperti disajikan media utama Barat meskipun sebenarnya tidak faktual juga. Kalau kita simak lebih rajin televisi misalnya, Al Jazeera akan kentara sekali menonjolkan satu sisi yang lebih menekankan sisi Arab-nya bukan pernyataan dari ibu kota negara-negara Barat.
Ditulis dalam Teknik Penulisan 1 Komentar
Apa yang membedakan satu koran dengan koran lainnya dalam liputan ? Jawaban simplenya: kebijakan editorial. Editorial masing-masing surat kabar atau media berbeda satu sama lain. Boleh dikatakan tidak ada media yang sama persis kebijakan editorialnya dalam pemberitaannya.
Kebijakan editorial inilah yang “membimbing” seorang jurnalis menuliskan laporan liputannya. Dengan adanya editorial ini juga memudahkan liputan di lapangan, menggarisbawahi liputan dan mengangkat tema-tema liputan.
Kompas misalnya sangat kuat dalam kebijakan editorial dengan menyandarkan apa yang disebut humanismei transendental. Humanisme atau kemanusiaan dipahami dalam konteks manusia sebagai orang yang memiliki nilai hidup keagamaan. Humanisme transedental merupakan pilar Komapas dalam semua liputan mulai dari hiburan sampai dengan berita politik.
Dalam sebuah tulisan tepat 40 tahun Kompas, Jacob Oetama menulis seperti ini soal kebijakan editorial:
Pandangan, sikap hidup, dan orientasi nilai Kompas adalah faham kemanusiaan yang beriman, yang percaya kepada nilai abadi dan nilai kemanusiaan.
Bukan saja pendidikan yang diperlukan anak manusia, tetapi juga pencerahan, pendidikan akal budi. Ilmu, kepandaian, kecerdasan menjadi bagiannya. Tetapi juga watak atau karakter, kepribadian, rasa tanggung jawab, kejujuran, dan ketulusan.
Orang Perancis menyebut surat kabar sebagai un journal c’est un monsieur, surat kabar bersosok, berpribadi justru karena memiliki pandangan hidup yang transenden serta pandangan hidup kemasyarakatan.
Lebih dari sekadar suatu informasi dan peliputan perihal peristiwa dan permasalahan, surat kabar adalah juga interaksi. Dalam bahasa sehari-hari karena itu surat kabar mempunyai policy, editorial policy, kebijakan editorial. Juga kebijakan perusahaan.
Pandangan dasar koran atau media apapun memang penting untuk memiliki semacam falsafah atau hal-hal fundamental yang membuat sebuah lembaga media berdiri. Jika hanya kebutuhan komersial, lembaga media memang bisa menjadi kaya tetapi tidak memberikan “daya pikat” yang kuat untuk sebuah bangsa secara keseluruhan. Media komersial hanya akan memperkaya para pemilik media itu secara materi tetapi mungkin tidak akan “memperkaya” khasanah kebudayaan bangsa.
Oleh sebab itulah maka sebuah kebijakan redaksi sangat penting dalam liputan di lapangan. Terjun ke lapangan tanpa panduan akan menyulitkan para jurnalis. Selain itu tanpa sebuah semangat kebersamaan dalam sebuah media maka bisa terjadi ketidakharmonisan dalam penyajian berita dan liputan.
Ditulis dalam Teknik Penulisan
Laporan yang ditulis setelah liputan di lapangan atau riset di perpustakaan perlu disajikan dengan cara yang mudah dibaca. Media massa adalah bacaan untuk umum. Sasaran pembaca atau pendengar/penonton untuk media elektronik seharusnya bisa memahami laporan seorang jurnalis dengan mudah.
Dalam berbagai pendapat wartawan senior, begitu orang itu membaca lead sebuah tulisan seharusnya telah memberikan penjelasan yang komprehensif yang memungkinkan orang super sibuk bias mendapatkan informasi lengkap.
Meskipun demikian syarat utama sebuah berita atau laporan, namun tetap penyajiannya memperhatikan seni berkomunikasi. Seni menyajikan laporan dan berita penting sehingga bisa disantap dengan mudah, enak dan lezat.
Inilah yang dinamakan sejumlah rekan wartawan sebagai mengolah dan memasak informasi serta data itu kedalam sebuah laporan yang bisa lezat dicerna. Seorang jurnalis dengan kata lain perlu juga membayangkan seperti seorang juru masak alias koki dalam menyajikan makanan yang lezat.
Kalau kita perhatian, makanan itupun beraneka ragam. Makanan itu bisa disajikan dengan pedas atau manis. Santapan itu juga bisa disajikan dengan berbagai bumbu penyedap. Kalau makanan ada yang disebut pembuka atau starter guna menggoyang lidah guna menyantap sajian berikutnya, demikian juga tulisan.
Bahkan ada jenis makanan penutup untuk menambah rasa lezat yang sempurna dari suatu santapan. Berilah kepuasan kepada pelanggan sehigga selera makannya naik. Juru masak akan mengetahui bagaimana mengundang selera konsumennya.
Kalau diperhatikan lebih seksama, seni memasak sama dengan seni jurnalistik. Penulisan perlu memperhatikan aspek estetika sehingga terlihat lezat. Lebih dari itu tulisan juga terlihat enak dilihat. Kekacauan dalam merangkai kata-kata, menjalin logika dan menyajikan argumentasi akan menimbulkan sakit kepala kepada pembacanya. Itulah mengapa seni menyajikan tulisan atau laporan seperti halnya menyajikan hidangan perlu dipelajari.
Sebuah tulisan atau laporan yang menggugah akan menimbulkan dampak besar bagi pembacanya. Sajian yang informatif serta uraian yang dapat menimbulkan emosi pembaca peru dilatih.
Wartawan itu manusia dan pembaca juga manusia. Sentuhan tidak hanya kepada akal yang rasional tetapi juga kepada emosi seperti dalam penulisan laporan di tempat musibah. Itulah mengapa penulisan laporan pun perlu memperhatikan konteksnya.
Ditulis dalam Teknik Penulisan
Penulisan tragedi
Juli 7, 2006 oleh Editor
Tragedi bisa terjadi setiap saat. Media cenderung meliput habis-habisan tragedi ini terutama kalau sudah menyangkut drama manusia. Nasib hidup dan mati insan ini menjadi sebuah berita yang akan menjadi pusat perhatian dunia. Apalagi jika skala tragedi itu mengglobal seperti bom London, bom Bali dan kelaparan di Afrika.
Juli 7, 2006 oleh Editor
Tragedi bisa terjadi setiap saat. Media cenderung meliput habis-habisan tragedi ini terutama kalau sudah menyangkut drama manusia. Nasib hidup dan mati insan ini menjadi sebuah berita yang akan menjadi pusat perhatian dunia. Apalagi jika skala tragedi itu mengglobal seperti bom London, bom Bali dan kelaparan di Afrika.
Hari ini tanggal tujuh Juli 2006, tepat satu tahun tragedi pemboman di London. Yang sudah diketahui umum sebanyak 52 orang meninggal karena aksi bom empat orang di jaringan kereta bawah tanah dan sebuah bus.
Peristiwa pemboman itu terjadi saat saya berada di lapangan ketika akan berangkat ke kantor. Suasana mencekam dapat saya rasakan di London mulai sejak melangkah ke kereta api, jalan di London yang seperti kota mati dari kendaraan umum dan suara melengking ambulans dan polisi.
Beberapa angle yang bisa digarap dalam penulisan tragedi seperti tragedi di London ini:
1. Selalu diangkat adalah drama manusia. Mereka yang meninggal, perasaan mereka yang selamat, keluarga korban adalah sumber berita yang kuat. Hindari statistik. Sajikan statistik dalam bentuk grafik. Penulisan diarahkan kepada emosi dan suasana berduka yang akan mendominasi tulisan sejak lead sampai akhir. Drama manusia ini merupakan sebuah gambaran betapa hidup dan mati, betapa semua ini akibat konflik akan menjadi menarik..
2. Sajikan dalam bentuk feature. Pendekatan feature dengan penonjolan karakter dan emosi manusia adalah sajian yang biasanya lebih menyentuh dan mengundang pembaca. Inilah yang akan membuat sebuah penulisan berita akan menarik. Fokus kepada karakter manusia dan penyajian yang lebih mengalir dari sekedar standar 5W1H. Penulisan seperti ini memang memerlukan latihan sendiri, tidak hanya sekedar menuliskan berita standar. Biasanya penulisan bentuk feature ini lebih berat dari sekedar penyajian hardnews biasa.
3. Selain bentuk emosi manusia yang ditonjolkan, jangan lupa konteks pemberitaan. Tragedi terjadi dalam sebuah peristiwa. Meski sorotan itu terhadap emosi dan suasana hati mereka yang terlibat dan yang melihat maka peristiwa yang melingkupinya, misalnya jenis bom apa jika memang itu ledakan bom atau badai seperti apa dan berapa kekuatannya.
4. Jangan lupa di bagian belakang menuliskan sebuah ulasan sedikit mengenai apa yang terjadi kemudian, bagaimana para korban tragedi ini dan apakah akan bertambah jumlahnya. Lalu apakah gempa atau bencana itu akan terjadi lagi misalnya dalam kasus liputan di Yogya.
Journalist’s Adventure
Sources for journalist’s life and career
Feed on
Wawancara dengan Wan Azizah Wan Ismail
Juni 28, 2006 oleh Editor
Salah satu liputan di lapangan yang penting adalah wawancara nara sumber utama. Setiap peristiwa ada pelaku utamanya dan inilah yang menjadi sasaran semua jurnalis mengejarnya. Dari peristiwa olahraga, ekonomi, hiburan sampai politik, senantiasa muncul aktor-aktor utama yang menjadi bahan berita.
Mengejar mereka merupakan salah satu tantangan bagi para wartawan terutama mereka yang masih muda. Menjajal akses kepada nara sumber dengan berbagai pintu memiliki teknik sendiri.
Dalam kasus ketika saya meliput perkembangan Malaysia sesudah Anwar Ibrahim ditahan tahun 1998, nara sumber utamanya adalah Wan Azizah Wan Ismail. Dialah yang dianggap pengganti Anwar dan sekaligus motor penggerak reformasi.
Perhatian dunia teruju kepada seorang ibu yang sebelumnya tidak pernah berkecimpung langsung dalam dunia politik. Menemui Wan Azizah ternyata tidak sesulit menemui Anwar Ibrahim. Setelah mendapatkan ijin ke rumahnya, tentu dengan cara tersendiri karena adanya polisi pakaian preman yang menahan orang yang mendekati rumah Wan Azizah.
Saya datang tidak langsung menuju rumahnya di daerah Damansara tetapi memantau situasi dahulu. Dari restoran dekat kediaman Wan Azizah terlihat polisi berseragam berjaga-jaga dan menghalau sejumlah orang yang diduga pendukung Anwar.
Saya berusaha tidak mencolok datang sehingga bisa mendekati rumah dan langsung masuk kedalam mengetuk pintunya. Setelah konsultasi dengan seorang kerabatnya maka saya dijanjikan wawancara dengan Wan Azizah.
Berikut ini hasil wawancara yang dimuat di Kompas berkisar pendangan pribadinya mengenai berbagai masalah politik. Sebenarnya isi wawancara lebih panjang dari yang diberitakan. Keterbatasan space di surat kabar mengharuskan saya meletakkan hal-hal penting untuk pembaca dibandingkan yang lainnya.
WAWANCARA DENGAN WAN AZIZAH:
SAYA KAWIN DENGAN SEORANG PEJUANG
Penangkapan Anwar Ibrahim tidak menghentikan gerakan reformasi di Malaysia yang kini mendapat dukungan dari pelbagai lapisan masyarakat. Komando gerakan reformasi kini di tangan Dr Wan Azizah Wan Ismail (46), istri Anwar Ibrahim. Ia mengaku, tak gentar menghadapi bagai intangan. Ia siap berjuang, karena ia sadar sejak semula kawin dengan seorang pejuang. “Insya Allah gerakan reformasi akan berhasil, karena didukung terutama oleh lapisan masyarakat bawah, yang terdiri dari berbagai kaum. Baik Melayu, Cina, maupun India. Rakyat Malaysia juga yakin akan bersikap teguh dalam memperjuangkan keadilan di negerinya,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan wartawan Kompas, Asep Setiawan di kediamannya Jalan Setia Murni I No 8 Bukit Damansara,Kuala Lumpur. Datin Wan Azizah, yang tampil berpakaian motif bunga berwarna kuning cerah dengan kerudung polos warna kuning emas, tidak bisa lagi menerima para pendukungnya seperti biasa. Ia dan rumahnya diawasi polisi selama 24 jam. Bahkan hampir setiap hari ada helikopter polisi yang mengawasi dari udara. Namun demikian, semangat reformasi di negara yang berpenduduk 22 juta jiwa itu sudah menjalar ke berbagai pelosok. Sejak Anwar dipecat 2 September kemudian ditahan 20 September lalu, Wan Azizah menjadi fokus harapan. Berikut ini petikan wawancaranya.
Penangkapan Anwar Ibrahim tidak menghentikan gerakan reformasi di Malaysia yang kini mendapat dukungan dari pelbagai lapisan masyarakat. Komando gerakan reformasi kini di tangan Dr Wan Azizah Wan Ismail (46), istri Anwar Ibrahim. Ia mengaku, tak gentar menghadapi bagai intangan. Ia siap berjuang, karena ia sadar sejak semula kawin dengan seorang pejuang. “Insya Allah gerakan reformasi akan berhasil, karena didukung terutama oleh lapisan masyarakat bawah, yang terdiri dari berbagai kaum. Baik Melayu, Cina, maupun India. Rakyat Malaysia juga yakin akan bersikap teguh dalam memperjuangkan keadilan di negerinya,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan wartawan Kompas, Asep Setiawan di kediamannya Jalan Setia Murni I No 8 Bukit Damansara,Kuala Lumpur. Datin Wan Azizah, yang tampil berpakaian motif bunga berwarna kuning cerah dengan kerudung polos warna kuning emas, tidak bisa lagi menerima para pendukungnya seperti biasa. Ia dan rumahnya diawasi polisi selama 24 jam. Bahkan hampir setiap hari ada helikopter polisi yang mengawasi dari udara. Namun demikian, semangat reformasi di negara yang berpenduduk 22 juta jiwa itu sudah menjalar ke berbagai pelosok. Sejak Anwar dipecat 2 September kemudian ditahan 20 September lalu, Wan Azizah menjadi fokus harapan. Berikut ini petikan wawancaranya.
Apakah Datin (Ibu -Red) Wan Azizah yakin gerakan reformasi di Malaysia akan berhasil?
Insya Allah. Sebab apa? Allah akan menolong orang dalam kebenaran. Orang yang menuntut hak itu, akan ditolong Allah, tetapi mestilah diberikan satu ujian, untuk menguji bagaimana kita menangani masalah ini dengan ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan iman dan amal kita. Saya merasa ini suatu hikmah. Musibah yang berlaku atas suami saya dan keluarga telah mendekatkan kami kepada Allah SWT.
Apakah Anda siap melanjutkan gerakan reformasi, Datin ?
Ya, saya akan memikul amanah apa yang Abang (Anwar) katakan. Saya percaya pada perjuangannya, sebab itulah kita menikah dulu. Saya menikah bukan dengan seorang menteri, saya kawin dengan seorang pejuang. Saya membela kebenaran, dan itu akan menjadi kekuatan untuk mengatasi masalah ini. Selama ini Anwar berjuang di dalam pemerintahan, mengikuti peraturan, dan konsensus. Akan tetapi, ia memohon maaf ketika dalam pemerintahan, ia tak berdaya membetulkan apa yang dianggapnya tidak benar. Akan tetapi, itulah harga yang harus dibayarnya, pemecatan dirinya. Ia tidak hanya dicopot dari jabatannya, tetapi juga diaibkan tanpa pengadilan. Bagaimana Datin melihat tanggapan masyarakat terhadap gerakan reformasi ? Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah SWT, karena penyokong- penyokong bukannya dari kalangan orang berkepentingan dan berpangkat tinggi, melainkan dari orang biasa, yang tidak kami kenal dan tidak pernah masuk aliran politik. Mereka melihat kasus Anwar dianiaya, mereka sendiri terpanggil, datang untuk menyuarakan protes atas keadaan ini.
PM Mahathir Mohamad menuduh demonstrasi, misalnya di Masjid Negara, itu membuat kekacauan? Bagaimana komentar Datin?
Sebenarnya bukan membawa kekacauan, melainkan hanya menyuarakan suara hati tentang terjadinya ketidakadilan. Di mana-mana akan terdengar suara protes. Orang tidak mempunyai saluran untuk mengutarakan ketidakpuasannya terhadap ketidakadilan yang terjadi. Kalau saja orang nomor dua di negeri ini diperlakukan secara begitu, lalu bagaimana nasib orang biasa?
Apakah harapan Datin terhadap pengadilan Anwar nanti ?
Saya berharap sekali Pak Anwar, Insya Allah, diberikan pengadilan yang seadil-adilnya, sidang pengadilan yang terbuka, dengan pengacara- pengacara yang kami pilih dan hakim independen. Pengacara kami belum bisa bertemu Pak Anwar walaupun berulangkali memohon tetapi tidak diberikan izin berjumpa. Mana buktinya kalau Pak Anwar berbuat aib. Tidak ada. Yang ada hanya kesaksian dua orang yang diambil polisi. Keluarga dan pengacara tidak diberi kesempatan bertemu kliennya. Mereka juga tidak diberi kesempatan untuk tahu kapan masa persidangannya. Ketika mereka tahu sudah hampir selesai, lalu diberi hukuman saja.
Ketika Datuk Anwar dikatakan tidak bermoral bagaimana perasaan Datin ?
Oh, saya tidak percaya sama sekali. Setelah saya menikahinya, saya mengetahui ia orang yang selalu bersembahyang, selalu pulang rumah, family man. Kalau pergi berlibur, membawa kami semua sekeluarga, anak kami keenamnya ikut. Ibu bapaknya juga ikut kami. Dia selalu memberitahu anak-anaknya, dia orang yang bertanggung jawab, dia orang yang lembut kasih kepada diri saya. Jadi saya tidak memiliki alasan untuk menuduh dia berlaku durjana.
Bagaimana perasaan anak-anak ?
Memang anak-anak sedih karena ayahnya diaibkan. Mereka tahu ayahnya tak bersalah. Mereka juga sedih tidak dapat jumpa ayahnya - buah hati pernikahan Anwar-Wan Azizah tahun 1980 itu adalah Nurul Azizah (18), Nurul Nuha Anwar (14), Muhammad Ihsan (13), Nurul Ilham (11), Nurul Iman ( dan Nurul Hana (6).*
Sumber:KOMPAS, Selasa, 29-09-1998
Saat masih di Kompas saya pernah mendapat tugas meliput pemilihan di Inggris. Saat itulah untuk pertama kalinya Tony Blair menjadi perdana menteri seperti sudah diperkirakan sebelumnya. Kajian mengenai gerak gerik Tony Blair inilah yang menarik dunia dengan jargon New Labour Party.
Liputan seperti ini tentu tidak memiliki akses langsung kepada tokoh-tokoh partai namun lebih sebagai observasi di lapangan berdasarkan tinjauan ke markas partai, media massa dan reaksi masyarakat Inggris yang terekam di berbagai sumber berita.
Berikut ini contoh penulisan liputan pemilu dimana penulis tidak langsung mengamati jalannya kampanye:
Ketua Partai Buruh Tony Blair:
INGGRIS HARUS BERUBAH
London, Kompas
Partai Konservatif pimpinan John Major menekankan pada “statusquo” untuk memenangkan pemilihan umum 1 Mei nanti. Sedangkan saingan utamanya Partai Buruh pimpinan Tony Blair mengajak masyarakat untuk berubah agar Inggris lebih baik.
Wartawan Kompas, Asep Setiawan dan pembantu Kompas, L Sastra Wijaya melaporkan, poster-poster kampanye Partai Konservatif di London menyerang langsung Partai Buruh. Misalnya salah satu poster berbunyi, “Inggris sedang berkembang, jangan biarkan Buruh merusaknya”.
Sementara Blair yang tampil dalam poster kampanye Partai Buruh mengajak masyarakat Inggris agar membangun negerinya lebih baik lagi. Poster Buruh ini seolah-olah tidak mempedulikan serangan Konservatif, tapi mengalihkan perhatian pada perbaikan Inggris.
Sejumlah rumah juga terlihat memasang tanda bunga mawar di jendelanya sebagai dukungan terhadap Partai Buruh. Setelah 18 tahun berkuasa tampaknya Konservatif yang dilanda perpecahan akan berakhir kejayaannya. Berbagai laporan media dan komentar pengamat politik sudah mengarah pada tampilnya Blair dan kalahnya Major. Namun majalah Economist mengambil sikap hati-hati dengan menampilkan judul di mana Konservatif akan kalah tapi Buruh-pun tak berhak menang.
Harian The Times dalam berita utamanya malah sudah meramalkan adanya pergulatan kekuasaan untuk menggantikan Major. Wakil PM Michael Heseltine dan Menteri Pertahanan Michael Portillo diramalkan akan bertarung memenangkan kedududkan kunci di Partai Konservatif.
Suasana kampanye masih berlangsung ramai. Blair dengan semangat sekali mengajak para pendukungnya untuk memenangkan pemilu kali ini yang menurut jajak pendapat sudah dimenangkannya. Bahkan ia dengan menggunakan helikopter mewah terjun ke lapangan, menuju tempat-tempatpemilihan potensial. Tidak canggung-canggung ia berjabat tangan dengan para olahragawan sebagai sarana kampanyenya. Blair bisa membawa Buruh menjadi ancaman bagi Konservatif karena visinya yang segar bagi partai dan masyarakat. Kini ia menjadi sorotan masyarakat Inggris dan bahkan negara lainnya terutama Eropa. Ia dikenal sebagai salah satu pendukung integrasi Inggris ke dalam Uni Eropa. Sebaliknya Konservatif menghalang-halangi integrasi itu.
Sampai Senin, kedudukan Buruh masih di atas angin. Sebaliknya Konservatif berusaha menyerang berbagai posisi Buruh untuk melemahkannya menjelang pemilu nanti. Namun usaha itu tampaknya sia-sia saja karena Buruh dengan segenap kekuatan ingin meraih kesempatan emas ini, berkuasa setelah 18 tahun menjadi oposisi.
Suasana dan mood masyarakat pun tampaknya lebih cenderung untuk menerima kehadiran Buruh di pentas politik. Mungkin sudah jenuh dengan gaya Konservtif apalagi di bawah Major yang kurang bergairah, atau memang Buruh yang lebih menarik tawarannya masih sulit diduga. Hanya banyak pengamat sekarang memfokuskan pada isu-isu yang diajukan Buruh dan mulai menimbangnya. *
Sumber: KOMPAS, Selasa, 29-04-1997.
Persiapan peliputan penting untuk keberhasilan kerja di lapangan. Demikian pula tips beberapa liputan di lapangan sehingga hasilnya bisa optimal juga sama pentingnya. Nah setelah semua persiapan dan liputan selesai, bahan-bahan liputan ada di tangan tinggal produk akhirnya yakni penulisan untuk surat kabar atau paket audio untuk radio.
Beberapa tips dalam penulisan akan diuraikan secara singkat disini dan akan dielaborasi dalam berbagai contoh di lapangan.
1. Untuk liputan jumpa pers, bila tokoh penting yang hadir maka angle nya adalah apa yang disebut tema aktual yang sedang beredar. Misalkan, Gus Dur mengadakan jumpa pers soal perlunya undang-undang keadaan darurat ketiga berhadapan dengan DPR dan MPR maka setiap pandangan mengenai benturan dengan lembaga legislatif itu sangat ditekankan. Penulisan nya memang akan menyajikan suatu uraian yang menekankan pandangan dan ucapan nara sumber.2. Dalam liputan pemilu di lapangan seperti terjadi di Malaysia atau di Indonesia, maka fokus liputan adalah apa yang terjadi paling aktual pada hari itu. Kadang-kadang soal korupsi menonjol atau juga soal peralihan kekuasaan atau regenerasi kepemimpinan. Lead penulisan harus mencerminkan apa yang menjadi topik aktual pada hari H peliputan.
3. Untuk menuliskan pelaporan mengenai wawancara khusus, memang harus diangkat juga wording yang sangat menarik saat wawancara. Misalnya ketika saat mewawancarai Aung San Suu Kyi, saya mencoba mengangkat ketegasan perjuangan dia dalam menghadapi junta militer dan ketegasan dalam menegakkan demokrasi. Ini penting karena dialah figur pro demokrasi yang menjadi pandangan di dunia. Namun sisi kemanusiaan juga perlu ditonjolkan dalam wawancara misalnya apa saat luang digunakan.
4. Saat mengikuti konferensi yang tertutup dan hasilnya kita ketahui secara pasti, maka data yang kita himpun akan menjadi andalan dalam mengangkat pemberitaan. Ini akan terlihat dengan pelaiputan media lainnya yang belum tentu menuliskan materi inti dari hasil pembicaraan tertutup yang tidak bocor kepada umum. Namun satu hal perlu perhatian kalau kita menangkat sebuah materi sidang tertutup, kita mesti memiliki nara sumber atau dokumen yang kuat. Jika diperlukan sekali kita memiliki sumber A1, misalnya menteri atau dirjen yang memimpin sidang.
Dalam pertemuan selanjutnya kita akan kaji lebih dalam lagi mengenai cara penulisan atau presentasi dalam bentuk contoh-contoh.
Ditulis dalam Teknik Penulisan

0 Comments:
Post a Comment
<< Home