Wednesday, May 21, 2025

PUISI KARYA SISWA-SISWI X.3 SMA XADUPA 2025

 

Mencoba merenung mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Ternyata gampang-gampang susah!


Puisi merupakan karya sastra yang amat erat kaitannya dengan ungkapan perasaan sseorang tentang sesuatu yang ada dalam benak pikirannnya. Perasaan yang berada dalam benak seseorang tersebut dikemas dalam ramuan bahasa sebagai medianya dengan memperhatikan aspek pilihan kata, gaya bahasa, rima, irama, kata-kata konkret, dan daya imajinasi.

Puisi sebagai ungkapan perasaan bisa dialami dan dlakukan oleh siapa pun segala umur,, di mana pun, dan kapan pun. Kodrati manusia adalah mankhluk yang bernalar dan berperasaan. Maka, karya puisi merupakan media curahan perasaan seseorang dalam kemasan bahasa yang indah berhubungan dengan pokok masalah hidup dan kehidupan, bsa bersifat personal maupun klasikal universal. 

Pelajar SMA merupakan subjek pembelajar yang secara psikologis merupakan fase perkembangan yang paling bergejolak dalam rangka menentukan jari dirinya. Oleh sebab itu, gejolak perasaan sedang mengalami arah puncak  penemuan formulasi yang tepat untuk dirinya. Hal ini memerlukan wadah sebagai tempat pencurahan perasaan untuk mengurangi endapan emosi dan pikiran. Maka, menulis puisi merupakan salah satu media pencurahan perasaan seseorang, dalam hal ini remaja tingkat SMAm, dalam berbagai konteks yang mereka alami dan rasakan setiap harinya. 

Rubrik ini merupakan tempat bagi siswa-siswi untuk mengungkapkan hal di atas dalam kaitannya proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Maka, tentunya akan diberikan apresiasi dan penghargaan terhadap karya siswa, terutama dikaji dari sisi keberanian, kejujuran, ketulusan, keihlasan, di samping tinjauan hakikat dan metode berpuisi ala I.A. Richard dalam buku Hakikat dan Metode Berpuisi.

Siswa-siswi kelas ini diwajibkan mengunggah puisinya untuk diapresiasi dan sebagai syarat pemenuhan kewajiban belajar.  Maka, harap kalian lakukan sebagaimana mestnya yang sudah ditentukan. Judul, nama, dan nomor absen harus disertakan. Manakala ada yang amat berminat, boleh mengirimkan lebih dari satu karyanya, dengan catatan harus orisinal dan tidak plagiaris sehingga tidak melanggar undang-undang hak cipta. 

Selamat mencurahkan pikiran dan perasaan! Terima kasih atas aktivtas berkarya kalian dan semuanya akan bermakna, mungkin nantinya. Waktu semakin memperkuat kenangan dan perasaan yang kalian ungkapkan dan rasakan!

81 Comments:

At 11:21 PM, Blogger Samuel Alexander Hutabarat said...

Kelasku Tempat Ternyamanku
Karya:Samuel Alexander Hutabarat
Kelas:10.3

Di pagi hari aku melangkah pasti,
Menuju kelas yang amat kusayangi.
Di sana tawa dan ilmu bersatu,
Hangatkan hati, tenangkan kalbu.

Dindingnya saksi semangat membara,
Papan tulis penuh cerita lama.
Bangku-bangku setia menemani,
Hari demi hari penuh arti.

Suara guru bagai mentari pagi,
Menyinari pikiran yang haus ilmu.
Teman sekelas seperti saudara,
Berbagi suka, tawa, dan duka.

Kala hujan turun di luar sana,
Kelasku jadi tempat berlindung.
Di dalamnya damai kurasakan,
Seperti pelukan tanpa usang.

Waktu berlalu, tahun berganti,
Namun kenangan ini takkan pergi.
Kelasku, tempat ternyamanku,
Selalu hidup dalam kalbu.



 
At 11:22 PM, Blogger Jovan Aditya (13) x.3 said...

1. "Bayang Cinta"
(Dengan tema cinta)

Dalam diam aku menatap,
Jejakmu di relung jiwa,
Setiap detik kuharap,
Namamu tak pernah sirna.

Cinta ini tak bersuara,
Namun nyaring dalam rasa,
Seperti angin yang menyapa,
Tanpa bentuk, penuh makna.


 
At 11:22 PM, Blogger Regina Anggun Tiara said...

Judul: Nada di hatiku

Di antara senyap malam yang hening
Kuselipkan lagu dalam bisikan lirih
Nyanyianku bukan sekedar bunyi
Tapi gema hati yang ingin berseri.

Dalam tiap nada, kutemukan aku
Ceritaku luruh dalam tiap lagu
Kadang riang, kadang sendu
Namun selalu jujur, selalu satu.

Kulayak mimpi lewat melodi
Menari di udara, bebas tak terkunci
Suara ini tak harus sempurna
Cukup setia pada rasa yang ada.

Setiap bait jadi pelipur lara
Kala dunia terlalu bising untuk bicara
Nyanyian adalah cara jiwa ku bicara
Menyungkap rindu, harap, dan sukma.

Biarlah aku terus bernyanyi
Meski hanya aku yang mengerti
Karena dalam tiap nada yang mengalun
Kukenalkan diriku yang paling tulus dan murni.

 
At 11:25 PM, Blogger M. Akram Athallah (19) Kelas X.3 said...

Lukisan Semesta

Diufuk pagi,mentari bersenandung
Mengusap langit dengan jari cahaya
Embun menggenggam daun-daun bisu
Mewarnai hari tanpa kata

Angin berbisik dalam tarian lembut
Membelai jiwa yang penat diam-diam
Burung pun melukis nada di angkasa
Seakan dunia tak pernah lelah bermimpi

Keindahan bukan hanya rupa
Tapi detak tenang dalam dada
Saat hati mampu melihat cahaya
Mesku langit
kadang diselubung lara

Biarlah waktu terus berlari
Selama semesta tetap bernyanyi
Akan kutemukan indah sejati
Dalam sederhana yang abadi


 
At 11:28 PM, Blogger Deianeira Yamin said...

Selimut Kecemasan
Karya: Deianeira Yamin
Kelas: X.3
No. Absen: 6

Kecemasan menutupi,
Bagai selimut yang membalut diri.
Diriku terpaku, beku.
Diriku beku, namun pikiranku berpacu.

Kupikiri masa depanku, sebuah hantu.
Masa depanku, seperti sebuah hantu masa lalu.
Ambisiku, ke mana engkau?
Tak terasa, masa depan mendekatiku.

Cemas menelanku, seperti ombak laut biru.
Ombak laut dingin, seperti aliran air mataku.
Air mataku, meresap di selimutku.
Selimutku, selimut cemas menelanku.

Sia-siakah perjuangan mereka?
Aku egois, kurasa.
Kurasa aku membebanimu.
Sini, kuangkat diriku dari pundakmu.

Tak mengalir lagi, air mataku.
Seperti sungai kering di musim kemarau.
Tak terasa waktu berlalu.
Tubuhku tertelan rasa letih, walau tak berjerih.

 
At 11:29 PM, Blogger Rico saputra said...



Judul:Umpan Tak Kasat Mata

Diam ia menggantung, tak bersuara,
di antara desir angin dan aliran kata,
tak tercium, tak terlihat mata,
namu

Ia bukan kail yang mencakar raga,
melainkan bisik yang membelai logika,
menjanjikan madu di balik duri,
menggoda rasa, menyamar nurani.

Ia menyelinap dalam layar, dalam suara,
umpan halus berbungkus pesona,
mengajak hati menari di batas bahaya,
menjaring mimpi, menggiring lara.

Hati-hati pada umpan tanpa rupa,
yang datang sebagai cahaya namun membawa gelita.
Tak semua yang menarik pantas dipuja,
kadang indah itu cuma dusta

 
At 11:29 PM, Blogger Thalia Florencia Hutasoit said...


Thalia Florencia Hutasoit11:25 PM
Bayangmu yang Hilang

Aku melangkah tanpa ragu
meninggalkan jejak yang dulu telah berlalu
Bayangmu yang dulu mengikuti
kini lenyap Tanpa pamit pergi

Jejak langkahmu pudar perlahan
di jalan sunyi yang kau tinggalkan
Aku memanggil, aku mencari,
tapi suaramu hilang di sunyi.

Malam menari dengan bayangan
namun tak lagi kau disana.
Cahaya lampu redup bergetar
seperti hatiku yang Berdebar.

Aku titip namun rindu pada rembulan
namun sinarnya tak menyentuhmu
Langit pun enggan memberi kabar,
hanya sepi yang semakin mekar

Bayangmu hilang, tinggallah kenangan,
namun hatiku masih bertahan
Jika esok kau tak kembali,
biarkan waktu mengapus perih ini.

 
At 11:29 PM, Blogger Samuel Alexander Hutabarat said...

Cahaya di layar putih
Karya:Samuel Alexander Hutabarat
Kelas:10.3

Di ruang sunyi tanpa suara, Proyektor hidup,Sinarnya nyata
Bayang cerita mulai menjelma.
Menari di dinding, membawa makna.

Generlap cahaya tak bersuara. Menuntur Mimpi ke angkasa raya.
setiap gambar, sejut kata,
tersirat pesan,menggugah rasa.

Pita waktu ia putar halus.
kenangan lama jadi tak pupus.
Film kehidupan mengalir lurus,
dalam pancar cahaya yang tulus

Mesin kecil di sudut ruangan.
menghidupkan dunia penuh harapan
Taksekedar alat dan tampilan,
ia pematik imajinasi dan wawasan

Maka teruslah bersinar terang.
Wahai proyektor,si penjaga ruangan
Dalam gelap engkau penenang
Meruntut hati menyalakan terang

 
At 11:30 PM, Blogger Jovan Aditya (13) x.3 said...


Judul: Jejak di Ujung Senja

Di ujung senja yang mulai pudar,
langkah kaki tak lagi segagah pagi.
Angin menggulung kenangan dalam bisu,
mengajak hati menari di antara waktu.

Ada riuh tawa masa kecil,
menjelma desir pada dedaunan yang gugur.
Ada tangis remaja, patah oleh cinta pertama,
terkubur pelan dalam senyum dewasa.

Kita tumbuh, seperti pohon di tengah badai,
akarnya mencari pegangan dalam tanah luka,
batangnya menantang langit penuh tanya,
daunnya mencatat tiap musim yang datang dan pergi.

Bukan sekali dua kita ingin menyerah,
saat gelap seperti tak mau reda,
namun suara kecil dalam dada
terus menyala, walau hanya seperti kunang-kunang.

Lalu kita berjalan lagi—
dengan luka yang dijahit pelan,
dengan harap yang kadang compang-camping,
namun tetap kita bawa,
sebab tak ada arah selain ke depan.

Malam tiba, bintang pun datang,
seperti mimpi yang tak pernah mati.
Dan meski tubuh lelah, mata basah,
jiwa kita tak pernah benar-benar menyerah.

Hingga nanti,
di ujung waktu yang tak terjangkau,
kita tinggal cerita yang dibisikkan angin
pada rumput, pada langit,
dan pada hati yang pernah mencinta.

 
At 11:30 PM, Blogger Deianeira Yamin said...

Masa Depanku, Beku
Karya: Deianeira Yamin
Kelas: X.3
No. Absen: 6

Kecemasan bagai selimut
Selimut cemas membalut
Baluti diriku
Namun aku beku

Angin malam membeku
Berhembus melalui diriku
Tertidur, diriku membeku
Memikirkan masa depanku

Semakin lama kurenung
Cemas menelanku
Air mata mengalir di pipiku
Kering di malam, membeku

Tertidur diriku
Namun pikiranku berpacu
"Bagaimana dengan juang mereka?"
"Sia-siakah juang mereka?"

Habis air mataku
Tak terasa waktu berlalu
Tubuhku letih walau tak berjerih
Ke dalam tidur, aku terjatuh

 
At 11:31 PM, Blogger Kevin salomo Turnip said...

Menyala terus abangku

 
At 11:31 PM, Blogger Zahara Maharany Ahmad (35) Kelas X.3 said...

KERENNNN

 
At 11:31 PM, Blogger Thalia Florencia Hutasoit said...

wiiiiii bagus bgt

 
At 11:31 PM, Blogger Zahara Maharany Ahmad (35) Kelas X.3 said...

BAGUSNYAAAA

 
At 11:32 PM, Blogger Teresia said...

Terhura

 
At 11:32 PM, Blogger Zahara Maharany Ahmad (35) Kelas X.3 said...

KERENN

 
At 11:32 PM, Blogger Zahara Maharany Ahmad (35) Kelas X.3 said...

bagus

 
At 11:33 PM, Blogger Jhovanca T.M. Siburian (11) X.3 said...

"Kehidupan di Masa Lalu pada bulan Maret"

Aku terlahir di bulan Maret
Yang sudah tinggal di tanah Pakpak
Di saat ku terlahir seperti
Masa kecil yang kurang bahagia
Ketika diriku melihat dunia
Aku melihat pemandangan yang indah

Gunung dan pepohonan yang membuat mata memukau
Melihat arus sungai saking kencangnya
Memandangi ladang dan perumahan
Di tempat yang cukup tinggi
Bagaikan keindahan yang tidak bisa ditandingi

Di malam hari, terasa gelap dan sunyi
Melihat bintang yang bercahaya di langit
Bentuknya seperti Pisces
Hati yang lembut, penyayang,
Dan mudah berkorban untuk orang tua
Melihat bulan bagaikan
Penerangan di kegelapan pada malam hari

Terkadang di siang hari
Muncul hujan sebagai sumber air kehidupan
Menciptakan air hujan untuk kegiatan sehari- hari
Terkadang muncul cuaca panas
Sebagai sumber energi kehidupan
Menciptakan tenaga surya

Di sana, terdapat beberapa teman
Yang selalu menemaniku dari kesepian
Melindungi seorang sahabat
Dari awal hingga akhir
Itu janji yang tidak terlupakan
Sayang sekali, tidak ada jawaban
Aku tidak menyerah dan akan selalu menunggu
Masa kecil yang tidak terlupakan

 
At 11:33 PM, Blogger Lusia Desnia Natalia T. (18) Kelas X.3 said...

KEREENNN

 
At 11:33 PM, Blogger Yohana Haloho said...

Nama: Yohana Anastasya Haloho
Kelas: X.3
Absen: 34

Jadilah Seperti Sendal

Jadilah seperti sendal,
tak mewah, tak selalu dipuji
namun setia menemani
di jalan terjal ataupun berseri.

Ia tidak peduli lumpur yang mengotori
atau panas aspal yang menyakiti
tetep kuat melangkah bersama kaki
tanpa keluh, tanpa pamri diri.

Sendal tahu posisinya rendah
namun dari bawah, ia menjaga langkah
tanpa ia, perjalanan pun susah
meski jarang disangjung megah

Maka jadilah seperti sendal
yang sederhana tapi bermanfaat
yang diam tapi berjasa
yang rendah hati tapi luar biasa

 
At 11:33 PM, Blogger Teresia said...

Galau bingit

 
At 11:34 PM, Blogger Thalia Florencia Hutasoit said...

keren

 
At 11:34 PM, Blogger Lusia Desnia Natalia T. (18) Kelas X.3 said...

mau jdi sendal nyaa

 
At 11:35 PM, Blogger Deianeira Yamin said...

Gacorr🔥🔥

 
At 11:35 PM, Blogger Lusia Desnia Natalia T. (18) Kelas X.3 said...

WAAWWW

 
At 11:35 PM, Blogger Deianeira Yamin said...

🔥🔥🔥

 
At 11:35 PM, Blogger Zahara Maharany Ahmad (35) Kelas X.3 said...

baguss

 
At 11:35 PM, Blogger Teresia said...

Swallow kak

 
At 11:35 PM, Blogger Reven A.T. said...

KEREN BANGET CECEEE

 
At 11:35 PM, Blogger Kevin salomo Turnip said...

Merk apa sendalnya wkwkwkkkw

 
At 11:35 PM, Blogger Zahara Maharany Ahmad (35) Kelas X.3 said...

kalau request sendalnya ganti heels boleh ga

 
At 11:36 PM, Blogger Reven A.T. said...

adadis kak, atau neik

 
At 11:36 PM, Blogger Vinsen Steven Grelly said...

This comment has been removed by the author.

 
At 11:37 PM, Blogger Deianeira Yamin said...

🔥🔥🔥

 
At 11:37 PM, Blogger Devin (08) X.3 said...

keren

 
At 11:37 PM, Blogger Vinsen Steven Grelly said...

gila puisinya keren

 
At 11:38 PM, Blogger Reven A.T. said...

bagaikan langit yang terbelah menjadi lima

 
At 11:39 PM, Blogger Kevin salomo Turnip said...

Nafas
Cipt:Kevin Salomo Turnip/15
Kelas: X.3

Tak ku sangka dan tak ku duga
Bahwa aku dapat sampai saat ini
Tulang-tulangku sudah remuk rasanya
Uban menumbuhi rambutku hingga kini

Keringat bagaikan darah yang segar
Tiap langkah mau mati rasanya
Tetapi aku tak sekalipun gentar
Demi hari depan yang begitu manisnya

Pagi bersaksi pada Geluh yang jatuh
Malam menyimpan gelisah yang penuh
aku berjuang bukan karena mudah
tapi karena harapan tak boleh musnah

Dibalik lesu tatapan sayu
Ada tekad yang enggan layu
Sebab masa depan tak datang merayu
ia dipanggil mereka yang mau

Hari-hari berkalu seperti bayang
Tanpa warna tanpa terang
Namun kuteruskan jalan panjang
Meski jiwaku bimbang dan tegang

Dibawah langit yang suram dan sendu
Langkahku tertatih menampaki waktu
Segenggam mimpi kugenggam kaku
Berbalut letih tak lagi lesu

 
At 11:40 PM, Blogger Valentino I.P. said...

Judul: Dalam Langkah Bersama

Di antara tawa dan cerita yang sederhana,
Kau hadir tanpa diminta,
Langkahmu sejajar dalam suka dan duka,
Menjadi tenang di kala dunia tak ramah.

Kita berjalan tanpa janji terucap,
Namun setia tumbuh di sela waktu,
Tak perlu banyak kata yang diserap,
Cukup hadir saat hati pilu.

Kadang kita berbeda arah pandang,
Namun tak saling meninggalkan,
Justru di sanalah kita saling berkembang,
Menyulam paham dalam perbedaan.

Pernah bertengkar, saling menjauh,
Namun kembali seperti tak pernah ada cela,
Karena yang tulus tak pernah runtuh,
Hanya rehat, bukan lupa.

Kini ku tahu, dalam hidup yang fana,
Teman sejati bukan sekadar nama,
Tapi mereka yang tetap ada,
Meski dunia terus berubah rupa.

Karya : Valentino Ifan Pratama
No Absen : 31
Kelas : X. 3

 
At 11:40 PM, Blogger Ahmad Rafif Rizqullah kelas X.3 said...

Nama: Ahmad Rafif Rizqullah
Kelas: 10.3
Absen: 2

Judul: Jadilah Seputih Papan tulis Kelas itu

Jadilah seputih Papan tulis kelas
Yang tiap pagi menerima goresan baru
tak Pernah mengeluh walau dilukis
keliru lalu rela dibersihkan agar kembali bersatu

Ia tak memilih tangan siapa yang menulis
Anak pemalu atau yang paling aktif Ia hanya diam
berserah dan tulus memberi ruang
pada makna yang singkat namun aktif

Berulang kali ia dicoret dibersihkan
berulang kali ia menjadi tempat harapan
meski tak kekal
ia terus menyimpan bekas pelajaran dalam diam

Jadilah seputih papan tulis kelas itu
yang tetap tegak walau jarang dipuji
Yang menjadi saksi tawa dan keluh tanpa pernah meminta kembali

Putih bukan sekedar warna tapi keberanian untuk terus bersedia menjadi awal dari tiap cerita meski tahu, akhirnya akan sirna

Hidup bukan tentang siapa yang hebat bicara
Tapi siapa yang sanggup diam
namun bermakna seperti papan tulis kelas itu
walau tak bersuara menjadi tempat semua ilmu bermula

 
At 11:41 PM, Blogger Teresia said...

MENCARI TERANG
Karya : Teresia Agustriani X.3

Jarum jam terus berputar
Menandakan bagaimana kehidupan
Hidup tanpa bergerak
Seperti mayat bernyawa

Hidup dalam gelap
Enggan mencari penerang
Terlalu mendambakan kesempurnaan
Namun melupakan perjuangan

Perjuangan orang tua tak henti
Doa akan masa depan terpancar
Bermodal doa dan kasih sayang yang hadir
Menuntun setiap langkah yang diiringi

Terlalu takut melompat
Terus menerus menganggap dirinya kenyang
Padahal menyentuh satu butir nasi pun tidak
Kegelapan terus menyelimuti ketakutan

Seperti katak di dalam tempurung
Enggan keluar dan hanya berlindung
Sedari kecil banyak bermimpi
Seperti kepompong yang berharap menjadi kupu-kupu cantik

Perlahan cahaya yang didambakan menghilang
Tersisa kegelapan yang terus menyelimuti
Ingatlah setiap jam yang berdenting
Mimpi dan kenyataan bertaut dalam keabadian

Harapan dan mimpi membimbing langkah
Namun raga tak kuasa
Semangat mulai pudar
Hingga hanya dapat bergumam

 
At 11:41 PM, Blogger Kevin salomo Turnip said...

Doa ibuku
Cipt:Kevin Salomo Turnip/15
Kelas :X.3



Dalam sujudmu, langit pun tergentar
Namaku kau bisikan seribu kali
Hingga bintang pun rela jatuh ke bumi

Kau hantarkan doa dalam melewati badai yang mengoyak awan, membelah langit yang damai
Tak ada jarak yang bisa kau hancurkan demi anak ,semesta kau lawan

Peluhku jadi pelangi di pagi hari air matamu bisa tenggelamkan negeri kau tiada lelah meski dunia runtuh
Kasihmu kekal tak pernah rapuh

Setiap jantungmu berdetak di namaku
Seakan dunia milikmu satu
Cintamu tak cukup ditampung lautan
Ia mengalir dari surga ke kehidupan

 
At 11:41 PM, Blogger M. Akram Athallah (19) Kelas X.3 said...

Lukisan Semesta

karya : M.Akram Athallah

Di ufuk pagi, mentari bersenandung,
mengusap langit dengan jari cahaya,
embun menggenggam daun-daun bisu,
mewarnai hari tanpa kata.

Angin berbisik dalam tarian lembut,
membelai jiwa yang penat diam-diam,
burung pun melukis nada di angkasa,
seakan dunia tak pernah lelah bermimpi.

Keindahan bukan hanya rupa,
tapi detak tenang dalam dada,
saat hati mampu melihat cahaya,
meski langit kadang diselubung lara.

Biarlah waktu terus berlari,
selama semesta tetap bernyanyi,
akan kutemukan indah sejati,
dalam sederhana yang abadi.

 
At 11:41 PM, Blogger Rico saputra said...



Judul: "Yang Pergi Tak Kembali"
Karya : rico saputra
Nama: rico saputra
Kelas:10.3
Sunyi menyelinap dalam dada,
seperti malam tanpa bintang,
kau pergi tanpa kata,
meninggalkan aku dalam bayang.

Langit menangis tanpa suara,
hujan turun seperti air mata,
aku mencari dalam kenangan,
jejakmu yang kian menghilang.

Rindu ini seperti luka,
tak berdarah, tapi menyiksa,
setiap malam kuteriakkan namamu,
namun jawabnya hanya angin lalu.

Waktu tak bisa memutar langkah,
tak bisa membawa kau kembali,
tapi dalam hati yang retak,
namamu abadi, takkan terganti.

 
At 11:41 PM, Blogger Deianeira Yamin said...

🔥🔥🔥

 
At 11:41 PM, Blogger Christofer Farrel Y. S. said...

Judul : NASI PADANG
Nama : Christofer Farrel Y. S.
Absen : 5
Kelas : 10.3

Siang hari perut mulai lapar,
Pikiran langsung ke nasi padang,
Bayangan nasi hangat dan sambal pedas.

Aku pilih hati ampela yang gurih,
Ayam bakar yang wangi dan agak gosong,
Dan rendang yang empuk dan berbumbu pekat,
Semua disusun rapi di atas piring penuh.

Kuah gulai disiram ke atas nasi,
Mengalir ke sudut-sudut lauk,
Sambal hijau diletakkan di pinggir,
Siap bikin keringat keluar diam-dian.

Hati ampelanya kenyal,
Bumbunya masuk sampai ke dalam,
Makan pelan agar tidak cepat habis,
Karena rasanya terlalu enak buat disisakan.

Setelah kenyang rasanya lega,
Perut kenyang hatipun senang,
Nasi padang selalu jadi jawaban setiap kali lapar,
Makanan yang tiada duanya.

 
At 11:41 PM, Blogger Zahara Maharany Ahmad (35) Kelas X.3 said...

"Kasih yang Tak Lekang oleh Masa"

Karya: Zahara Maharany Ahmad
Kelas: X.3
No. Absen: 35

Di pagi yang yang belum bernyawa,
kulihat bayangmu di antara cahaya,
menyapu lantai, menyusun asa, dengan cinta yang tak bersuara.

Tiap helai rambutmu menua,
tapi tanganmu tetap setia,
merajut harap dan luka,
mengubah duka jadi bahagia.

Engkau tak pernah meminta balas,
cukup kami tumbuh dengan tegas,
menjadi mimpi yang kau lepas,
ke langit tinggi penuh luas.

Dari peluhmu tumbuh taman,
tempat kami bermain dan belajar sopan,
dari sabarmu kami paham,
arti kuat tanpa harus keras.

Ibu, engkau adalah waktu,
yang berjalan tanpa ragu,
membawa kamu menuju,
hidup yang lebih syahdu.

 
At 11:42 PM, Blogger Deianeira Yamin said...

🔥🔥🔥

 
At 11:42 PM, Blogger Zahara Maharany Ahmad (35) Kelas X.3 said...

"Di Pundak Ayah"

Karya: Zahara Maharany Ahmad
Kelas: X.3
No. Absen: 35

Pagi belum mekar sempurna,
ayah telah pergi tanpa suara,
dengan langkah pasti dan jiwa besar,
ia titipkan harapan di balik sabar.

Tak pernah ia minta dipuji,
meski peluhnya basahi hari,
ia hanya ingin anaknya mengerti,
bahwa cinta kadang tak perlu ditanyai.

Ayah adalah pelindung tanpa jubah,
yang berdiri kala badai menerjah,
di pundaknya pernah ku tertawa,
kini kutemukan kekuatan di sana.

Waktu mengukir uban di rambutnya,
namun semangatnya tetap membara,
ia ajarkan arti teguh berdiri,
meski dunia tak selalu berseri.

Ayah, kau adalah doa yang hidup,
yang tak henti mengalir dalam tubuh,
meski tak selalu kita bersua,
namamu tak pernah hilang dari jiwa.

 
At 11:42 PM, Blogger Reven A.T. said...

Nama: Reven A.T.
Kelas: X.3
No. Absen: 25

Berlari di Taman Mimpiku

Wahai diriku di masa lampau
Yang riang gembira selepas bermain di taman,
Seperti api yang tak padam walau angin menerjang,
Tiang-tiang senyummu tak runtuh oleh zaman.

Kenangan itu mengingatkan kembali
Pada hidup yang lepas dari beban dan cela,
Tak tercemar oleh jahatnya dunia ini,
Penuh kesejukan seperti embun di pagi buta.

Namun hidup adalah langkah tak terhenti
Menapaki panasnya dunia yang membara,
Walau lelah perlahan meruntuhkan senyum tadi,
Kita tetap berjalan, menembus segala luka.

Biarlah waktu membawa semua cerita
Nikmati yang terjadi, sambil terus menapak,
Karena masih banyak hal yang harus dijaga,
Dan harapan yang menanti di setiap jejak.

 
At 11:42 PM, Blogger Lusia Desnia Natalia T. (18) Kelas X.3 said...

Pelukan yang Hangat dan Tak Pernah Pudar
Karya : lusia desnia natalia turnip
Kelas : X.3
Absen : 18

Di dalam dekapmu, aku temukan damai,
hangatnya meresap hingga ke palung hati,
seperti senja yang tak pernah usai,
memberi cahaya di tiap tepi sunyi.

Pelukanmu adalah rumah yang setia,
menampung luka, meredam tangis,
tak peduli seberapa jauh langkahku berkelana,
kau tetap ada, tak pernah habis.

Saat dunia membentang dingin dan asing,
kau rengkuh aku tanpa tanya,
membisikkan kasih dalam hening,
menenangkan jiwa yang hampir sirna.

Di pundakmu, semua resah terurai,
air mata menjadi butiran doa,
kau tetap teguh meski lelah menyergap,
menjadi cahaya yang tak padam jua.

Tak ada pelukan yang lebih sejati,
selain pelukan seorang ibu,
hangatnya mengaliri setiap nadi,
membentuk rindu yang selalu menyatu.

Dan meski waktu merentang jarak,
dan tubuhmu kian melemah oleh usia,
pelukanmu tetap terasa menghangat,
abadi dalam setiap detak dan rasa.

 
At 11:42 PM, Blogger Christofer Farrel Y. S. said...

Judul : SATU KARTU SERIBU TAWA
Nama : Christofer Farrel Y. S.
Absen : 5
Kelas : 10.3

Di bangku sekolah saat jam istirahat,
Kami berkumpul tak pakai syarat,
Keluarkan kartu, satu per satu,
"UNO!" teriak kami,b penuh seru.

Kartu merah, hijau, biru, dan kuning,
Kadang bikin pusing, kadang nyenengin,
Draw Ten datang, semua pada ngeluh,
Tapi ketawa tetap tak bisa dihilangi.

Giliran maju, hati pun dag dig dug,
Apalagi kalau sudah mepet banget,
Satu kartu tapi belum menang,
Tiba-tiba diserang, langsung jadi banyak.

Ada yang curang ngintip kartu,
Yang lain pada protes, "Eh jangan gitu!",
Tapi permainan tetap lanjut, nggak mau berhenti,
UNO itu candu, bikin hati damai.

Terkadang kami main dengan mengemil jajanan,
Sambil ngobrol soal tugas yang bikin nyesek hati,
Namun, begitu kartu sudah di tangan,
Semua beban seolah menghilang pelan-pelan.

Tak terasa bel masuk berbunyi,
UNO disimpan, tawa kami masih terdengar,
Main UNO bukan cuma soal menang kalah,
Tapi soal pertemanan yang hangat.

Di sela tugas yang numpuk setiap hari,
UNO menjadi tempat kami berlari,
Bukan lari dari kenyataan,
Tetapi istirahat sebentar untuk tertawa lagi.

 
At 11:43 PM, Blogger Vinsen Steven Grelly said...



Bapakku Pecandu Rokok
Karya : Vinsen Steven Grelly
Kelas : X.3
No.Absen : 33

Bapakku pecandu rokok
Asap mengepul aroma yang khas,
Di setiap langkah, di setiap waktu,
Rokok menjadi teman yang tak pernah pergi.

Di pagi hari, di siang hari,
Rokok tetap ada
Asap mengepul mengebul tinggi,
Menjadi bagian dari hidupnya sehari-hari.

Bapakku pecandu rokok
Tapi aku tetap mencintainya
Karena di balik asap yang mengepul
Terdapat cinta dan kasih sayang yang tak pernah berubah.

Aku berharap suatu hari nanti
Bapakku bisa meninggalkan rokok,
Tapi untuk sekarang, aku hanya bisa
Menerima dan mencintainya apa adanya.

Bapakku pecandu rokok,
Aku akan selalu ada di sampingmu.

 
At 11:43 PM, Blogger Samuel Alexander Hutabarat said...

Cahaya Di Layar Putih

Karya:Samuel Alexander Hutabarat
Kelas: X.3
No Absen: 27

Di ruang sunyi tanpa suara, Proyektor hidup,Sinarnya nyata
Bayang cerita mulai menjelma.
Menari di dinding, membawa makna.

Generlap cahaya tak bersuara. Menuntur Mimpi ke angkasa raya.
setiap gambar, sejut kata,
tersirat pesan,menggugah rasa.

Pita waktu ia putar halus.
kenangan lama jadi tak pupus.
Film kehidupan mengalir lurus,
dalam pancar cahaya yang tulus

Mesin kecil di sudut ruangan.
menghidupkan dunia penuh harapan
Taksekedar alat dan tampilan,
ia pematik imajinasi dan wawasan

Maka teruslah bersinar terang.
Wahai proyektor,si penjaga ruangan
Dalam gelap engkau penenang
Meruntut hati menyalakan terang

 
At 11:43 PM, Blogger Yohana Haloho said...

Lampu kaka

 
At 11:43 PM, Blogger Lusia Desnia Natalia T. (18) Kelas X.3 said...

AKU DAN KEGELAPAN
Karya : lusia desnia natalia turnip
Kelas : X.3
Absen : 18

Kala senja jatuh perlahan,
dan cahaya terakhir hilang di ujung langit,
aku mulai mendengar bisikan yang tak bernama,
mengendap di pojok-pojok sunyi pikiranku.

Gelap datang tak mengetuk,
masuk begitu saja ke dalam kamar, ke dalam dada,
menyergap napasku yang sudah pendek oleh cemas,
seperti selimut tua yang menekan wajah—
tanpa ampun.

Aku takut pada hitam yang tak berbentuk,
yang menyamar jadi bayangan di dinding,
jadi suara retak lantai yang tak jelas asalnya,
jadi tatapan dari balik lemari yang kututup rapat.

Orang bilang gelap hanyalah tiadanya cahaya.
Tapi mengapa ia terasa hidup?
Mengapa ia tahu namaku?
Mengapa ia tahu mimpi buruk yang selalu kupendam
sejak kecil—
sejak lampu padam dan suara ibu tak terdengar?

Aku pernah mencoba berdamai,
menyalakan lilin di dalam hati,
membisikkan mantra,
menggambar cahaya dengan pikiranku sendiri.
Tapi gelap bukan hanya di luar,
ia tumbuh di dalam,
seperti akar yang merayap di dinding jiwa,
seperti kenangan yang tak mau pergi.

Aku takut bukan hanya karena tak bisa melihat,
tapi karena aku bisa membayangkan terlalu banyak.
Setiap bayangan adalah kemungkinan,
dan setiap kemungkinan adalah luka yang mungkin datang.

Namun aku masih di sini,
menggigil, tapi berdiri,
menyusun keberanian dari sisa-sisa cahaya,
belajar menatap kegelapan tanpa lari.
Mungkin kelak aku tak akan sembuh,
tapi aku akan tetap berjalan
walau pelan, walau gelap,
walau takut.

 
At 11:44 PM, Blogger Rico saputra said...

Judul: "Yang Pergi Tak Kembali"
Karya : rico saputra
Nama: rico saputra
Kelas:10.3
No absen:26
Sunyi menyelinap dalam dada,
seperti malam tanpa bintang,
kau pergi tanpa kata,
meninggalkan aku dalam bayang.

Langit menangis tanpa suara,
hujan turun seperti air mata,
aku mencari dalam kenangan,
jejakmu yang kian menghilang.

Rindu ini seperti luka,
tak berdarah, tapi menyiksa,
setiap malam kuteriakkan namamu,
namun jawabnya hanya angin lalu.

Waktu tak bisa memutar langkah,
tak bisa membawa kau kembali,
tapi dalam hati yang retak,
namamu abadi, takkan terganti.

 
At 11:44 PM, Blogger Deianeira Yamin said...

🔥🔥🔥🔥🔥

 
At 11:44 PM, Blogger Samuel Alexander Hutabarat said...

Kelasku Tempat Ternyamanku

Nama:Samuel Alexander Hutabarat
Kelas: X.3
No Absen: 27

Di pagi hari aku melangkah pasti,
Menuju kelas yang amat kusayangi.
Di sana tawa dan ilmu bersatu,
Hangatkan hati, tenangkan kalbu.

Dindingnya saksi semangat membara,
Papan tulis penuh cerita lama.
Bangku-bangku setia menemani,
Hari demi hari penuh arti.

Suara guru bagai mentari pagi,
Menyinari pikiran yang haus ilmu.
Teman sekelas seperti saudara,
Berbagi suka, tawa, dan duka.

Kala hujan turun di luar sana,
Kelasku jadi tempat berlindung.
Di dalamnya damai kurasakan,
Seperti pelukan tanpa usang.

Waktu berlalu, tahun berganti,
Namun kenangan ini takkan pergi.
Kelasku, tempat ternyamanku,
Selalu hidup dalam kalbu.

 
At 11:45 PM, Blogger Kesia andilia said...

Nama:kesia andilia
Kelas: ×.3
Absen: 14
Judul : SATU HARI

Hari yang berharga
Tetap lah engaku berada
Tanpa satu hari kami tidak bisa apa apa
Tanpa waktu tidak akan berjalan seperti biasa

Dari satu hari manusia bisa beraktifitas
Yang akan terus terbatas
Jika satu hari tiada mempunyai batas
Berjalan lah terus menerus

Engkau sangat berarti
Yang sangat diperlukan setiap hari
Satu hari engkau emas bagi
Manusia yang menunggu satu hari

Waktu yang telah kau beri
Satu hari ini sangat la berharga
Langit berubah sepanjang masa
Terang,gelap, selalu ada di setiap hari nya

Terang la setiap hari
Gelap lah setiap saat
Berjalan la seperti biasa
Tanpa satu hari kami semua tidak merasa hidup

 
At 11:45 PM, Blogger Thalia Florencia Hutasoit said...

Bayangmu yang Hilang
karya : Thalia Florencia Hutasoit
kelas : X.3
no.absen : 30

Aku melangkah tanpa ragu
meninggalkan jejak yang dulu telah berlalu
Bayangmu yang dulu mengikuti
kini lenyap Tanpa pamit pergi

Jejak langkahmu pudar perlahan
di jalan sunyi yang kau tinggalkan
Aku memanggil, aku mencari,
tapi suaramu hilang di sunyi.

Malam menari dengan bayangan
namun tak lagi kau disana.
Cahaya lampu redup bergetar
seperti hatiku yang Berdebar.

Aku titip namun rindu pada rembulan
namun sinarnya tak menyentuhmu
Langit pun enggan memberi kabar,
hanya sepi yang semakin mekar

Bayangmu hilang, tinggallah kenangan,
namun hatiku masih bertahan
Jika esok kau tak kembali,
biarkan waktu mengapus perih ini.

 
At 11:45 PM, Blogger Malvino X.3 said...

Nama: Malvino X.3
Karya: Malvino
Absen: 20
Judul: Langkah Menuju Bintang

Di ujung langit harapan bersinar
Cita-cita berkilau, tinggi menggulang
Langkah pertama walau gemetar
Adalah awal yang takkan hilang

Bukan mimpi yang harus dibayangkan
Tapi tekad yang harus terus diperjuangkan
Belajar sabar dalam kegagalan
Dan bangkit kuat dari keraguan

Peluh dan lelah jadi teman setia
Doa dan restu jadi cahaya
Ilmu digenggam dengan percaya
Disulam dengan usaha tiada henti juga doa

Tak perlu takut akan jatuh
Sebab bintang pun terlihat jauh
Namun bagi hati yang sungguh
Tak ada yang terlalu rapuh

 
At 11:46 PM, Blogger Devin (08) X.3 said...

Judul : "Cukup Ayahku Saja yang Perokok"

Karya : Devin
Kelas : X.3
No. Absen : 08

Asap itu menari di ruang tamu kami,
Mengambang perlahan di sela mimpi,
Aku kecil hanya bisa diam dan menatap,
Pada tangan ayah, api yang tak padam cepat.

Cukup ayahku saja yang perokok,
Jangan lagi dunia wariskan asap pekat,
Biarlah dadanya saja yang sesak,
Jangan generasi tumbuh dalam napas yang retak.

Aku hafal suara batuknya di malam hari,
Seperti lonceng yang mengusik mimpi,
Ia bilang ini teman sejak dulu,
Tapi teman sejati tak membuat paru-paru layu.

Aku tak marah, hanya ingin bicara,
Bahwa cinta tak selalu datang lewat gaya lama,
Aku ingin memeluknya tanpa bau menyengat,
Aku ingin hidup lebih lama dengannya, tak singkat.

Jika boleh aku memilih masa depan,
Takkan kutulis rokok dalam rencana jalan,
Biar ayah jadi pelajaran, bukan warisan,
Agar generasi esok bernapas dengan kebebasan.

Cukup ayahku saja yang perokok,
Biar semua berhenti di satu titik gelap,
Kita nyalakan cahaya di tangan yang baru,
Dengan harapan, bukan abu.

Dan jika kelak aku menjadi ayah,
Takkan kubawa warisan itu menyembah,
Anakku berhak hirup udara bersih,
Tanpa asap, tanpa resah, tanpa tangis yang lirih.

 
At 11:46 PM, Blogger Deianeira Yamin said...

🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥GIRLBOSS LESGOOO

 
At 11:46 PM, Blogger Thalia Florencia Hutasoit said...

Sepedaku, Jalan Hidupku
karya : Thalia Florencia Hutasoit
kelas : X.3
no. absen : 30


Jalan kehidupan berliku-liku
Seperti roda sepedaku yang terus berputar
Tanjakan dan turunan, liku-liku yang tak terduga
Menguji ke sabaran dan keberanian

Aku terus melaju, dengan pedal yang terus dikayuh
Menuju tujuan yang masih jauh dan samar
lubang-lubang menganga, menghodongku di setiap langkah
Tapi aku tidak menyerah, aku terus melaju

Dalam perjalanan hidupku, aku menemukan banyak hal
Yang membuatku lebih kuat, lebih bijak dan lebih sabar
Aku belajar dari setiap rintangan,
Dan aku menemukan bahwa kehidupan adalah perjalanan

Aku tidak hanya mengemudikan dikan sepeda
tapi aku juga juga mengemudikan hidupku
Dengan kesadarar bahwa ada yang lebit lebih besar dari aku
Yang mengatur segala dan menentukan menentukan jalan hidupku

Jadi aku terus melaju dengan hati yang sabar dan jiwa yang kuat
menuju tujuan yang masih jauh dengan harapan dan impian
aku yakın bahwa aku dapat mencapainya
dengan kesabaran, keberanian dan kebijaksanaan

 
At 11:46 PM, Blogger Christofer Farrel Y. S. said...

KEREN KAKAK

 
At 11:47 PM, Blogger Vinsen Steven Grelly said...

menyala abangku

 
At 11:47 PM, Blogger Rico saputra said...

Judul: "Yang Pergi Tak Kembali"
Karya : rico saputra
Nama: rico saputra
Kelas:10.3
Absen:26
Sunyi menyelinap dalam dada,
seperti malam tanpa bintang,
kau pergi tanpa kata,
meninggalkan aku dalam bayang.

Langit menangis tanpa suara,
hujan turun seperti air mata,
aku mencari dalam kenangan,
jejakmu yang kian menghilang.

Rindu ini seperti luka,
tak berdarah, tapi menyiksa,
setiap malam kuteriakkan namamu,
namun jawabnya hanya angin lalu.

Waktu tak bisa memutar langkah,
tak bisa membawa kau kembali,
tapi dalam hati yang retak,
namamu abadi, takkan terganti.

 
At 11:47 PM, Blogger Teresia said...

WAAAAWW

 
At 11:47 PM, Blogger Fransiskus Noven S. said...

Nama: Fransikus Noven S.
kelas: 10.3
absen: 10


judul: Jadilah Seperti Pensilku

Jadilah seperti pensilku yang sederhana
Tubuhnya mungil, tak berkilau gemerlap dunia,
Namun tiap goresanya punya makna,
Menulis mimpi, membentuk sejarah manusia.
Ia tak mengeluh saat diasah, Meski sakit,
ia tahu itu untuk arah.

Jadilah seperti pensilku yang setia,
Mengiringi tangan dalam suka dan lara,
Ia tak memilih kapan digunakan,
Tak menolak meski hanya untuk coretan harian.
Setiap goresanya,
walau kecil dan pelan,
Adalah bukti bahwa ia ikut berperan.

Ia tahu hidupnya akan terus memendek,
Dari ujung yang tajam menjadi tumpul dan retak, namun ia tetap menari di atas kertas,
Meninggalkan jejak meski waktunya terbatas.
Bukankah hidup juga begitu ?
Memberi arti sebelum berlalu.

Pensilku juga menyimpan pelajaran bijak,
Bahwa kesalahan bukan akhir langkah,
Dengan pengapus di ujungnya yang lembut,
Ia ajarkan kita bahwa gagal bukan sesuatu yang keruh.
Ia memberi ruang untuk memperbaiki,
Tanpa harus takut atau menyepi.

Jadilah seperti pensilku yang tak sambang,
Tak iri pada pena berkilau atau tinta yang congkak,
Ia tahu, meski tak mencolok mata,
Ia punya kekuatan yang jauh lebih nyata.
Karya sejati tak butuh tepuk tangan,
Hanya butuh ketulusan dan keyakinan.

 
At 11:47 PM, Blogger Kesia andilia said...

Woww menyala😾💯

 
At 11:49 PM, Blogger Margaretha Keyla Praska X.3 said...

Nama : Margaretha Keyla Praska
Kelas : X 3
Nomor Absen : 21
Puisi 1

AKANKAH DIA?

Akankan dia? Dia yong terlihat namun
tidak seperti terlihat, bagaikan semut yang sedang melihat bintang. Itulah yang dirasakan Seorang
Retrouvailles

Akankan itu? Rumah yang terlihat nyaman
namun susah untuk ditempati, bagaikan kelinci
Yang ingin berlindung di rumah

Akankah kamu? Yang terlihat indah dari kejauhan
namun hampir mustahil untuk dihampiri,
bagaikan Anglerfish yang ingin melihat
matahari

Lalu, Siapakah Retrouvailles, Kelinci,
dan Angerfist itu? Apakah itu kamu
Atau bahkan itu adalah aku? Aku rasa memang aku

Bisakah aku mencapainya? Mencapai dia yang hampir mustahil untuk
dihampiri dan ditempati, dan aku bisa
berharan di dalam kekuatan DOA.

Katya : Margaretha Keyla Praska



Puisi 2
HATI-HATI MENGGUNAKANNYA

Pada Saat Pikiran mengendalilean Perilaku Maka di Situlah kesalahan dimulai
Kesalahan yang dimulai dari si janat itu
Dan tidak sehasusnya terjadi

Tubuh yang Seharusnya menjadi sandasan
Naman Malah menjadi kegelapan
Kegelapan yang ditimbulkan Karena Ketidakadanya Cahaya

Lingkungan di sekitar yang masim dapat
dilihat Naman Sedilart selcali anale terang
Anak terang yang selalu taat
Dan Selalu menjaga kesucian tulang

Anak terang yang seharusnya percaya akan Dia
Anak terang yang seharusnya melayani
Tanpa dapat terjerumus dalam lingkungan sekitarnya
Untuk dapat hidup kekal di sana nanti

Anak terang adalah kita
Kita Yang Yakin akan kebangkitan-Nya
Yang selalu bersinar di antara kegelapan
Dan melayani di dalam keimanan

Ketika hati berkata
Maka cahaya mengala Bagaikan bintang yung menunjuk kota Daud
Saat Juruslamat telah lahir

Untuk apakah aturan?
Untuk apa lagi jika tidak untuk dilanggar?
Untuk menguji kesetiaan anak-Nya
Di dalam lingkungan yang gelap

Perbandingan domba dan kambing
Adalah ibarat cahaya dan kegelapan
Kambing Yang bingung arah Pulang
Dan domba Yang sesat di kegelapan

Maka la datang sebagai manusia
la juga mati
Untuk keterangan dunia
Dan pengharapan hidup ini

Karya: Margaretha Keyla Praska

 
At 11:49 PM, Blogger Ahmad Rafif Rizqullah kelas X.3 said...

Nama: Ahmad Rafif Rizqullah
Kelas: X.3
Absen: 2


Jadilah Seputih Papan Tulis Kelas Itu

Jadilah seputih papan tulis kelas,
yang tiap pagi menerima goresan baru.
Tak pernah mengeluh walau dilukis keliru,
rela dibersihkan agar kembali bersatu.

Ia tak memilih tangan siapa yang menulis
anak pemalu atau yang paling aktif.
Ia hanya diam, berserah, dan tulus,
memberi ruang pada makna yang singkat namun aktif.

Berulang kali ia dicoret, dibersihkan,
berulang kali menjadi tempat harapan.
Meski tak kekal,
ia terus menyimpan bekas pelajaran dalam diam.

Jadilah seputih papan tulis kelas itu,
yang tetap tegak walau jarang dipuji,
yang menjadi saksi tawa dan keluh,
tanpa pernah meminta kembali.

Putih bukan sekadar warna,
tapi keberanian untuk terus bersedia
menjadi awal dari tiap cerita,
meski tahu akhirnya akan sirna.

Hidup bukan tentang siapa yang hebat bicara,
tapi siapa yang sanggup diam namun bermakna
seperti papan tulis kelas itu,
walau tak bersuara,
menjadi tempat semua ilmu bermula.

 
At 11:49 PM, Blogger Anggita Zefanya Aritonang said...

Nama : Anggita Zefanya Aritonang
Kelas : X.3
Absen : 03
Nama Sekolah : SMA Xaverius 2 Palembang

Puisi 1 :
Rumput Kering

Hijau lembut menari pelan
Ditiup angin dan kejauhan
Walau diinjak tetap bertahan
Itulah makna kesetiaan

Rumput bukan bunga wangi
Namun setia menghijau bumi.
Rumput mengajarkan kita ini
Makna hidup yang tersembunyi

Dunia penat dan bising
Duduklah diatas rumput kering
la menyembuhkan hati gersang
Kenangan hijau tak kembali datang

Di kaki anak yang berlari
Rumput rumput menyambut berseri
Kini hanya sisa memori
Di tanah kering yang sunyi

Waktu mengikis perlahan
Sinar mentari tak lagi terbenam
Rumput kering pun diam-diam
meratapi senyum yang perlahan Padam

Tiap helainya menjadi serbuk
Tiap tapak menjadi retak
Rumput tak bisa bersorak
Namun jiwanya tetap tegak

Karya : Anggita Zefanya Aritonang

Puisi 2 :
Edelweis

Edelwis bunga yang tumbuh di puncak
Putih adalah warna bunga yang indah
Putihnya bersinar di dalam pelukan angin
Menyimpan keindahan alam yang sunyi

Bunga edelwis adalah bunga abadi
Melambangkan keteguhan
Yang tak tergoyangkan oleh waktu
Engkau adalah simbol kekuatan

Tetaplah abadi seperti edelweis
Meskipun ada badai yang menyerang
Tapi tetap berdiri tegak melawan badai
Kekuatan sejati terletak di hati

Seperti bunga edelweis yang tumbuh di ketinggian
Kita juga harus kuat dalam menjalani hidup ini
Jangan ragu dalam segala rintangan
Tetap menjadi diri sendiri dalam keabadian seperti edelweis.

Bunga Edelweis mengajarkan kita bahwa
Keindahan bukan hanya soal fisik
Tetapi kesetiaan yang tak pernah pudar
Seperti edelweis yang tetap abadi sepanjang waktu

Karya : Anggita Zefanya Aritonang

 
At 11:51 PM, Blogger Vinsen Steven Grelly said...

😭

 
At 11:53 PM, Blogger Margaretha Keyla Praska X.3 said...

gausahh dicarii, aku udahh terangg😇

 
At 11:54 PM, Blogger Shahira Talita She said...

Nirwana dunia
Karya : Shahira Talita She
Kelas : X.3
No. Absen : 28

Dulu...
Tak kala indah
Menusuk atma
Tiap melihat terbayang nirwana

Diriku memancarkan defisini asri
Lingkungan yang sangat indah
Hampir tak tercela
Namun sayang...
Berjumpa dengan tangan yang meraja rela

Dirimu dirusak, disayat, dicela dan dicemar
Begitu pilu melihat dan merasa
Ditinggal dan terkoyak
Nirwana menjadi ketidakkekalan
Akibat ulah oknum tak terdidik

Begitu pilu dan merasa
Kapan akan sadar
Apa susahnya menjaga dan menikmati
Dari dikau untuk dikau
Kepedulian tiap orang memengaruhi lingkungan

Satu bantuan kecil sangat berharga
Satu tangan menopang sangat kuat
Dimulai dari hal kecil
Menumpuk menghasilkan hal luar biasa

 
At 11:54 PM, Blogger Kevin salomo Turnip said...

Ngeriiiiii

 
At 12:29 AM, Blogger Vania Silvia S said...

Mataku
Karya : Vania Silvia Sela
Kelas : X.3
No. Absen : 32

Mataku besar, tenang mengarah
Menyentuh langit yang diam saja
Tak banyak kata, tak banyak marah
Namun menyimpan dunia rahasia

Tatapannya luas, penuh cerita
Bagai daun tanpa riak kecil
Dalam gelap pun tetap bisa
Menyala lembut, hangat dan senyap kilir

Ia berbicara saat aku diam
Menjaga luka, menahan tawa
Seperti malam tak perlu kelam
Asal ada bintang di dalamnya

Bentuknya bulat, penuh rasa
Kadang sembunyi, kadang terbuka
Tapi tak pernah hilang makna
Meski lelah datang tak terduga

Ada teduh dibalik garis
Tak perlu hias, ia bersinar
Karena jujur tak bisa di tiris
Meski pandang tak selalu benar

Alis yang tipis merangkai damai
Membingkai mata dengan lembut
Tak perlu terang untuk sampai
Cukup nyala dari dalam yang lurut

Mataku besar, bukan sombong
Hanya caraku melihat terang
Menyerap dunia yang kadang kosong
Dan tetap hidup meski seorang

 
At 12:09 AM, Blogger Reven A.T. said...

jangan ngudud cen

 
At 8:25 AM, Blogger Aaron Elfred/X1/1 said...

Siuuu

 

Post a Comment

<< Home