Thursday, May 29, 2025

PUISI KARYA SISWA-SISWI X.2 SMA XADUPA 2025

 


Mencoba merenung mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Ternyata gampang-gampang susah!


Puisi merupakan karya sastra yang amat erat kaitannya dengan ungkapan perasaan sseorang tentang sesuatu yang ada dalam benak pikirannnya. Perasaan yang berada dalam benak seseorang tersebut dikemas dalam ramuan bahasa sebagai medianya dengan memperhatikan aspek pilihan kata, gaya bahasa, rima, irama, kata-kata konkret, dan daya imajinasi.

Puisi sebagai ungkapan perasaan bisa dialami dan dlakukan oleh siapa pun segala umur,, di mana pun, dan kapan pun. Kodrati manusia adalah mankhluk yang bernalar dan berperasaan. Maka, karya puisi merupakan media curahan perasaan seseorang dalam kemasan bahasa yang indah berhubungan dengan pokok masalah hidup dan kehidupan, bsa bersifat personal maupun klasikal universal. 

Pelajar SMA merupakan subjek pembelajar yang secara psikologis merupakan fase perkembangan yang paling bergejolak dalam rangka menentukan jari dirinya. Oleh sebab itu, gejolak perasaan sedang mengalami arah puncak  penemuan formulasi yang tepat untuk dirinya. Hal ini memerlukan wadah sebagai tempat pencurahan perasaan untuk mengurangi endapan emosi dan pikiran. Maka, menulis puisi merupakan salah satu media pencurahan perasaan seseorang, dalam hal ini remaja tingkat SMAm, dalam berbagai konteks yang mereka alami dan rasakan setiap harinya. 

Rubrik ini merupakan tempat bagi siswa-siswi untuk mengungkapkan hal di atas dalam kaitannya proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Maka, tentunya akan diberikan apresiasi dan penghargaan terhadap karya siswa, terutama dikaji dari sisi keberanian, kejujuran, ketulusan, keihlasan, di samping tinjauan hakikat dan metode berpuisi ala I.A. Richard dalam buku Hakikat dan Metode Berpuisi.

Siswa-siswi kelas ini diwajibkan mengunggah puisinya untuk diapresiasi dan sebagai syarat pemenuhan kewajiban belajar.  Maka, harap kalian lakukan sebagaimana mestnya yang sudah ditentukan. Judul, nama, dan nomor absen harus disertakan. Manakala ada yang amat berminat, boleh mengirimkan lebih dari satu karyanya, dengan catatan harus orisinal dan tidak plagiaris sehingga tidak melanggar undang-undang hak cipta. 

Selamat mencurahkan pikiran dan perasaan! Terima kasih atas aktivtas berkarya kalian dan semuanya akan bermakna, mungkin nantinya. Waktu semakin memperkuat kenangan dan perasaan yang kalian ungkapkan dan rasakan!

Wednesday, May 21, 2025

PUISI KARYA SISWA-SISWI X.3 SMA XADUPA 2025

 

Mencoba merenung mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Ternyata gampang-gampang susah!


Puisi merupakan karya sastra yang amat erat kaitannya dengan ungkapan perasaan sseorang tentang sesuatu yang ada dalam benak pikirannnya. Perasaan yang berada dalam benak seseorang tersebut dikemas dalam ramuan bahasa sebagai medianya dengan memperhatikan aspek pilihan kata, gaya bahasa, rima, irama, kata-kata konkret, dan daya imajinasi.

Puisi sebagai ungkapan perasaan bisa dialami dan dlakukan oleh siapa pun segala umur,, di mana pun, dan kapan pun. Kodrati manusia adalah mankhluk yang bernalar dan berperasaan. Maka, karya puisi merupakan media curahan perasaan seseorang dalam kemasan bahasa yang indah berhubungan dengan pokok masalah hidup dan kehidupan, bsa bersifat personal maupun klasikal universal. 

Pelajar SMA merupakan subjek pembelajar yang secara psikologis merupakan fase perkembangan yang paling bergejolak dalam rangka menentukan jari dirinya. Oleh sebab itu, gejolak perasaan sedang mengalami arah puncak  penemuan formulasi yang tepat untuk dirinya. Hal ini memerlukan wadah sebagai tempat pencurahan perasaan untuk mengurangi endapan emosi dan pikiran. Maka, menulis puisi merupakan salah satu media pencurahan perasaan seseorang, dalam hal ini remaja tingkat SMAm, dalam berbagai konteks yang mereka alami dan rasakan setiap harinya. 

Rubrik ini merupakan tempat bagi siswa-siswi untuk mengungkapkan hal di atas dalam kaitannya proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Maka, tentunya akan diberikan apresiasi dan penghargaan terhadap karya siswa, terutama dikaji dari sisi keberanian, kejujuran, ketulusan, keihlasan, di samping tinjauan hakikat dan metode berpuisi ala I.A. Richard dalam buku Hakikat dan Metode Berpuisi.

Siswa-siswi kelas ini diwajibkan mengunggah puisinya untuk diapresiasi dan sebagai syarat pemenuhan kewajiban belajar.  Maka, harap kalian lakukan sebagaimana mestnya yang sudah ditentukan. Judul, nama, dan nomor absen harus disertakan. Manakala ada yang amat berminat, boleh mengirimkan lebih dari satu karyanya, dengan catatan harus orisinal dan tidak plagiaris sehingga tidak melanggar undang-undang hak cipta. 

Selamat mencurahkan pikiran dan perasaan! Terima kasih atas aktivtas berkarya kalian dan semuanya akan bermakna, mungkin nantinya. Waktu semakin memperkuat kenangan dan perasaan yang kalian ungkapkan dan rasakan!

PUISI KARYA SISWA-SISWI X.1 SMA XADUPA 2025



Mencoba merenung mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Ternyata gampang-gampang susah!

Puisi merupakan karya sastra yang amat erat kaitannya dengan ungkapan perasaan sseorang tentang sesuatu yang ada dalam benak pikirannnya. Perasaan yang berada dalam benak seseorang tersebut dikemas dalam ramuan bahasa sebagai medianya dengan memperhatikan aspek pilihan kata, gaya bahasa, rima, irama, kata-kata konkret, dan daya imajinasi.

Puisi sebagai ungkapan perasaan bisa dialami dan dlakukan oleh siapa pun segala umur,, di mana pun, dan kapan pun. Kodrati manusia adalah mankhluk yang bernalar dan berperasaan. Maka, karya puisi merupakan media curahan perasaan seseorang dalam kemasan bahasa yang indah berhubungan dengan pokok masalah hidup dan kehidupan, bsa bersifat personal maupun klasikal universal. 

Pelajar SMA merupakan subjek pembelajar yang secara psikologis merupakan fase perkembangan yang paling bergejolak dalam rangka menentukan jari dirinya. Oleh sebab itu, gejolak perasaan sedang mengalami arah puncak  penemuan formulasi yang tepat untuk dirinya. Hal ini memerlukan wadah sebagai tempat pencurahan perasaan untuk mengurangi endapan emosi dan pikiran. Maka, menulis puisi merupakan salah satu media pencurahan perasaan seseorang, dalam hal ini remaja tingkat SMAm, dalam berbagai konteks yang mereka alami dan rasakan setiap harinya. 

Rubrik ini merupakan tempat bagi siswa-siswi untuk mengungkapkan hal di atas dalam kaitannya proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Maka, tentunya akan diberikan apresiasi dan penghargaan terhadap karya siswa, terutama dikaji dari sisi keberanian, kejujuran, ketulusan, keihlasan, di samping tinjauan hakikat dan metode berpuisi ala I.A. Richard dalam buku Hakikat dan Metode Berpuisi.

Siswa-siswi kelas ini diwajibkan mengunggah puisinya untuk diapresiasi dan sebagai syarat pemenuhan kewajiban belajar.  Maka, harap kalian lakukan sebagaimana mestnya yang sudah ditentukan. Judul, nama, dan nomor absen harus disertakan. Manakala ada yang amat berminat, boleh mengirimkan lebih dari satu karyanya, dengan catatan harus orisinal dan tidak plagiaris sehingga tidak melanggar undang-undang hak cipta. 

Selamat mencurahkan pikiran dan perasaan! Terima kasih atas aktivtas berkarya kalian dan semuanya akan bermakna, mungkin nantinya. Waktu semakin memperkuat kenangan dan perasaan yang kalian ungkapkan dan rasakan!

Tuesday, October 29, 2024

Pengertian Reportase dan Teknik Reportase bagi Pemula


Secara etimologis reportase berarti pemberitaan atau pelaporan. Dari kata “report” yang artinya “melaporkan” atau “memberitakan”. Mirriam Webster Dictionary mengartikan reportase (reportage) sebagai “the act or process of reporting news” (aksi atau proses pemberitaan) dan “something (as news) that is reported” (sesuatu yang dilaporkan”. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan reportase sebagai “pemberitaan”, “pelaporan, dan “laporan kejadian (berdasarkan pengamatan atau sumber tulisan).

Reportase berita adalah salah satu aspek terpenting dalam dunia jurnalisme. Seorang reporter harus memiliki keterampilan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan tepat, objektif, dan profesional. Dalam artikel ini, kami akan memberikan panduan langkah demi langkah tentang cara melakukan reportase berita yang profesional.

Langkah 1: Pemilihan Topik Berita yang Relevan

Sebelum memulai reportase berita, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih topik berita yang relevan. Pastikan topik tersebut penting bagi pembaca dan memiliki nilai berita. Ide dapat ditemukan melalui sumber berita, peristiwa terkini, atau isu-isu yang sedang trending.

Langkah 2: Rencanakan dan Riset

Setelah memilih topik, rencanakan dan lakukan riset terlebih dahulu. Cari informasi dasar tentang topik tersebut, identifikasi sumber-sumber potensial, dan tentukan pertanyaan kunci yang ingin Anda jawab dalam reportase Anda.

Langkah 3: Identifikasi dan Wawancarai Narasumber

Jika topik berita memerlukan wawancara dengan narasumber, identifikasi dan hubungi mereka terlebih dahulu. Pastikan untuk menjadwalkan wawancara dengan waktu yang sesuai dan siapkan pertanyaan yang relevan dan tajam. Selama wawancara, dengarkan dengan seksama dan catat semua informasi penting.

Langkah 4: Kunjungi Lokasi Kejadian (Jika Diperlukan)

Jika berita berkaitan dengan suatu kejadian di lokasi tertentu, kunjungi lokasi tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Catat detail visual, wawancara saksi mata, dan dokumentasikan kejadian dengan foto atau video jika memungkinkan.

Langkah 5: Kumpulkan Data dan Informasi

Kumpulkan data dan informasi tambahan yang relevan dengan topik berita Anda. Ini bisa termasuk data statistik, laporan resmi, atau pernyataan dari pihak terkait. Pastikan semua informasi yang Anda kumpulkan memiliki sumber yang jelas.

Langkah 6: Strukturkan dan Tulis Berita

Setelah memiliki semua informasi yang diperlukan, strukturkan berita Anda dengan format yang standar: lead (pengantar), badan berita, kutipan narasumber, dan kesimpulan. Pastikan untuk menggunakan bahasa yang jelas, objektif, dan menghindari penilaian pribadi.

Langkah 7: Edit dan Koreksi

Sesudah menulis berita, lakukan proses editing dan koreksi. Periksa tata bahasa, ejaan, serta kelengkapan informasi. Pastikan berita Anda mudah dipahami dan bebas dari kesalahan.

Langkah 8: Publikasikan Berita

Setelah berita selesai diedit dan dikoreksi, publikasikan pada media yang sesuai. Pastikan untuk mencantumkan tanggal publikasi dan sumber informasi. Berikan judul yang menarik dan ringkas untuk menarik perhatian pembaca.

Langkah 9: Pantau Respons dan Tanggapan

Setelah berita dipublikasikan, pantau respons dan tanggapan dari pembaca dan masyarakat. Jika ada koreksi atau klarifikasi yang diperlukan, segera lakukan.

Langkah 10: Evaluasi dan Pembelajaran

Setelah selesai, lakukan evaluasi terhadap proses reportase berita Anda. Pertimbangkan apa yang berjalan dengan baik dan apa yang perlu ditingkatkan. Pembelajaran dari setiap reportase akan membantu Anda menjadi seorang reporter yang lebih baik di masa depan.

Melakukan reportase berita yang profesional membutuhkan keterampilan, kerja keras, dan integritas. Dengan mengikuti panduan ini, Anda dapat meningkatkan kemampuan reportase Anda dan memberikan informasi yang akurat dan berharga kepada pembaca Anda. Jurnalisme yang baik adalah tulang punggung masyarakat yang berfungsi dengan baik, jadi jadilah reporter yang berdedikasi!

Dalam konteks jurnalistik, reportase adalah proses pengumpulan data untuk menyusun berita. Reportase bisa dikatakan merupakan proses jurnalistik terpenting karena dari proses inilah terkumpul bahan-bahan atau informasi untuk diberitakan.

Seringkali para penulis pemula dibenturkan dengan cara melaporkan yang kurang tepat bahkan salah dan tidak to the point. Ulasan ini akan merangkum sedikit pengetahuan tentang pengertian reportase dan teknik dalam reportase.

           

            Bagaimana cara membuat reportase? Pekerjaan ini bisa dikatakan gampang, namun bisa juga tidak mudah dikerjakan. Semuanya berangkat dari basis dasar penulisnya, terutama ditinjau dari sisi pengetahuan dan oemahaman konsep dasar4 jurnalistik serta pengalamannya dalam menulis laporan.

 

Ada tiga hal apa saja itu teknik reportase:

  1. Observasi, yaitu wartawan langsung datang ke lokasi kejadian, mengamati, dan mengumpulkan data/fata kejadian tersebut.
  2. Wawancara, yaitu wartawan bertanya untuk menggali informasi atau keterangan kepada narasumber –pengamat, pelaku, saksi, korban, dan siapa pun yang memiliki informasi.
  3. Riset data/studi literatur/riset dokumentasi, yaitu wartawan membuka-buka arsip, buku, atau referensi terkait dengan berita yang akan ditulisnya.

 

Mempelajari Konteks Reportase

 

Wartawan datang ke lokasi seminar. Di sana ia mengamati jalannya acara, jumlah hadirin, materi pembicaraan, mengambil makalah (jika ada), mengambil foto/memotret (jika tidak ada fotografer), lalu wawancara panitia, narasumber, dan peserta.

Pengumpulan data untuk naskah berita meliputi 5W+1H –What (kejadian/acara apa), Who (siapa yang mengadakan, menghadiri, dan mengisi), When (kapan/waktu), Where (tempat atau lokasi kejadian), Why (tujuan acara, latar belakang), dan How (bagaimana jalannya acara).

 

Liputan Maupun Reportase

Pewarta sering kecewa karena hasil liputan dan reportasenya atau naskah beritanya tidak bisa dipublikasikan di media tempatnya bekerja, namun hal ini sudah kuno dan selalu ada cara menuju Roma. Sekarang di era internet atau media online, semua tulisan wartawan sejelek apa pun, dapat dimuat, selama tidak bertentangan dengan kebijakan redaksi (editorial policy).

Media online (baca: situs berita, portal berita) sekarang tampak berlomba-lomba mengejar “kuantitas” berita di medianya karena mesin pencari, seperti Google, sangat suka konten segar (fresh content). Namun, bisa saja hasil liputan atau naskah berita wartawan media online tidak bisa dipublikasikan karena substansi beritanya bertentangan dengan kebijakan redaksi, terlalu “kritis”, atau bertentangan dengan “pesan sponsor”.

Jika itu terjadi, wartawan masih bisa mempublikasikan beritanya lewat blog atau situs pribadinya. Dalam Kamus Jurnalistik kini dikenal Stand-Alone Journalism. Istilah ini dikemukakan guru besar jurnalistik Jay Rosen dan Chris Nolan. Stand-Alone Journalism atau “Jurnalis Mandiri” merujuk pada wartawan profesional yang membuat situs web atau media online sendiri.

A journalist — or a small group of reporters — can work on the web to produce what they want as they find it appropriate. And readers are equally free to read the work of individual journalist as they see fit, on their time, not on schedules set by TV networks or the newspapers.” Not bad. Not bad at all,” tulis Nolan dikutip Poynter.

 

Seorang jurnalis — atau sekelompok kecil reporter — dapat bekerja di web untuk menghasilkan apa yang mereka inginkan sesuai dengan yang mereka anggap pantas. Dan para pembaca juga bebas untuk membaca karya jurnalis perorangan sesuai dengan yang mereka inginkan, sesuai dengan waktu mereka, bukan berdasarkan jadwal yang ditetapkan oleh jaringan TV atau surat kabar.” Lumayan juga.

Jadi, intinya, Stand-Alone Journalism itu adalah wartawan membuat blog atau website pribadi untuk publikasi hasil liputannya yang tidak bisa dimuat di media tempatnya bekerja atau berita yang sama tapi menggunakan angle lain. Jurnalism Online di Indonesia tampaknya tidak punya waktu luang untuk membuat blog dan menjadikannya sebagai media Stand-Alone Journalism. Padahal, menjadi stand-alone journalism  atau “wartawan mandiri” juga bisa menghasilkan uang atau “penghasilan sampingan” dari Google AdSense atau sponsor.


Monday, October 28, 2024

KARYA KREATIF KELAS XII.3 TINGKAT LANJUT

Dalam dunia kreatif menulis, baik sastra maupun nonsastra, pembinaan kompetensi seseorang, gterutama pembelajar bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik dunia prosa, puisi, maupun drama. Segmen inilah yang sebaiknya dilakukan oleh pendidik dalam perannnya sebagai pembimbing, motivator, inspirator, dan fasilitator.

Materi pembelajaran kelas XII Tingkat Lanjut Bahasa dan sastra Indonesia memberikan peluang kepada pendidik dan peserta didik untuk senantiasa mengembangkan potensi dan talenta sesuai dengan minat dan potensi yang diunggulkan. Oleh sebab itu, dalam konteks dunia pembelajaran yang serbadigital seperti sekarang ini, lebih baik manakala para peserta didik diberi wadah untuk sarana berkreasi dan mengembangkan potensinya. Dunia digital melalui media sosial bukan hal baru bagi peserta didik sehingga pemberian wahana untuk berkreasi tentu bermakna positif bagi pengembangan bakat dan talenta yang dimilikinya. 

Konsekuensi logisnya tentu saja guru sebagai pendidik bisa memberikan inspirasi, motivasi, dan fasilitasi untuk siswa berkreasi. Di sisi lain guru hendaklah selalu memberi apresiasi ke-ada -eserta didik sehingga terus senantiasa terpancing untuk berkreasi lagi.

Wahana ini dibuat dalam konteks di atas bagi siswa kelas XII.3, terutama dalam kaitannya dengan Bahasa dan Sastra *Indonesia Tingkat Lanjut tingkat menengah atas. 

Media ini dimulai dalam konteks materi pantun. Diharapkan siswa-siswi memiliki kemampuan menulis pantun empat baris dengan muatan 1) sampiran, dan 2) isi. 

Harus diakui bahwa untuk hal ini pun tidak setiap siswa memiliki kemampuan dan keterampilan menulis lancar dan tepat. Di sinilah kesabaran dan opendampingan guru diperlukan, di samping niat siswa hendaknya selalu disulut untuk terus berkembang. 

Nah, silakan karya pangtun kalian diunggah di blog ini dengan catatan menjaga orisinalitas, tidak menjiplak atau mengakui karya orang lain sebagai produk kreasinya. Orisinalitas dan kesungguhan berkarya akan memberikan pengembangan diri yang otimal. Mohon ditulis nama sesuai dalam daftar nama sekolah. Selamat berkarya!

Bunga gaharu kian bertebar

Membuncah dupa di sisi cawan.


Bersama guru siswa belajar

Melangkah bersama demi hari depan!

Wednesday, January 26, 2022

MEMAHAMI KESALAHAN PENALARAN

            Penalaran sebagai rangkaian proses berpikir manusia mempunyai pola dan kaidah tertentu yang sebenarnya secara logis dapat dipertanggungjawabkan hakiki kebenaran formulanya, di samping mampu diterima secara nalar oleh pikiran manusia. Ada seperangkat kaidah yang harus dipenuhi untuk menghindarkan hal-hal yang dapat menyesatkan pola berpikir seseorang. Ada pula formulasi tertentu yang dapat dibentuk oleh akal manusia, baik secara deduktif maupun induktif.

            Salah nalar merupakan hasil kesalahan yang berkaitan dengan proses bernalar. Kesalahan tersebut dapat pula terjadi tanpa disadari karena kelelahan atau kondisi mental yang tidak menyenangkan sehingga berakibat pada salah ucap atau salah tulis. Dapat pula kesalahan terjadi karena ketidaktahuan yang bersangkutan, baik mengenai ilmu maupun kaidah berpikir. Lebih celaka lagi, bila yang bersangkutan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu atau salah tahu.


        Kesalahan penalaran dapat berupa kesalahan dalam menentukan relevansi bahkan dapat pula kesalahan dalam hal yang substantif.


1. Kesalahan relevansi


        Kesalahan penalaran tipe ini terjadi jika premnis-premis yang dikemukakan atau digunakan kehilangan hubungan logis dengan kesimpulan yang disampaikan. Ada pula beberapa kesalahan relevansi dalam bentuk berikut ini.


a. Argumentum ad populum


        Kesalahan ini terjadi karena argumen yang digunakan ditujukan pada diri orang (hominem) yang bersangkutan. Sanggahan, tanggapan, komentar, kritik, saran, usul, ulasan tidak terfokus pada pokok persoalan pembicaraan, tetapi pada aspek-aspek kepribadian orang yang menjadi lawan bicaranya. Kesimpulan yang disampaikan lebih berdasarkan pada kepentingan, keuntungan, ataupun peluang-peluang yang bisa diraihnya. Kita menolak “orang yang berbicara” dan bukan “apa yang dibicarakan”.


b. Adgumentum ad baculum


        Kesalahan ini terjadi bila kesimpulan, sanggahan, kritik, usul, komentar, ataupun tanggapan dikaitkan dengan ancaman, baik berupa sanksi maupun hukuman (baculum berarti tongkat). 
Orang terpaksa menerima suatu kesimpulan karena takut menghadapi konsekuensi atau sanksi. Dengan demikian, argumentum ad baculum menunjukkan suatu argumentasi yang digunakan untuk mengancam otoritas seseorang.


c. Argumentum ad misericordiam


        Misericordiam berarti belas kasihan sehingga argumentasi digunakan untuk membangkitkan belas kasihan sehingga orang lain tertarik dan berpihak. Dapat pula terjadi argumentasi-argumentasi yang disampaikan dengan tujuan agar kesalahan dimaafkan. Misalnya, seorang siswa mendapat nilai hasil ulangan yang kurang baik. Siswa tersebut mencari alasan yang tak berhubungan kausal, misalnya karena ia baru konflik dengan tetangga sebelah rumahnya.


d. Non-causa Pro-causa


        Kesalahan tipe ini terjadi bila argumentasi yang disampaikan mengungkapkan sebab yang bukan akibat sebenarnya. Misalnya, seorang siswa takut dimarahi orang tuanya karena terlambat pulang. Ia berjanji pulang paling lambat pukul 21.00. Namun, hingga pukul 22.30 anak itu masih asyik mengobrol dengan teman-temannya. Begitu melihat arlojinya, ia terkejut karena tidak menepati janji. Untuk itu, seratus meter sebelum masuk ke rumahnya ia sengaja mengempeskan ban sepeda motornya. Sampai di rumah, orang tua bertanya mengapa terlambat pulang? Siswa menjawab dengan tenang dalam ekspresi gugup, ban motor bocor di jalan dan tidak ada lagi tempat menambalkan sehingga terpaksa jalan mendorong sepeda motornya hingga sampai rumah.


2. Kesalahan Substansi


        Kesalahan substansi lebih terkait dengan proses berpikir atau bernalar, baik secara deduktif maupun induktif.


1. Kesalahan substansi dalam berpikir induktif


a. Generalisasi terlalu luas


        Kesalahan ini terjadi bila fakta, bukti, evidensi yang digunakan sebagai data tidak lengkap sehingga terjadi penyamarataan atau apriori. Semisal, “Semua pelajar Jakarta gemar tawuran”. Tentu hal t6ersebut terlalu luas cakupannya sebab yang terlibat dalah persoalan tersebut tidak cukup persentasenya untuk menarik kesimpulan umum.


b. Kausalitas yang tak memadai

       Kesalahan pola ini terajdi karena adanya pembenaran subjektif serta menyembunyikan kekuarangan yang ada. Oleh karena itu, terdapat kamuflase yang baik dengan rasionalisasi maupun dengan mengaitkan pada hal-hal rasional.


Contoh:

Pery mendapatkan nilai bahasa Indonesia di rapornya di bawah enam. Ketika ditanyai oleh orangtuanya Pery menjawab, “Guru bahasanya itu pernah marah sama saya. 
Lagi pula, nilai ulangannya tidak pernah dibagikan?”


Sebagian siswa kelas 3 P 1 mendapatkan nilai kurang dari ulangan bidang studi fisika. Mereka mengatakan waktu ulangan saat itu tiba-tiba hujan lebat, kemudian terdengar suara halilintar menggelegar.


c. Analogi yang tidak akurat


Pola ini terjadi jika sifat substansial tidak mendasari penarikan kesimpulan.


        SMU Dwarapati adalah sekolah favorit. Banyak birokrat, politisi, maupun pengusaha nasional-internasional berasal dari sekolah ini. Rusli bersekolah di sekolah ini. Ia yakin suatu ketika akan menjadi birokrat yang sukses.


        Dalam hal ini terjadi kekeliruan penalaran karena ada asumsi yang keliru dalam diri Rusli, mengidentifikasikan sekolah dengan pencetak birokrat, politisi, atau pengusaha.


2. Kesalahan substansi dalam berpikir deduktif


        Kesalahan substansi secara deduktif terjadi karena kekurangcermatan kita dalam memahami syarat-syarat silogisme. 
Dengan demikian, hukum-hukum silogisme yang sangat esensial dalam proses penarikan kesimpulan terabaikan. Akibatnya, kesimpulan yang tidak akurat, tidak objektif, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan mempengaruhi pendapat seseorang yang terekspresikan lewat apa yang dikatakannya.


        Ada tiga kategori kesalahan: premis mayor tidak dibatasi, perbedaan esensi antarpremis, dan premis-premis negatif.


2.1 Premis tidak dibatasi

Kesimpulan yang kita turunkan bisa kurang dapat dipertanggungjawabkan bila secara esensial tidak kita batasi sifat dan isi pengertiannya. Cobalah cermati baik-baik contoh berikut sekaligus analisislah di mana kesalahannya!


Sebagian besar orang Asia berkecukupan hidupnya. 
Orang Indonesia adalah orang Asia. Jadi, semua orang Indoensia berkecukupan hidupnya.


2.2 Esensi premis berbeda

Esensi atau pokok persoalan premis berbeda. Perbedaan esensi premis tentu sangat berpengaruh terhadap kesimpulan yang diturunkan. Hal itu sangat berpengaruh terhadap bobot kebenarannya (truth) meskipun bila dilihat dari segi pola dan cara penalarannya benar. (valid). Jadi, yang valid belum tentu benar.

 

ontoh:

        Orang yang pandai berkepala botak adalah profesor. Rusli siswa kelas 3 IPA 1 itu pandai dan berkepala botak. Jadi, Rusli itu seorang profesor.


2.3 Premis negatif


        Kesalahan tipe ini terjadi bila kita menggunakan dua premis negatif sekaligus untuk menarik kesimpulan sehingga terjadi kerancuan. Tidak jarang bentuk-bentuk pengingkaran itu menunjukkan pokok-pokok masalah yang berbeda. 
Coba cermati contoh berikut di mana kesalahannya?


        Semua pohon kelapa tidak bercabang. Tiang listrik tidak bercabang. Jadi, tiang listrik itu pohon kelapa.

 

Bangau, 28012022

TTKH

PEMAHAMAN DASAR PENYAMPAIAN KOMENTAR, PERSETUJUAN, DAN PENOLAKAN

 


 


Sebagaimana yang sudah kita ketahui, bahwa dasar penyampaian komentar, persetujuan, dan penolakan pendapat adalah asas berpikir. Sudah tentu, pemahaman asas berpikir yang cermat dan tepat serta benar dalam pengaplikasiannya sangat menghindarkan kita dari kesalahan-kesalahan bernalar. Untuk menjaga hal tersebut, perlu kita perhatikan hal-hal berikut!

 

1. Suatu penyataan yang sesuai dengan pengetahuan terdahulu atau yang sudah kita ketahui tentu menghadirkan komentar, persetujuan atau penolakan yang logis, sahih, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan.

 
Perhatikan contoh berikut!

·                 Semua siswa yang tekun dan teratur belajar tentu berhasil dalam studinya. Wong Kwi adalah siswa yang selalu tekun dan teratur belajar. Jadi, Wong Kwi pasti berhasil dalam studinya. 

 Semua orang Indonesia pasti berketuhanan. Wong Kwi bin Wong Kae adalah warga negara Indonesia. Jadi, Wong Kwi bin Wong Kae pasti berketuhanan.

 

2. Suatu pendapat yang tidak sesuai dengan pengetahuan yang mendahului atau yang sudah kita miliki tentu membentuk komentar, persetujuan, keputusan, kesimpulan, atau penolakan yang tidak objektif.


Perhatikan contoh berikut!

·        Semua profesor pandai dan menemukan sesuatu. Wong Kwi adalah orang yang pandai dan menemukan sesuatu di kampungku. Jadi, Wong Kwi itu profesor.

·        Semua wakil rakyat di parlemen pasti memperjuangkan “wong cilik” Wong Kwi pekereja sosial itu selalu memperjuangkan nasib “wong cilik” Jadi, Wong Kwi adalah wakil rakyat di parlemen.


3. Dari ADA dapat disimpulkan MUNGKIN. Kita cermati contoh berikut!


Wong Kwi ada di perpustakaan.


Berdasarkan pernyataan tersebut kita menurunkan kemungkinan-kemungkinan logis antara lain sebagai berikut!

1.      Mungkin Wong Kwi sedang meminjam buku.

2.      Mungkin Wong Kwi sedang mengembalikan buku.

3.      Mungkin Wong Kwi sedang membaca majalah.

4.      Mungkin Wong Kwi sedang membaca surat kabar.

5.      Mungkin Wong Kwi sedang meminjam majalah.

 

 Wong Kwi ada di kamarnya.


Pernyataan tersebut menghadirkan kemungkinan-kemungkinan logis sebagai berikut.

  1. Mungkin Wong Kwi sedang belajar.
  2. Mungkin Wong Kwi sedang tidur.
  3. Mungkin Wong Kwi sedang melamun.
  4. Mungkin Wong Kwi sedang menulis surat.
  5. Mungkin Wong Kwi sedang mendengarkan musik.
  6. Mungkin Wong Kwi sedang melihat acara televisi.


4. Dari MUNGKIN tidak dapat disimpulkan AD. Artinya, setiap pernyataan yang mengungkapkan kemungkinan belum dapat diogunakan sebagai dasar membentuk kepastian, kebenaran, atau kebertadaannya. Perhatikan contoh berikut!

1.      Mungkin Wong Kwi ada di perpustakaan.

2.      Mungkin Wong Kwi ada di loaboratorium.

3.      Mungkin Wong Kwi ada di Jakareta.

4.      Mungkin Wong Kwi ada di kamar mandi.

5.      Mungkin Wong Kwi ada di pasar.



5. Dari TIDAK MUNGKIN kita dapat menyimpulkan TIDAK ADA. Kita cermati contoh berikut!

·        Tidak mungkin seorang reformis melakukan korupsi. Jadi, tidak ada reformis yang korupsi.

·        Tidak mungkin pemeluk agama yang taat melakukan tindak kekerasan.
Jadi, tidak mungkin pemeluk agama yang taat melakukan kekerasan.

 

6.      Dari TIDAK ADA kita dapat menyimpulkan TIDAK MUNGKIN. Kita cermati contoh berikut!

    1. Tidak ada kaum reformis melakukan korupsi. Jadi, tidak mungkin kaum reformis uyang korupsi.
    2. Tidak ada pemeluk agama yang taat melakukan tindak kekerasan.
      Jadi, tidak mungkin pemeluk agama yang taat melakukan tindak kekerasan.

 

MENYAMPAIKAN RINCIAN SEBAGAI EVIDENSI

Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan kebenaran suatu gagasan, konsep, dan realitas. Evidensi harus konkret, terinci, dan teruji. Untuk hal tersebut dapat digunakan cara-cara berikut.


1. Rincian umum-khusus


        Cara ini dimulai dengan mengungkapkan hal yang umum di awal pembicaraannya, sedangkan pada bagian akhir dikemukakan hal-hal yang paling khusus. Sebaliknya, dapat juga dimulai dari hal yang khusus menuju hal yang umum.


2. Rincian keseluruhan – bagian

        Pada awal pembicaraan dikemukakan hal yang keseluruhan sifatnya, kemudian diikuti bagian per bagian sebagai unsur pendudungnya. Sebaliknya, dapat pula dimulai dari hal yang umum menuju ke hal yang khusus di akhir pembicaraan.


3. Rincian ruang lingkup luas- sempit


        Rincian dengan lingkup luas –sempit dimulai dengan mengemukakan cakupan pembicaraan yang luas hingga ke hal-hal yang sempit sifatnya.



MENOLAK PENDAPAT SECARA BENAR DAN DAN TEPAT


Penolakan atau penyanggahan pendapat orang lain merupakan reaksi bentuk hasil rumusan jalan pikiran kita terhadap pendapat orang lain, terutama dari aspek kelemahan pendapat tersebut, yang kemudian diikuti alternatif jalan keluarnya. Di sini terlihat bahwa, tak cukup bagi kita jika hanya sebatas menilai aspek kelemahan pendapatnya. Tanggung jawab moral berikutnya adalah menyodorkan alternatif solusi, dari yang terbaik sampai yang paling kurang baik. Di sisi lain kita harus berani mengemukakan kelemahan pendapat lawan bicara, tidak usah melihat siapa yang bicara, melainkan apa yang dibicarakan.

Mempelajari cara menolak pendapat lawan bicara sebenarnya juga bermanfaat untuk mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri. Secara ilmiah setiap orang harus berlaku jujur, baik terhadap orang lain maupun diri sendiri. Semakin objektif dan jujur seseorang semakin berani mengoreksi pendapat diri sendiri. Hal ini akan semakin membuat diri kita bersifat terbuka terhadap saran, kritik, dan usul dari pihak lain, bahkan justru berterima kasih atas hal tersebut. Di sisi lain, dalam memberikan kritik kita juga harus menilai diri sendiri apakah penalaran kita dapat diterima orang lain. Jika kritik tersebut didasarkan pada fakta-fakta yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan serta logis, kita harus menerimanya secara satria.


A. Prinsip P
enolakan:


1.  Penolakan hendaknya diarahkan kepada beberapa pokok yang penting saja, bukan pada seluruhnya. Kejujuran intelektual mencegah kita untuk memilih yang tidak penting serta mengadakan generalisasi bahwa seluruh argumennya salah.

2.  Argumentasi yang digunakan tidak terikat pada satu formulasi, tetapi ingin merebut dan menguasai situasi terlebih dahulu, kemudian memanfaatkannya sebaik mungkin..

3.  Penolakan hendaknya menggunakan kutipan-kutipan secara tepat rumusan argumentasi atau pokok persoalan yang akan ditolak.

4.  Metode penolakan dapat dipergunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap argumentasi diri sendiri.

5.  Penerimaan yang dangkal terhadap gagasan tertentu sebagai kebenaran mutlak merupakan pertanda ketidakkritisan penalaran kita dan kurang terdidik.

6.  Setiap tindakan, perubahan atau halangan akan mendapat pertimbangan yang harmonis bila selalu diikuti dengan kritik-kritik yang sehat.

7.  Keberanian menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan kebenaran, logika semu, sensasi, walau gagasan itu mendapat pasaran, perlu dilatih sebagai cerminan kaum terdidik.


B. Metode-metode Penolakan Pendapat

 

  1. Menyerang otoritas

Dalam hal ini perlu diperhatikan apakah pendapat otoritas itu didukung dan diperkuat oleh kesaksian ahli atau eksperimen-eksperimen tertentu. Pendapat yang tidak didukung oleh evidensi-evidensi walau tidak salah sudah lemah kedudukannya. Kita tidak boleh silau dengan kemashuran suatu otoritas. Kemashuran otoritas hanya berarti bahwa otoritas tersebut pernah tepat dan benar secara lokal dan temporal, mempunyai keterikatan ruang dan waktu.

Suatu pendapat yang tidak didukung oleh evidensi hanya diogolongkan ke dalam hipotesis. Sebuah hipotesis tidak dapat disangkal kebenarannya demi pengembangan ilmu, tetapi belum menjadi suatu kesimpulan yang benar bila tidak didukung oleh evidensi yang kuat. Di sisi lain otoritas pendapat mempunyai keterikatan tertentu,baik berupa organisasi, poitik, ideologi, profesi, keyakinan (agama), ormas, dan lain-lain yang menyebabkan subjektivitas pendapat.Oleh karena itu, kita harus cermat apakah pendapat tersebut tidak mengandung prasangka, tidak tersembunyi di balik keahliannya untuk maksud tertentu? Kita juga dapat menolaknya dengan menggunakan kutipan otoritas-otoritas lain yang diperkuat dengan eksperimen, observasi, atau penelitian. Kita dapat juga mengumpulkan fakta-fakta atau evidensi untuk menyerang otoritas tadi.


2. Pratibukti (counterargument)

Cara ini merupakan jalan yang efektif untuk menolak suatu pendapat karena ia mengemukakan evidensi-evidensi tambahan atau jalan pikiran yang lebih baik untuk membuktikan kesalahan pendapat lawan bicara. Hal itu membuktikan bahwa jalan pikiran kita lebih baik daripada lawan bicara.

Pratibukti tidak melibatkan pribadi-pribadi dan tidak ada serangan langsung terhadap suatu pendapat. Secara sederhana kita kemukakan, “Inilah fakta dan logika yang memperkuat pendapat saya. Berdasarkan evidensi dan jalan pikirtan ini, agaknya hanya ada satu kemungkinan kesimpulan yang masuk akal.”


3. Salah nalar

Hal yang paling esensial dalam proses penolakan adalah menunjukkan kesalahan dalam proses penaralaran lawan bicara. Apakah jalan pikiran tersebut benar atau tidak, kemudian dapat ditentukan sikap terhadap persoalan yang dibicarakan. Salah nalar ini sering terjadi dalam jalan pikiran manusia di kehidupan sehari-harinya, tanpa disadari secara pasti dan justru menabiat karena kebiasaan. Kesalahan penalaran tersebut dapat berupa generalisasi sepintas lalu, analogi yang pincang, semua alih-alih beberapa, kesalahan dalam hubungan kausal, kesalahan karena tidak mengerti persoalan.


3.1 Generalisasi sepintas lalu

Prinsip ini berasal dari keinginan yang kuat untuk menyederhanakan suatu persoalan yang kompleks. Di sisi lain hal ini juga berasal dari kelambanan bertindak atau kemalasan berusaha untuk meneliti fakta-fakta disertai dengan sikap ketidakmauan mendalami bagian topik yang rumit.

Pola berpikir ini sering disebut pemikiran tabloid cenderung menyederhanakan topik yang kompleks kepada pembaca. Argumentasi semacam ini dapat ditolak dengan memperlihatkan bahwa peristiwa-peristiwa khusus belum cukup banyak diselidiki untuk menetapkan kebenaran konklusi. Perlu dicari lagi fakta-fakta yang cukup banyak jumlahnya untuk meperkuat konklusi itu. Generalisasi sepintas lalu yang didasari atas kebangsaan atau watak etnis perlu disikapi dengan hati-hati bila diterima.


3.2 Analogi yang pincang

Analogi induktif pada umumnya dapat diterima secara logis, tetapi ada juga corak penalaran indukltif secara analogis yang pincang atau terlalu dipaksakan padahal tidak ada kemiripan antara dua hal yang diperbandingkan tersebut atau analogi penjelas diberikan kepada kita untuk menutup lubang perbedaan sehingga terbentuk penalaran analogis yang logis.


3.3 Semua alih-alih beberapa

Pola pikir ini menggunakan silogisme yang mengandung term tengah, tetapi fakta-fakta tidak memberikan jaminan kebenaran. Kualitas universal afirmatif yang dinyatakan dengan kata semua dan sejenisnya tidak selalu mutlak memberikan jaminan kebenaran.


3.4 Kesalahan hubungan kausal

Seringkali orang terjebak dalam kerangka berpikir bahwa peristiwa yang terjadi sebelumnya merupakan penyebab terjadinya peristiwa berikutnya, padahal hal itu belum tentu benar secara kausalitas. Jalan penalaran semacam ini disebut juga pos hoc, ergo propter hoc (sesudah ini, sebab itu, karena itu). Kesalahan ini mirip dengan nonsequitur (tidak bisa diikuti). Ini terjadi karena kesimpulan yang diturunkan tidak berdasarkan premis-premis yang ada. Contoh: Ia tidak bisa mengurus rumah tangga kantor karena mengurus rumah tangga sendiri saja tidak bisa.


3.5 Kesalahan karena tidak mengerti persoalan

 

Kesalahan ini terjadi ketika seseorang berbicara banyak bukan pada inti yang harus dibicarakan, melainkan berbicara pada pokok yang lain yang sebenarnya tidak perlu dibicarakan saat itu. Hal ini semata karena yang bersangkutan tidak mengetahui persoalan yang dibicarakan secara memadai.


3.6 Argumentum et hominem

Pola ini merupakan pembuktian yang ditujukan kepada manusianya dengan jalan berusaha mengelak memberikan bukti-bukti dari suatu masalah yang dihadapi dengan mengompensasikan menolak karena manusianya.


4. Dorongan emosi

Manusia sering mencampuradukkan antara rasio dan emosi yang justru menjerat manusia dalam arus emosi, apalagi diwarnai dengan keengganan berpikir secara kritis.Oleh sebab itu, manusia perlu menyadari diri dari pengaruh para demagog, tokoh politik, pemasang iklan, dfan lain-lain. Kelemahan psikologis manusia seperti itu sering dimanfaatkan dengan tujuan tertentu. Memang, tidak selalu setiap sentuhan emosional bernada jahat. Cara menolaknya berpegang pasda prinsip: semakin kuat aspek emosional yang mengriringi suatu pernyataan, semakin lemah kebenaran persoalannya.


Cara-cara berikut dominan faktor emosinya sehinga objektivitasnya merosot.


4.1 Berbicarta berdasarkan prestise

Cara ini sering digunakan dalam mempropagandakan sesuatu dengan jalan memanfaatkan prestise seseoramng sehingga audiens menerima apa yang dipropagandakan. Model ini biasa dipakai dalam dunia politik dan periklanan.


4.2 Menggunakan istilah yang berprasangka

Istilah tertentu sering digunakan untuk menghantam lawan bicara. Konsep yang dikenal umum atau sudah menjadi opini publik sering dimanfaatkan untuk menjatuhkan kharisma seseorang, misalnya provokator, reaksioner, komunis, kapitalis, dan lain-lain. Di sisi lain, sering digunakan istilah tertentu yang berkonotasi baik, misalnya keamanan nasional, semangat berkorban, aksi sosial, rule of low, pancasilais, reformis.


4.3 Argumentum ad populum

Pola ini menggunakan populasi (masyarakat) sebagai dalih untuk membenarkan pendapatnya. Rakyat sering digunakan sebagai alat untuk membentengi pidato politik atau keperluan pribadi/kelompok dalam politik. Seseorang bisa menggunakan cara ini demi kepentingan kelompoknya atau pribadi, sedangkan rakyat atau populasinya hanya digunakan sebagai korban/benteng, bukan fakta.


5. Metode-metode khusus

Metode-metode ini bersifat khusus karena memang digunakan dalam situasi khusus, yaitu dilema, metode residu, dan reductio ad absurdum.


5.1 Dilema

Metode ini sebenarnya termasuk daslam silogisme hipotetis yang bersifat majemuk, dan dari segi bentuk bersifat separuh disjungtif. Hal ini terjadi karena premis mayor dibentuk dari dua proposisi hipotetis, sedangkan premis minor dan konklusinya merupakan proposisi disjungtif.

Jika melakukan hal itu kamu akan dihukum seumur hidup, tetapi jika tidak melakukannya kamu akan sengsara seumur hidup.

Dilema harus mengandung akibaty yang sama berat. Sering terjadi bahwa dilema yang diajukan tidak sama kuat. Sebab itiu sebagai metode penolakan, kita harus meneliti secermat-certmatnya apakah betul terdapat dua alternatif yang mempnyai pertalian yang sama kuat terhadap pokok-persoalan.

Bila tidak kritis dan hati-hati dilema dapat menjadi generalisasi sepintas lalu yang berlebihan. Dilema muncul dari anggapan seoolah-olah hanya ada dua kemungkiinan, tidak lebih-tidak kurang. Untuk menolak pendapat melalui dilema yang semua, cukup saja diajukan argumentasi bahwa satu alternatif dapat disisihkan, atau masioh ada alternatif lain yang lebih baik.


5.2 Metode residu

Metode residu merupakan usaha untuk menolak pendapat dengan mencatat semua alternatif yang berhubungan, kemudian mencoba mengeluarkan alternatif-alternatif lain yang mungkin saja tidak masuk akal atau tidak mungkin. Dengan demikian metode ini lebih efektif bila semua alternatif yang berhubungan dengan persoalan dapat dicatat semuanya. Jika satu alternatif saja diabaikan, metode ini akan menemukan kegagalan. . Oleh karena itu, metode ini memerlukan penelitian yuang cermat.


5.3 Reductio ad absurdum

Metode ini bersifat memperluas suatu fase dari argumentasi yang dikemukakan lawan hingga mencapai titik kabur (absurdum) atau sama sekali tidak masuk akal. Metode ini digunakan secara tepat dengan memperlihatkan ejekan terhadap gagasan. Ini memerlukan fakta-fakta yang tepat dan kuat bila tidak menginginkan kena bumerang.



Tt/280122
Grhabakti